“Jangan sekali-kali melupakan guru yang telah mengenalkanmu dzahir-dzahir syariat, terlebih guru mursyidmu yang telah membimbing-mu menuju Allah.”
Habib Luthfi Bin Yahya
Penghormatan kepada Guru: Pilar Keberhasilan dalam Meniti Jalan Menuju Allah
Dalam perjalanan hidup dan pencarian makna spiritual, peran seorang guru tidak dapat dipandang sebelah mata. Habib Luthfi Bin Yahya, seorang ulama terkemuka, memberikan nasihat yang mendalam tentang pentingnya menghormati guru-guru yang telah membimbing kita, baik dalam hal dzahir syariat maupun dalam meniti jalan menuju Allah SWT. “Jangan sekali-kali melupakan guru yang telah mengenalkanmu dzahir-dzahir syariat, terlebih guru mursyidmu yang telah membimbingmu menuju Allah.” Kutipan ini mengandung pesan penting tentang rasa syukur, penghormatan, dan pengakuan terhadap peran para guru dalam kehidupan kita.
Ketika berbicara tentang dzahir syariat, kita mengacu pada aspek-aspek lahiriah dari ajaran Islam yang mencakup berbagai ritual, hukum, dan aturan yang harus diikuti oleh seorang Muslim. Guru yang mengenalkan kita pada dzahir syariat adalah mereka yang telah membekali kita dengan pengetahuan dasar tentang agama. Mereka mengajarkan kita cara berwudhu, shalat, puasa, zakat, dan berbagai kewajiban lainnya yang menjadi fondasi keislaman kita. Tanpa bimbingan mereka, kita mungkin tidak akan memahami atau menjalankan syariat Islam dengan benar. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu mengingat dan menghormati jasa-jasa mereka.
Namun, perjalanan spiritual seorang Muslim tidak hanya berhenti pada pemahaman dzahir syariat. Ada dimensi yang lebih dalam yang perlu dijelajahi, yaitu dimensi batiniah atau spiritual. Di sinilah peran guru mursyid menjadi sangat krusial. Seorang guru mursyid adalah sosok yang memiliki pengetahuan dan pengalaman spiritual yang mendalam, dan mereka memiliki kemampuan untuk membimbing murid-muridnya menuju kedekatan yang lebih intim dengan Allah. Mereka membantu kita memahami makna yang lebih dalam dari ajaran-ajaran Islam, sehingga kita tidak hanya menjalankan ibadah secara mekanis, tetapi juga dengan kesadaran dan keikhlasan yang penuh.
Menghormati guru mursyid tidak hanya berarti mengingat jasa-jasanya, tetapi juga menerapkan ajaran-ajaran dan nasihat-nasihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru mursyid mengajarkan kita untuk membersihkan hati dari sifat-sifat buruk seperti kesombongan, iri hati, dan kebencian, serta menanamkan sifat-sifat mulia seperti kerendahan hati, kesabaran, dan kasih sayang. Dalam proses bimbingan ini, mereka seringkali mengorbankan waktu, tenaga, dan bahkan kenyamanan pribadi mereka demi melihat murid-muridnya tumbuh dan berkembang secara spiritual. Pengorbanan ini seharusnya menginspirasi kita untuk lebih menghargai dan menghormati mereka.
Lebih jauh lagi, seorang guru mursyid juga berperan sebagai teladan yang nyata dalam menjalani kehidupan yang penuh ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Melalui contoh dan perilaku mereka, kita dapat belajar bagaimana mengatasi berbagai cobaan dan ujian hidup dengan sabar dan tawakal. Mereka menunjukkan bahwa hidup dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah tidak hanya mungkin, tetapi juga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki. Dengan meneladani mereka, kita belajar untuk tidak mudah menyerah dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan.
Penghormatan kepada guru, baik yang mengenalkan dzahir syariat maupun guru mursyid, juga berarti menjaga dan meneruskan ilmu yang telah mereka berikan. Ilmu yang mereka tanamkan kepada kita adalah amanah yang harus kita jaga dan sebarkan kepada orang lain. Dengan berbagi ilmu yang telah kita pelajari, kita tidak hanya membantu orang lain untuk memahami dan menjalankan ajaran Islam dengan benar, tetapi juga mengalirkan pahala kepada guru-guru kita. Inilah salah satu cara kita bisa membalas jasa mereka dan menunjukkan rasa hormat yang tulus.
Selain itu, dalam menjaga hubungan baik dengan guru, kita juga diingatkan untuk selalu berdoa bagi kesejahteraan mereka. Doa adalah bentuk penghargaan yang sangat berharga dan menunjukkan rasa terima kasih kita atas segala bimbingan yang telah mereka berikan. Dalam setiap doa, kita memohon kepada Allah agar senantiasa melimpahkan rahmat, keberkahan, dan kesehatan kepada guru-guru kita, serta memohon agar mereka senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Dengan berdoa, kita tidak hanya menunjukkan rasa syukur, tetapi juga memperkuat ikatan spiritual antara kita dan guru-guru kita.
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam membentuk perjalanan spiritual seseorang. Orang tua, keluarga, dan teman-teman tentu memiliki kontribusi besar. Namun, peran guru, khususnya guru mursyid, memiliki dimensi yang unik dan sangat mendalam. Mereka tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membantu membentuk karakter dan spiritualitas kita. Mereka adalah penerang jalan di tengah kegelapan, pemandu yang membantu kita menemukan jalan yang benar di tengah segala kesulitan dan kebingungan duniawi.
Oleh karena itu, Habib Luthfi Bin Yahya dengan bijak mengingatkan kita untuk tidak sekali-kali melupakan jasa-jasa mereka. Dalam era modern ini, di mana materialisme dan individualisme sering kali mengaburkan nilai-nilai spiritual, nasihat ini menjadi semakin relevan. Menghormati guru adalah bentuk dari kearifan dan kebijaksanaan yang seharusnya kita pegang teguh. Dalam menghormati mereka, kita sebenarnya sedang menghormati ilmu dan kebijaksanaan yang mereka wariskan, yang pada akhirnya membawa kita lebih dekat kepada Allah SWT.
Sebagai penutup, nasihat Habib Luthfi Bin Yahya ini mengajarkan kita bahwa perjalanan spiritual adalah sebuah proses yang membutuhkan bimbingan, kesabaran, dan penghormatan yang tinggi terhadap para guru. Dengan menghargai dan menghormati mereka yang telah membimbing kita, kita tidak hanya menunjukkan rasa syukur, tetapi juga memperkuat fondasi spiritual kita. Melalui penghormatan ini, kita berharap dapat terus berada dalam jalan yang benar dan semakin mendekatkan diri kepada Allah, Sang Maha Pemberi Hidayah dan Rizki.