Oleh: Najih Ae

Ahmad Ali Adhim adalah sosok muda inspiratif yang lahir di Lamongan pada tahun 1993. Putra sederhana yang akrab disapa Cak Ali ini menempuh pendidikan di MTs Sunan Drajat Sugio, kemudian melanjutkan ke SMK Sunan Drajat Paciran Lamongan. Semangat intelektualnya membawanya lolos jalur SBMPTN ke UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, lalu meneruskan pendidikan pascasarjana di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Fakultas Manajemen Pendidikan Islam. Perjalanan hidupnya penuh dinamika—dari berjualan keliling di kawasan Malioboro hingga kemudian dipercaya menjadi Kepala Madrasah MA Peradaban, lembaga pendidikan yang didirikan oleh novelis mas Aguk Irawan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Ketekunan dan kerja keras membentuk karakter kreatif Cak Ali, terutama dalam dunia literasi dan digital. Ia dikenal sebagai founder “Dawuh Guru”, sebuah gerakan dakwah literasi yang berkembang pesat melalui media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Dari satu akun inti, kini Dawuh Guru memiliki banyak cabang dan jaringan, menjadi ruang inspirasi bagi ribuan pembaca dan penulis muda. Melalui platform ini, Cak Ali tidak hanya berbagi nasihat dan pemikiran, tetapi juga menghidupkan kembali semangat literasi di tengah derasnya arus teknologi.

Tidak berhenti pada konten digital semata, Cak Ali juga aktif menulis dan menerbitkan buku, novel, biografi, serta karya-karya reflektif lainnya. Ia membangun dunia penerbitan yang dikelola dengan serius dan profesional, sekaligus membuka kesempatan bagi para penulis pemula untuk mempublikasikan karya mereka. Hadirnya Dawuh Guru Kids menjadi bukti bahwa kepeduliannya terhadap pendidikan literasi tidak hanya menyasar orang dewasa, tetapi juga generasi anak-anak yang kelak menjadi pewaris peradaban digital.

Dalam perjalanan kreatifnya, Cak Ali menikah dengan salah satu murid terbaiknya dalam bidang karya tulis yang dikenal dengan nama “Gadis Kenanga”. Bersama, mereka membentuk pasangan kreator yang solid, saling menguatkan dalam proses berkarya, dan terus melahirkan inspirasi baru. Kehadiran keduanya menjadi teladan bahwa kreativitas dapat tumbuh subur bila dijalani dengan kesungguhan dan didukung oleh lingkungan yang tepat.

Pesan yang terus disampaikan Cak Ali kepada generasi milenial sangat relevan: penggunaan media sosial bukan hanya untuk hiburan atau sekadar menggulir layar, tetapi dapat menjadi ruang produktif untuk mengembangkan potensi, menghasilkan karya, membuka peluang pendapatan, bahkan menjadi sarana dakwah yang membawa nilai kebaikan. Dalam era digitalisasi yang begitu cepat, Cak Ali muncul sebagai salah satu contoh nyata bagaimana teknologi dapat diubah menjadi jalan kebermanfaatan.

Kini, Cak Ali Adhim berdiri sebagai sosok yang mampu mengubah tantangan menjadi peluang. Konsistensi, keberanian mencoba hal baru, serta kemampuan membaca zaman menjadikannya figur pembaharu di dunia literasi modern. Setapak demi setapak, ia terus berkembang dan membuka kesempatan bagi banyak orang untuk tumbuh bersamanya melalui komunitas Dawuh Guru.

Di tengah perjalanan panjang itu, Cak Ali selalu mengingatkan bahwa setiap langkah kecil dapat menjadi perubahan besar bila dilakukan dengan niat yang tulus. Sudah saatnya kita meneladani semangat tersebut—berkarya dari bidang kita masing-masing, menjadi pribadi yang lebih bermanfaat, dan terus memberikan kontribusi bagi lingkungan sekitar. Seperti pesan yang sering ia sampaikan, “Kebaikan tidak perlu menunggu besar, cukup lakukan dari apa yang kita punya, lalu biarkan Allah yang menyempurnakan.”