Berbagi Spirit Moderasi dan ‘Jihad’ Literasi Bersama Mahasiswa Baru Ushuluddin IAIN Kudus

Oleh: Aditya Pratama

Pesantren Kreatif Baitul Kilmah menyambut kedatangan dua bus besar dan dua mobil Toyota Hiace. Merka civitas akademika Program Studi Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus.

Rombongan besar tiba sekitar pukul 13.00 wib. Setelah ISHOMA, kegiatan seminar dan diskusi dimulai, dengan tema “Praktik dan Pendampingan Penulisan Artikel Populer Keagamaan Berbasis Ide Moderasi Beragama”.

Rombongan dari IAIN Kudus dipimpin oleh Dr. Irzum Farihah (Wakil Dekan 2 Fakultas Ushuluddin), Nuskhan Abid, M. Pd (Ketua Prodi Aqidah dan Filsafat/AFI), dan Moh. Muhtador (Sekretaris Prodi AFI, Dosen Fakultas Ushuluddin).

Setelah dua sambutan, yang pertama dari pihak kampus diwakili Ibu Wakil Dekan dan kedua dari pihak Baitul Kilmah diwakili pengasuh, kegiatan langsung dilanjutkan dengan penyampaian materi.

Pemateri pertama disampaikan oleh Dr. KH. Aguk Irawan, LC., M.A. Kiai Aguk (sapaan akrabnya). Beliau menyampaikan bahwa spirit literasi di Baitul Kilmah tidak muluk-muluk, tetapi sekedar memberi manfaat kepada siapapun.

Kiai Aguk menceritakan, santri-santri Baitul Kilmah berproses dalam literasi untuk hidup, menjalani takdir, menjadi mandiri. Berbekal penderitaan dan perjuangan, mereka mengubahnya menjadi spirit kreativitas.

Kiai Aguk juga menerangkan teknik menulis, bagi calon penulis yang berkomitmen menjadi penulis profesional, membaca adalah sebuah kewajiban. Kemudian menceritakan bahwa santri-santri Baitul Kilmah yang memiliki latar belakang pendidikan beragam (prodi ekonomi bisnis, Agrisbisnis, Teknologi pertanian, etc.) diwajibkan baca buku filsafat minimal 100 judul.

Kemudian kepada para mahasiswa baru Prodi Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus, Kiai Aguk berpesan, bahwa “kalian harus membaca buku sebanyak 1,000 (seribu) judul. Jika tidak, batalkan niat jadi penulis”.

Dari sinilah, Kiai Aguk yakin, mahasiswa prodi Aqidah dan Filsafat akan dengan sendirinya menjadi intelektual sekaligus intelektual-penulis yang moderat.

Setelah Kiai Aguk, tiga pemateri berikutnya adalah Ustad Imam Nawawi, M.Hum, Ustad Anas S. Malo, S.TP., dan Ustad Muhammad Aqib.

Ustad Imam menjelaskan teknik sederhana menulis artikel populer. Menurutnya, artikel populer cukup terdiri dari dual hal utama: premis dan argumentasi. Paragraf pertama dibuka dengan premis, dan paragraf selanjutnya hanya tentang pembuktian-pembuktian argumentasi.

Ustad Imam mencontohkan salah satu artikelnya tentang konsep politik Islam, yang berisi gagasan pluralisme dan moderasi, sert membahasnya bagian-bagian yang menjadi premis dan argumentasi.

Selanjutnya materi disampaikan Ustad Aqib. Ia menceritakan pengalaman awal berproses dari titik nol, saat masih belum mengerti aturan kepenulisan dan jurnalistik, di bawah asuhan langsung Kiai Aguk.

Menurut Ustad Aqib, memiliki guru yang tegas dalam mengoreksi dan mengkritisi karya kita adalah hal paling penting. Sebagai seorang penulis, sabar menikmati kritikan bahkan hujatan adalah jalan terbaik.

Terakhir, materi disampaikan Ustad Anas, yang membenarkan apa yang disampaikan Ustad Aqib. Karena Ustad Aqib juga belajar pada Ustad Anas sebagai santri senior di Baitul Kilmah.

Dalam materinya, Ustad Anas menekankan, bahwa kreativitas kepenulisan membutuhkan lingkungan yang kondusif. Jika lingkungannya adalah lingkungan para penulis, maka orang yang tidak kreatif pun akan perlahan-lahan ikut kreatif menjadi penulis.

Sebaliknya, kata Ustad Anas, seorang penulis yang berada di lingkungan yang salah dan kondusif, akan terpengaruh. Bahkan dimungkinkan spiritnya untuk menulis akan kendor.

Kegiatan seminar dan tanya jawab ini berakhir pada pukul 15.30 wib. Ditutup dengan pembacaan doa oleh Moh. Muhtador, yang dilanjut oleh Kiai Aguk.

Setelah selesai foto bersama, rombongan pamit untuk melanjutkan perjalanan. Sebagian berencana untuk langsung kembali ke Kudus dan sebagian lagi menikmati malam di Jogja.[]

Rekomendasi