Bagi mahasiswa, memilih antara mondok di pesantren atau ngekost sering menjadi dilema. Ada yang menganggap mondok sudah tidak relevan di era modern ini, sementara yang lain masih melihat banyak manfaat dalam tinggal di pesantren mahasiswa. Sebenarnya, baik mondok maupun ngekost sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan, tergantung pada tujuan dan gaya hidup masing-masing mahasiswa.
Mahasiswa yang mondok di pesantren memiliki beberapa kelebihan. Lingkungan religius menjadi salah satu nilai tambah, di mana pembiasaan ibadah berjamaah, kajian rutin, serta bimbingan dari para ustaz bisa membantu mahasiswa menjaga nilai-nilai agama di tengah kesibukan kuliah. Selain itu, aturan pesantren membuat mahasiswa lebih disiplin dalam membagi waktu antara kuliah, ibadah, dan aktivitas lainnya. Pergaulan di pesantren lebih terarah, meminimalisir gaya hidup konsumtif dan interaksi yang kurang bermanfaat. Tak hanya itu, mahasiswa yang mondok juga mendapatkan akses ilmu agama yang lebih dalam, menjadi nilai plus bagi mereka yang ingin memperkaya wawasan Islam.
Namun, mondok juga memiliki kekurangan. Waktu bebas mahasiswa menjadi lebih terbatas karena adanya jadwal yang telah ditetapkan. Aturan yang ketat terkadang membuat mahasiswa merasa kurang fleksibel dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu, privasi di pesantren sering kali lebih rendah karena kamar biasanya dihuni oleh lebih dari satu orang.
Di sisi lain, mahasiswa yang memilih ngekost memiliki kebebasan lebih dalam mengatur waktu. Mereka bisa lebih fleksibel dalam menyesuaikan jadwal belajar, organisasi, atau kegiatan lainnya. Privasi juga lebih terjaga, terutama bagi mereka yang memilih kamar kost sendiri. Selain itu, mahasiswa yang ngekost memiliki kesempatan bersosialisasi lebih luas, baik di kampus maupun lingkungan sekitar, serta tidak terikat dengan aturan ketat yang membatasi aktivitas mereka.
Meski begitu, ngekost juga memiliki tantangan tersendiri. Godaan gaya hidup konsumtif lebih besar, seperti lebih sering jajan di luar atau nongkrong hingga larut malam. Kurangnya pengawasan juga membuat mahasiswa harus memiliki kontrol diri yang kuat agar tidak terjerumus dalam kebiasaan yang kurang baik. Selain itu, minimnya bimbingan keagamaan bisa menjadi kendala bagi mahasiswa yang tidak secara aktif mencari komunitas atau kajian keislaman.
Pada akhirnya, baik mondok maupun ngekost memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana mahasiswa menjalani pilihannya dengan target yang jelas. Jika ingin lebih mendalami agama dan membangun kedisiplinan, mondok bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun, jika membutuhkan fleksibilitas lebih dalam belajar dan berkegiatan, ngekost juga bukan pilihan yang buruk, asalkan tetap memiliki kontrol diri dan lingkungan yang mendukung. Bukan soal di mana tinggalnya, tetapi bagaimana cara menjalani kehidupan sebagai mahasiswa agar tetap produktif, berkembang, dan tidak melupakan tujuan utama dalam menempuh pendidikan.
***
Sumber: diolah ulang dari berbagai situs media dan karya tulis ilmiah
Media Keislaman by: dawuhguru.co.id
Baca juga: Santri Laptop: Ketika Ilmu Agama Bertemu dengan Teknologi Digital