Oleh : Bagas Arya Muttaqin
Keyakinan dan budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa secara signifikan dipengaruhi oleh animisme dan dinamisme asli Indonesia. Mereka biasanya mendapatkan spesialis di bidangnya untuk memimpin upacara, seperti tetua desa. Arwah leluhur akan diundang ke upacara oleh sesepuh desa, dimana yang hadir akan meminta restu dan petunjuknya. Untuk melengkapi perayaan tersebut mereka akan membawa sesajen yang ditujukan untuk leluhur mereka.
Mereka juga menari dibarengi dengan suara. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar keluarga tidak diganggu oleh makhluk halus lain yang menyuruh seseorang melakukan hal-hal yang tidak baik dan agar keluarga yang meninggal bahagia dan diberkahi. Selain beragama Hindu-Budha, warga Mojokerto sudah mengenal Islam bahkan mengaku sudah memeluknya namun tidak menjalankan ibadahnya.
Ketika setelah KH. Muhammad Ilyas datang dan singgah pertama kali di Daerah Pekuncen, Mojokerto, KH. Muhammad Ilyas belajar lagi kepada KH. Moh. Rofi’I yang silsilah keturunannya sampai ke Ki Ageng Raden Basyariyah (Syeikh wulan) Madiun, menurut cerita paling mashur KH. Moh. Rofi’I merupakan pengasuh Pondok Pesantren Murukan yang sekarang telah berganti menjadi MI Nurul Huda 2. Makam KH. Moh. Rofi’I saat ini berada di belakang Masjid Pekuncen yang juga merupakan kompleks pemakaman dari raden-raden, atau biasa disebutnya Makam Pekuncen.
Kompleks Makam Pekuncen terletak di Jalan Pekuncen Gang II Kelurahan Surodinawan. Tata ruang pada kompleks ini terbagi atas tiga halaman yang dibatasi oleh jalan setapak yang berpaving dan berpagar tembok. Nama Pekuncen sendiri adalah nama sebuah dusun yang ada di Kelurahan Surodinawan Mojokerto.
Asal-usul dusun Pekuncen diambil dari nama Mbah Kuncen seorang tokoh Islam pada waktu itu. Hal tersebut diperkuat dengan adanya makam kuno di halaman makam terluar di sisi barat, nisan berbahan batu andesit dengan bentuk kurawal menunjukkan makam seorang wanita, dengan angka tahun menggunakan huruf Arab masyarakat menyebutnya makam Pekuncen.
Halaman pertama (sisi selatan) saat ini diperuntukkan sebagai lokasi pemakaman umum tidak bernama dan terdapat sebuah makam tidak bernama, namun berdasarkan keterangan pemelihara makam tersebut merupakan makam Mbah Kuncen.
Halaman kedua merupakan kompleks pemakaman Bupati Tjondronegoro II sebagai Bupati Mojokerto pertama dan keluarga.
Halaman ketiga merupakan lokasi pemakaman Bupati Tjondronegoro III dan keluarga, termasuk di dalamnya R.P Soeroso. Adapun vegetasi di area kompleks pemakaman terdiri atas sekitar pohon kamboja, bambu apus, maja, pisang, matoa, kenanga dan pohon cendana.
KH. Moh. Rofi’i pada akhirnya menikahkan KH. Muhammad Ilyas. dengan putrinya yang bernama Shofurah, dan juga sepupu dari istri KH. Hasyim Asy’ari, yang bernama Nafiqoh karena dari segi keilmuan, KH. Muhammad Ilyas dinilai mumpuni.
KH. Muhammad Ilyas memiliki tiga istri, yaitu Nyai Shofurah, diikuti oleh Nyai Rif’atin dan Nyai Khakim. Ia dikaruniai tiga putra dan dua putri melalui pernikahannya dengan Nyai Shofurah, diantaranya Moh. Thoyyib, KH. Ismail, Juwariyah (Nyai Ghozali Mojodadi), Moh. Siddiq, dan Maisaroh (Nyai Ghufran Miji).
Sementara itu, pernikahannya dengan Nyai Rif’atin membuahkan seorang anak, yakni Abdul Kholik yang meninggal dunia saat masih kecil. KH. Muhammad Ilyas tidak memiliki anak dari Nyai Khakim, istri ketiganya.
Menurut cerita, hubungan dekat antara KH. Muhammad Ilyas Penarip dan KH. Hasyim Asy’ari terjalin karena sering berkomunikasi. Hal ini didukung dengan ditemukannya surat dari KH. Hasyim Asy’ari yang tersembunyi di dalam kitab kuno KH. Muhammad Ilyas Penarip. Surat ini ditulis pada Rabiuts-tsani tahun 1359 H, pada bulan Juli dan Agustus 1940 Masehi. Mbah Ilyas tampaknya menulis surat ini sebagai tanggapan atas pengurus Pondok Pesantren Tebuireng itu.
Hal yang menarik dari surat tersebut adalah pada surat KH. Hasyim Asy’ari memanggil KH. Muhammad Ilyas dengan “Hadrat Al-Shaikh Muhammad Ilyas Akramakumullahu bi karamat Ash-Salihin fi Ad-Dini wa Ad-Dunnya wa Al-Akhirat” yang merupakan penghargaan yang disampaikan kepada Muhammad Ilyas. Gelar Hadrat Al-Shaikh hanya diberikan kepada beberapa individu terpilih yang memiliki gelar tinggi.
Bersambung….