Penulis: M. Ibram Syah
Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi merupakan salah satu ulama yang tersohor dan masyhur di Nusantara bahkan dunia. Beliaulah ulama yang menyusun Kitab Nashoihul Ibad sebagai syarah dari kitab kumpulan nasihat karya Al-‘Alamah Al-Hafizh Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syafi’i yang masyhur dengan sebutan Ibnu Hajar Al-Asqolani Al-Mashri yang berjudul Al-Munabbihat ‘Ala Al-Isti’dad Lil Yaum Al-Ma’ad.
Dalam kitab tersebut Pada bagian pembahasan nasihat-nasihat yang mengandung tiga himbauan terdapat nasihat dari salah satu Sahabat Nabi yaitu beliau Sayyidina ‘Ali Karromallahu Wajhah yang menjelaskan tiga sikap manusia sempurna. Pertama yang beliau katakan adalah Jadilah Manusia yang paling baik menurut Allah Ta’ala. Kemudian yang kedua adalah Jadilah Manusia yang paling buruk dalam pandangan diri sendiri. Kemudian yang ketiga Jadilah Manusia biasa dihadapan orang lain.
Jika kita uraikan satu persatu maka akan mempermudah pemahaman kita atas ketiga poin nasihat tersebut. pertama bahwa Jadilah Manusia yang paling baik menurut Allah Ta’ala, artinya bahwa dalam menjalankan setiap perintah dan menjauhi segala larangan dari Allah Ta’ala senantiasa kita jalankan dengan semaksimal mungkin dan senantiasa mengi’tikadkan diri untuk berupaya senantiasa menambah baik kualitas maupun kuantitas dalam melakukan kebaikan dan setiap ibadah yang diniatkan hanya untuk Allah Ta’ala semata.
Kemudian yang kedua Jadilah Manusia yang paling buruk dalam pandangan diri sendiri, artinya bahwa kita sebagai Hamba Allah senantiasa memiliki anggapan masih memiliki banyak kekurangan dan keluputan yang tidak dapat dihindari. Namun, bukan berarti hal tersebut menjadikan runtuhnya semangat hidup dan beribadah kepada Allah, hal tersebut digunakan sebagai bentuk evaluasi dan refleksi terhadap diri sendiri, untuk kemudian setelahnya bersegera untuk mengaktualisasikan diri menuju pribadi yang lebih baik lagi dalam segala hal.
Berikutnya yang ketiga adalah Jadilah Manusia biasa di hadapan orang lain. Maka segala hal yang menjadi kelebihan yang dimiliki oleh manusia sejatinya hanyalah anugerah dari Allah dan sekedar titipan saja, lantas janganlah sekali-kali menyombonhgkan atas segala hal yang menurut kita sebagai kelebihan, ingat..! semua hanyalah titipan Allah Ta’ala. Selain itu menjadi manusia biasa artinya senantiasa menjalankan kehidupan yang baik dan ramah selayaknya masyarakat di sekitar kita, bersilaturahim dan senantiasa bahu membahu mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik. Dianggap berprestasi, baik hati, dan tidak sombong oleh orang lain hanyalah bonus, tidak lebih dari itu. Anggapan yang buruk yang disematkan kepada diri kita maka jikalau memang realita dan faktanya demikian maka bersegeralah bermuhasabah dan menata diri kembali, apabila memang tidak sesuai dengan realita dan fakta yang ada, ya sudah karena itu semua adalah hak mereka manusia dalam menafsiri setiap keadaan manusia yang lainnya, yang penting jangan sampai kita menjadi bagian dari mereka.
Semoga ketiga hal tersebut menjadi nasihat dari beliau Sayyidina ‘Ali Karromallahu Wajhah yang dapat senantiasa kita upayakan dalam kehidupan sehari-hari, dan tentunya kita senantiasa berharap kepada Allah Ta’ala untuk memberikan kekuatan untuk melaksanakannya.
Penulis : M. Ibram Syah
Santri PP. An-Nawawi Berjan Purworejo,
Wakil Ketua Satu Bidang Kaderisasi Internal PK. PMII An-Nawawi