Teologi Harun Nasution dalam Ruang Lingkup Budaya dan Kemasyarakatan

Oleh: Amirah Dzaky Ilma

Di dalam kajian keislaman terdapat banyak sekali bidang ilmu dan pemikiran, salah satunya adalah bidang teologi, Pemikiran teologi pada saat ini telah banyak perkembangannya, salah satunya yaitu teologi modern, dan teologi rasional merupakan salah satu ciri dari teologi modern. Pembahasan tentang teologi rasional pastilah tidak akan lepas dari salah satu tokoh yang satu ini yaitu Harun Nasution, ia merupakan seorang pemikir rasional yang membawa pengaruh besar dalam khazanah pemikiran Islam di Indonesia. Beliau telah mengupayakan dengan kemampuan intelektual yang ia miliki agar teologi yang sebelumnya dianggap sebagai ilmu langit untuk dibumikan dan diaktualisasikan dalam kehidupan sosial. Harun Nasution memandang teologi rasional sesuai untuk masyarakat modern karena ia memiliki konsekuensi erat dengan perbuatan manusia dalam hidup keseharian.

Harun Nasution memandang teologi rasional sesuai untuk masyarakat modern karena ia memiliki konsekuensi erat dengan perbuatan manusia dalam hidup keseharian. Pemikiran teologi Harun Nasution memiliki kekhasan dan keunikan dibandingkan dengan pemikiran teologi yang pernah ada dalam dunia Islam pada umumnya dan di Indonesia khususnya. Harun Nasution menekankan pentingnya teologi yang bebas, pemikiran teologi yang realistis dan memberikan implikasi langsung pada kehidupan sosial yang disebutnya dengan teologi rasional, penyebutan teologi rasional ini tidak lantas menunjukkan bahwa ia telah membangun teologi baru. Harun tidak pernah membangun teologi baru, namun ia hanya mengambil satu sisi dan teologi rasional.

Harun Nasution memiliki 4 dimensi dalam hal ini yaitu Pendidikan, Politik, Budaya, dan Sosial Kemasyarakatan. Dan pada kali ini kita akan membahas dari 2 dimensi saja yaitu dimensi budaya dan soSial kemasyarakatan

Dimensi Budaya

Agama sangat dipercayai oleh masyarakat sejak sejarah kemanusiaan itu hadir ke bumi. Agama telah berumur setua sejarah manusia itu sendiri. Oleh karena itu, tidak mungkin membahas tentang agama tanpa melibatkan manusia serta peradabannya. Agama dan peradaban memiliki kaitan yang sangat erat karena keduanya saling mewarnai satu sama lain. Agama dapat berkembang berkat pengaruh. Begitu juga dengan budaya, dalam hal tertentu budaya diakui oleh agama bahkan dijadikan bagian dari agama. Agama merupakan doktrin yang memerlukan budaya dalam mengimplementasikan ajarannya di dalamnya. Agama juga memilki pengertian yang dapat dipahami dengan beberapa pendekatan. Dalam pendekatan inklusif, agama merupakan seperangkat kepercayaan melalui penggunaan rasa dengan seperangkat kepercayaan yang menguasai kehidupan. Dalam makna tersebut, agama merupakan persoalan keprcayaan dan rasa terhadap adanya suatu kekuatan yang mengatur jalannya kehidupan. Sedangkan secara ekslusif agama dipahami sebagai representasi nilai-nilai tertentu yang dianggap suci dalam bentuk historis dan juga kultural.

Baca Juga  Pesan Mahfud MD Kepada Para Santri: Jangan Tamak dan Serakah

Menurut Harun Nasution, agama memiliki dua sisi yang berbeda namun berkaitan satu sala lain. Kedua dimensi itu adalah dimensi ritus dan dimensi persoalan budaya. Agama yang didasarkan pada doktrin melahirkan ritus dan budaya dalam pengamalannya. Dalam pandangan Barat dan Timur manusia beragama dianggap memiliki perbedaan. Persepsi dari masyarakat Barat terhadap manusia merupakan makhluk fisik yang memiliki jiwa dan akal, tidak lebih dari itu. Tetapi dalam pandangan Timur, selain memiliki hati dan jiwa, manusia juga memiliki hati.

Harun Nasution juga menegaskan bahwa agama tidak termasuk unsur dari kebudayaan karena agama bukan merupakan hasil cipta karsa dan karya dari manusia. Agama murni diturunkan Tuhan sebagai pedoman bagi manusia. Agama dan budaya memiliki perbedaan yang signifikan. Walau demikian, dalam batas tertentu budaya dapat mewarnai agama ketika agama diaplikasikan dalam lingkungan masyarakat yang hidup dengan budaya tertentu.

Dimensi Sosial Kemasyarakatan

Terkait dengan dimensi kehidupan sosial kemasyarakatan, Harun Nasution merekomendasikan bahwa seluruh kehidupan sosial kemasyarakatan harus berdasarkan pada Al-Quran dan Hadist. Kedua sumber rujukan ini merupakan landasan utama bagi setiap rujukan Muslim dalam bersikap. Islam bukan hanya agama yang mengatur kepercayaan atau ritual terhadap Tuhan saja, lebih dari itu, Islam merupakan pedoman hidup bagi seorang Musli, oleh karena itu maka kehidupan sosial kemasyarakatan merupakan aspek yang mendapat perharian dari Al-Quran dan Hadist Nabi. Kedua sumber ini merupakan landasan bagi membangun masyarakat Islam yang berperadaban dengan pengembangan dan aplikasi nilai-nilai yang terkandung dalam kedua sumber Islam tersebut. Al-Quran dan Hadist merupakan pegangan utama dalam menjalani kehidupan manusia yang mengandungi nilai-nilai yang menjadi rujukan dalam menata kehidupan agar manusia terhindari dari masalah.

Baca Juga  Pemikiran Insan Kamil Abd Karim Al Jili

Harun Nasution memandang bahwa Al-Quran tidak mengandung segalanya tentang kehidupan manusia. Al-Quran hanyalah petunjuk umum yang mesti diinterpretasi sesuai dengan konteks kehidupan manusia. Harun Nasution menolak pandangan bahwa Al-Quran mengandung segalanya tentang kehidupan manusia. Pandangan ini keliru menurut beliau, karena bertentangan dengan akal serta tidak pernah dianut oleh para sahabat Nabi sebelumnya. Dari pola pikir tersebut justru membawa kemunduran dan kejumudan pemikiran serta tidak sesuai untuk menjawab tantangan zaman. Pola piker yang mengatakan bahwa Al-Quran mengandung segalanya dapat memberikan pemahaman sempit terhadap Islam seolah Islam tidak cocok bagi semua masyarakat dan tidak sesuai sepanjang zaman. Pandangan ini membawa umat Islam kepada kebodohan dan ketertinggalan karena kalah bersaing dengan umat lainnya yang lebih rasional dan ilmiah.

Sumber:

Arifin, Muhammad. Relevansi dan Aktualisasi Teolog, Substantia, 2014 

Kuntowijoyo. Paradigma Islam, Bandung: Mizan, 1995.

Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan Peradaban, Sebuah Telaah Kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan, Jakarta: Paramadina, 2000.

Madjid, Nurcholis. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1998.

Nasution, Harun. Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun Nasution, Bandung: Mizan, 1994.

Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta: UI Press, 1986.

 

Tinggalkan Balasan