Oleh: Ghina Mufidah
Tamak atau yang sering disebut juga dengan rakus merupakan penyakit hati yang sangat membahayakan jiwa manusia. Sifat Tamak ini merupakan sikap rakus terhadap hal yang berbau dunia tanpa memikirkan halal dan haramnya. Tamak merupakan salah satu sifat yang dibenci oleh Allah, sehingga kita harus menghindarinya. Tamak dapat mengakibatkan sikap dengki, perbuatan keji, dusta, curang, permusuhan, dan lain lain.
Di masa ini, banyak orang yang terlena pada dunia. Kemajuan ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan sekarang ini berdampak negatif bagi sikap hidup dan perilaku manusia, baik sebagai manusia beragama maupun tidak.. Rasulullah SAW menggambarkan sikap rakus ini dengan sangat tandas : “Jika anak adam memiliki satu lembah berisi emas, maka ia akan mencari lembah lain agar menjadi 2 lembah dan tidak ada yang menutup mulutnya melainkan tanah. Dan Allah maha menerima taubat orang yang bertaubat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam pandangan sufi, tamak adalah keinginan syahwat yang menggerakkan manusia untuk memuaskan hasrat keduniawian. Kebersihan jiwa yang dekat dengan sang khalik merupakan puncak tertinggi keimanan seseorang. Jiwa adalah lahan penyempurnaan bagi berkembangnya keimanan manusia dan akal adalah pemegang kemudinya. Jika akal memikirkan untuk menemukan Tuhan dan akal memenangkan pergolakan dari jiwa ini, maka manusia akan hidup dengan kemuliaan dan keyakinan yang amat tinggi terhadap Tuhannya. Akal akan tetap mengarahkan manusia untuk mengabdi dan menyembah Allah sang pemelihara serta pemilik alam semesta ini.
Macam – Macam Tamak
Tamak biasa terjadi apabila seorang manusia:
- Merasa tidak membutuhkan orang lain untuk meraih kesuksesan.
Orang seperti ini selalu memiliki sifat egois yang tinggi. Bahkan ia rela ‘menyingkirkan’ yang ia anggap sebagai competitor agar ia mendapatkan semua keuntungan yang ada.
- Memiliki sifat gila kerja.
Orang-orang yang memiliki sifat seperti gila kerja ini, cenderung menomor satukan pekerjaan daripada keluarga, kesehatan diri, dll. Maka tak heran banyak orang kaya yang keluarganya kurang harmonis atau berantakan.
- Memiliki kecenderungan selalu memanfaatkan orang lain.
Orang-orang dengan sifat seperti ini cenderung memanipulasi dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai kemauannya dengan tujuan merauk keuntungan bagi dirinya sendiri.
- Mudah terpancing untuk memenuhi kebutuhan mendesak tanpa tujuan yang jelas.
Mereka akan mencoba cari berbagai cara agar bisa memenuhi kebutuhan yang mendadak atau mendesak tanpa berhikmat terlebih dahulu. Jika orang ini tidak memiliki pengelolaan uang yang benar maka pastinya setiap keputusannya akan tidak tepat dan membawanya kepada lubang permasalahan keuangan. Alhasil uang yang ada padanya akan habis atau lenyap begitu saja tanpa tersisa bahkan mungkin ia akan memberanikan diri untuk berhutang kepada orang lain.
- Memiliki mentalitas ‘ingin cepat kaya’.
Mereka menghalalkan segala cara demi mendapatkan kekayaan dunia tanpa memandang sifat halal haram dari pekerjaan tersebut. Memang mereka akan hidup dengan kekayaan dan berlimpah uang. Namun, tanpa mereka sadari kekayaan yang mereka dapatkan justru akan membawa malapetaka bagi mereka sendiri. Mengapa membawa malapetaka? Karena dari awal mereka hidup tidak dengan pengolahan uang yang sehat. Sehingga, ketika kekayaan itu dating mereka cenderung menggunakannya tanpa batas hingga kekayaannya semakin menipis. Akibatnya, setelah kekayaan itu habis, mereka masuk dalam lilitan hutang karena harus menkosongkan gaya hidup mereka yang sudah terlanjur tinggi.
Cara menghindari tamak ala Tasawuf
Tamak terjadi dikarenakan kecintaannya terhadap harta yang mendalam. Ada juga sebagian manusia hendak menimbun harta untuk kepentingan pribadi. Semakin banyak jumlah harta seseorang, maka akan memunculkan sikap serakah dan hasrat yang tak terkendali terhadap harta kekayaan. Maka dari itu, berikut merupakan cara-cara menghindari tamak, diantaranya:
- Mendekatkan diri kepada Allah SWT agar diberi rahmat serta hidayahNya.
- Membiasakan diri hidup sederhana dan menahan hawa nafsu untuk menjauhi keinginan yang tidak bermanfaat.
- Menerima segala keadaan yang ada, tanpa harus membanding-bandingkan dengan yang lain (qanaah).
- Selalu mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT.
- Menghindari sifat iri jika melihat orang lain yang bayak harta.
- Membiasakan diri bersifat jujur dan iklas.
- Fokus pada tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mencari ke-ridloan Allah, sehingga kita berlomba-lomba meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada-Nya.
REFERENSI
Mohan, FB. 2011. Ilmu Hadis. Tulungagung: JHPress.
Muhyidin T. 2013. Tamak dalam Perspektif Hadis. Jurnal Al Hikmah. XIV(1): 14.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
https://hasmipeduliorg/2018/10/12/bahaya-tamak-terhadap-harta-dunia/