Opini  

Struktur PBNU, Perpaduan Berbagai Golongan Dan Tiap Generasi

Oleh: Achmad Naufal Anam

Beberapa waktu lalu, ketua umum PBNU terpilih KH.Yahya Cholil Staquf bersama Rais ‘Aam PBNU KH.Miftakhul Akhyar dan jajaran pengurus baru mengumumkan struktur pengurus besar tanfidziyyah dan syuriyah Nahdlatul Ulama’ masa khidmah 2022-2027 yang nantinya akan bersama-sama mengemban amanah untuk berkhidmah selama lima tahun mendatang.

Dalam beberapa nama pengurus baru, banyak nama-nama yang mungkin baru terdengar yang sebelumnya mungkin asing di kalangan nahdliyyin, tapi tak jarang banyak nama yang sudah tidak asing lagi bagi kaum nahdliyyin bahkan ada beberapa nama yang melekat dengan dunia perpolitikan di tanah air masuk dalam struktural PBNU.

Dalam jajaran struktural PBNU, yang menjadi hal baru diantaranya adalah kaum perempuan yang masuk dalam struktural PBNU, karena semenjak awal berdiri dalam kepengurusan PBNU belum ada kaum perempuan yang masuk ke dalam struktur karena kaum perempuan mempunyai wadah tersendiri yaitu di PP Muslimat NU.

Struktur PBNU terbaru ini menjadi unik karena menyentuh seluruh golongan dan menyentuh tiap generasi, dari golongan politikus ada beberapa nama seperti Nusron Wahid (Golkar), Saifullah Yusuf (PKB), Nasyirul Falah (PDIP), Mardani Maming (PDIP), Khofifah Indar Parawansa (PKB), dan beberapa nama lainnya.

Dari golongan non politikus atau tokoh yang jauh dari hiruk pikuk politik dan lebih khas dengan kehidupan pesantren pun juga termasuk dalam struktural seperti KH. Bahauddin Nursalim (Gus Baha’), KH. Said Asrori, KH. Abdulloh Ubab MaimoenKH Abun Bunyamin Ruhiyat, dan masih banyak tokoh-tokoh lain.

Termasuk juga golongan para habaib yang ada di tanah air termasuk Habib Hilal al Aidid, Habib Ahmad al Habsyi, Habib Syech, Habib Lutfi Al Attas, Habib Zein Smith, dan beberapa habaib yang lainnya, termasuk juga perpaduan antara golongan sepuh (Tua) dengan golongan muda.

Baca Juga  Kesederhanaan dalam Karakter Ganjar Pranowo Warisan Ajaran Mbah KH. Hisyam Abdul Karim?

Terdapat beberapa kiai-kiai sepuh yang mengisi struktural PBNU seperti KH. Nurul Huda Jazuli, KH. Anwar Mansyur, KH. Afifuddin Muhajir, KH Anwar Iskandar, KH. Mustofa Bisri, KH. Jirjis Ali Maksum dan beberapa kiai sepuh yang lainnya. Selain itu terdapat beberapa golongan muda termasuk KH. Afifuddin Dimyati (Gus Awis), KH. Reza Ahmad Zahid (Gus Reza), KH. Abdurrahman al Kautsar (Gus Kautsar), KH. Ahmad Muzani (Malim mudo), KH. Cholil Nafis, Lc, dan beberapa tokoh muda lainnya.
Terdapat juga beberapa tokoh dari kalangan akademisi seperti Prof. Dr. Nizar Ali (Sekjen Kemenag), Prof. Dr. KH. Muhammad Nuh (Mantan Mendikbud) dan terdapat juga tokoh konglomerat yang sebelumnya asing dengan kepengurusan PBNU yaitu H. Muhammad Jusuf Hamka salah satu bos jalan tol Indonesia.

Selain tokoh muda, tokoh sepuh, tokoh politik, dan tokoh akademisi dari golongan kiai, ada juga beberapa tokoh dari golongan ibu nyai yang melengkapi structural, baik tokoh ibu nyai muda maupun ibu nyai sepuh, ada beberapa nama ibu nyai sepuh seperti Nyai Hj Shinta Nuriyah Wahid, Ny Nafisah Ali Maksum, Ny Nafisah Sahal Mahfudz. Selain itu ada beberapa nama dari golongan Ibu Nyai muda seperti Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), Alissa Wahid, Badriyah Fayumi, dan beberapa tokoh ibu nyai muda lainnya.

Hal ini menjadi unik karena semua golongan dan tiap generasi memiliki perwakilan, hal ini diharapkan mampu menjadi momen untuk menyatukan semua kepentingan menjadi satu kepentingan yaitu kepentingan Nahdlatul Ulama’ itu sendiri, yang mana kepentingan Nahdlatul Ulama’ pastinya bertujuan untuk kemaslahatan bagi warga NU itu sendiri, bagi umat islam, bagi bangsa dan Negara, bahkan bagi masyarakat seluruh dunia.

Baca Juga  Ning Willawati, Santri yang Akrab Prestasi

Dalam pemilihan struktur ini dengan memadukan antara golongan sepuh (tua) dengan golongan muda, golongan kiai dan ibu nyai, golongan akademisi, golongan politikus, dan golongan konglomerat pastinya bertujuan agar segala program yang akan dikerjakan oleh PBNU akan tersentuh semua, dengan ini tidak akan ada program yang berat sebelah karena setiap program akan dikerjakan bersama-sama tentunya akan dikerjakan oleh orang-orang yang ahli di bidangnya.

Semoga dengan adanya regenerasi kepemimpinan NU ini kedepannya NU akan semakin Berjaya. Bagi kami sebagai santri turut mendoakan yang terbaik kedepannya untuk NU, sebagai santri kami hanya bias sami’na wa atho’na dengan apa yang kiai-kiai dawuhkan. Selamat mengemban amanah untuk struktur PBNU yang akan dating semoga sukses kedepannya. Wallohu a’lam.

BIO PENULIS
Achmad Naufal Anam, Lahir di Magelang, 21 Februari 2002, saat ini sedang menempuh Pendidikan S1 di UIN Sunan Kalijaga mengambil program studi Ilmu Hukum, bergerak di organisasi PC IPNU Yogyakarta, PMII Rayon Ashram Bangsa, Formispa Pusat Yogyakarta, Al Mizan UIN Sunan Kalijaga, AIS Nusantara dan Organisasi Mataair dibawah asuhan KH.Mustofa Bisri. Pernah menempuh pendidikan pesantren di pesantren Tegalrejo Magelang, Ponpes Miftahul Huda Siwatu, dan 6 tahun di Ponpes Sunan Pandanaran, Sekarang juga Masih nyantri di Ponpes Minhajuttamyiz Timoho Aktif menulis di berbagai media baik di Website, Blog, WordPress, Instagram, Facebook, dan lain-lain. Beberapa tulisannya yang pernah dimuat “KH.Mu’tashimbillan Pandanaran, Kiai ‘Alim ‘Allamah yang Sangat Tawadlu’”, “Jelang Muktamar, Spa Sikap Kita Sebagai Santri? di media Dawuhguru.com, “Taliban Diantara Nasionalis dan Agamis”, “Tidak Sama Dengan Yang Diinginkan Bukan Berarti Gagal” di media Sarungan.id.

 

Tinggalkan Balasan