Opini  

Relevansi dan Pentingnya Belajar Mantik: Kunci Kesuksesan dalam Berpikir Logis

Relevansi dan Pentingnya Belajar Mantik Kunci Kesuksesan Dalam Berpikir Logis - dawuh guru
Gambar: Google

Oleh: Siti Nur Lutfiyatul Kharisma

(Mahasiswi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Uin Sunan Ampel Surabaya)

Sebelum melangkah lebih jauh, mari kita awali dengan sebuah pertanyaan “Apa itu ilmu mantik?”. Ilmu mantik atau logika merupakan salah satu disiplin ilmu yang membahas tentang undang-undang berpikir agar terhindar dari kesalahan dan mengajarkan tentang metode-metode yang dapat ditempuh dalam proses berpikir agar dapat menghasilkan buah pikiran yang benar. Dalam kaidah bahasa arab kata mantik merupakan bentuk masdar mimi yang berasal dari kata kerja nathaqa-yanthiqu-nutqhan-wa-manthiqan yang memiliki makna takallama (berbicara). Sebenarnya An-Nuthqu memiliki dua penafsiran makna, yaitu lisani (yang berarti lisan, atau berupa bentuk lafal), dan nafsiy (yang berarti buah pikiran). Nah, yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah makna yang kedua (yakni buah pikiran/akal pikiran dari manusia). Inti dari ilmu mantik adalah sebuah aturan agar seseorang tidak salah dalam mencapai pengetahuan yang baru, karena di dalam ilmu ini terdapat sekumpulan kaidah yang dapat dijadikan pondasi dalam berpikir.

Ilmu Mantik Menurut Pandangan Ulama

Ilmu mantik mulai berkembang di dunia Islam pada masa Bani Umayyah. Pada awal kemunculan hadirnya ilmu ini, mendapat respon yang sangat beragam dari berbagai ulama. Para ulama pro dan kontra dalam menyikapi kemunculan ilmu mantik ini. Ada yang memberi tanggapan baik, apresiatif, dan mengembangkannya dengan cara memberikan penafsiran dan mulai menyempurnakan, namun ada juga yang sebagian memberi tanggapan kurang baik dengan menolak dan bahkan menganggap ilmu mantik sebagai sebuah bid’ah. berikut beberapa rincian tentang tanggapan ulama terhadap ilmu mantik:

  1. Al-Ghazali membolehkan dan menganggap baik
  2. Ibn Shalah dan Imam Nawawi tidak membolehkan atau bahkan menghukumi haram untuk mempelajarinya
  3. Sebagian Jumhur Ulama menghukumi mubah atau boleh dengan syarat orang yang mempelajari memiliki iman yang kokoh dan akal yang cukup
  4. Al-Farabi, Ibnu Sina, Abu Wahin Ibn Rusyd menerima adanya ilmu mantik
  5. Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qoyyim, Jalaluddin As-Shuyuti menolak adanya ilmu mantik
Baca Juga  KETIKA TEKNOLOGI MENGUBAH TRADISI

Landasan Ayat Al-Quran tentang Berpikir

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَـٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَـَٔايَـٰتٍۢ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَـٰبِ ١٩٠ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَـٰطِلًۭا سُبْحَـٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ١٩١

ArtinyaSesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha suci engkau, lindungilah kami dari azab neraka”.

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan mengenai ayat ali-imron 190-191 di atas bahwa Allah menguraikan sekelumit dari ciptaan-ciptaannya dan memerintahkan kepada kita untuk memikirkan dan merenungkan mengenai semua ciptaan Allah itu, agar membuat kita sadar bahwa hanyalah Allah yang maha menguasai dan menciptakan apa-apa yang ada di alam semesta ini.

Dari penjelasan tafsir tersebut, dapat dipahami bahwa sebenarnya di dalam Al-Quran Allah sudah mengajarkan kepada kita agar pandai berpikir dengan kritis dan berpikir secara logis. Berpikir dengan kritis serta logis merupakan cara berpikir relaktatif yang masuk akal atau dapat di nalar untuk menentukan sebuah jawaban. Dengan berpikir kritis akan membuat manusia selalu memiliki rasa ingin tahu tinggi dan mencari tahu segala sesuatu yang menjadi pertanyaan di benaknya.

Relevansi Dan Pentingnya Belajar Tentang Ilmu Mantik

Berpikir secara kritis saja tidak cukup jika tidak di imbangi dengan sebuah landasan sebagai dasar. Karena cenderung kita sebagai manusia sering memiliki sebuah pemikiran yang tidak teratur dan mudah terpengaruh oleh keadaan, nafsu, dan emosi, sehingga mengkhawatirkan dapat menghasilkan pemikiran yang tidak jernih. Maka dengan ini, logika berpikir harus dibangun dengan benar dan lurus agar kita tidak salah dalam memberi hukum pada sebuah masalah atau membuat keputusan berdasarkan isi hati dan menuruti keinginan pemikiran diri kita sendiri.

Baca Juga  Masjid Jendral Sudirman: Majelis Masyarakat Filsafat

Dalam ilmu mantik, kita akan akan di arahkan dan di didik agar mampu menentukan pemikiran yang benar dalam berbagai aspek. Sehingga apabila kita menentukan sebuah pemikiran hukum ataupun ketika kita menelaah suatu pernyataan, kita memiliki modal yang cukup dan mampu memahami secara benar. Karena jika kita tidak mempelajari ilmu mantik, berpotensi dapat menghasilkan kesalahan dalam memahami dan bahkan memutuskan segala sesuatu.

Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa, pada dasarnya mempelajari ilmu ini dianggap sangat perlu karena dapat membangun pondasi pola pikir yang terarah secara jelas dan lurus. Walaupun masih ada pro kontra dari ulama tentang hukum mempelajarinya, namun jika dilihat dari landasan ayat Al-Quran di atas maka rasanya sah-sah saja jika kita belajar ilmu mantik, asalkan memiliki tujuan yang baik dan tidak menyimpang dari syariat. Adapun beberapa manfaat mempelajarinya adalah sebagai berikut:

  1. Melatih logika kita untuk berpikir secara bermutu dan terbiasa untuk berpikir secara logis
  2. Mudah untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah
  3. Dapat terbiasa berpikir dengan kritis
  4. Dapat membedakan dengan tegas antara cara berpikir yang benar dan cara berpikir yang salah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *