Berdiri di tengah dua jalur wisata utama bagian selatan Yogyakarta, yakni Pantai Samas dan Parangtritis. Sehingga menjadi sarang startegis maraknya lingkungan prostitusi, narkoba hingga perjudian. Melihat situasi tersebut, KH. Ahmad Muzammil menikahkan segenggam tanah dari Bangkalan dengan tanah Dusun Tegalsari untuk merintis Lembaga Pendidikan Islam pertama di wilayah pesisir selatan Kota Yogyakarta. Tepat pada tanggal 1 April 1997, gubuk yang dibangun sebagai cikal bakal pondok atas restu Sang Guru KH. As’ad Syamsul Arifin Situbondo (Santri Syaikhona Kholil Bangkalan yang menjadi perantara menyampaikan tasbih dan tongkat kepada KH. Hasyim Asyari sebagai titah berdirinya NU) ramai didatangi santri dari penduduk sekitar hingga luar daerah. Melanjutkan Program Santer (Santri Terbang) utusan Ma’had Aly Sukorejo Kyai Muzammil mengawali dakwahnya mengajar ngaji para mahasiswa di sebuah kos sempit di Nologaten, hingga akhirnya beliau berjalan ke selatan Yogyakarta. Tidak semudah mengikatkan tali pada sebuah tiang, awal perjuangan beliau mendapatkan banyak cacian hingga beragam ujaran yang hampir mematahkan semangat “Ra bakal dadi pondokmu, wong kene era ono sing seneng ngaji” (Nggak bakal jadi pondokmu, di sini nggak ada orang yang suka mengaji). Sepeser uang tidak beliau genggam, pesimisme semakin menghantui fikiran beliau hingga akhirnya beliau memutuskan ziarah para wali dan gurunya di jawa. Sudah menjadi kebiasaan beliau sejak nyantri untuk bertawashul kepada para wali, bahkan hingga bermalam berhari – hari di makam sampai menemukan jawaban. Di depan makam Kyai As’ad (Sang Guru Tercinta) kyai menangis memohon jikalau gurunya meridhoi niatnya, beliau memohon untuk di gembleng terus secara batiniyah hingga dikuatkan hatinya. Salah satu wirid rutin yang dibaca oleh Para Santri ialah Rotibul Haddad karangan Kyai As’ad Syamsul Arifin setiap ba’da sholat ashar, tak jarang kami para santri menemukan Kyai Muzammil akan marah pada santri yang tidak serius membacanya kemudian beliau menyampaikan “ Yang khusyu’ bacanya, Kyai As’ad rawuh” disitu kami menyimpulkan bahwa secara batiniyah Kyai As’ad selalu mendatangi dan mengawasi Rohmatul Umam. Di sisi lain, disaat beliau memiliki keterbatasan secara finansial untuk pembelian tanah ataupun pembangunan pesantren tak jarang beliau justru berziarah ke Makam Sunan Bonang dan Habib Ahmad Bafaqih Kemusuh (Godean). Berdasarkan penuturan Ny. Siti Arifah (Istri Kyai Muzammil) seringkali sepulang ziarah ada sosok asing datang membawa uang yang pas dengan jumlah yang harus dibayarkan untuk perluasan tanah pondok.
Riyadhoh batiniyah Pendiri Pondok Pesantren Rohmatul Umam membuahkan hasil, pesantren ini tetap tegak berdiri hingga saat ini meskipun banyak pihak ingin menghancurkan. Para Pengusaha hotel di wilayah pantai yang tadinya tiap malam pergi berjudi, kini hilir mudik mengaji. Di tengah kawasan prostitusi ternama Pantai Parangkusumo, Kyai Muzammil menginisiasi berdirinya Masjid dan mengadakan khataman rutin setiap bulan. Penduduk desa sekitar dari anak – anak hingga lansia antri mengaji setiap hari hingga mengundang beliau untuk mengajar di masjid – masjid desa. Melihat betapa pentingnya mengutamakan nama Allah di setiap perjuangan, Kyai juga mengajak para santri untuk rutin bersholawat di Pinggir Pantai Parangtritis setiap Padhang Bulan dan ziarah makam Syekh Maulana Maghribi maupun Syekh Bela – Belu ( Para wali yang lebih dulu memperjuangkan dakwah islam di pesisir selatan jawa pada masa kerajaan Mataram). Seiring berkembangnya pesantren, rutinan wirid istighotsah dan Maulid Simtudduror tidak pernah luntur menjadi riyadhoh wajib para santri dan guru. Bagi kami para santri, menyaksikan Kyai Muzammil yang berjalan tengah malam mengelilingi pesantren dengan tasbih coklat kayu yang khas dan terus berdzikir tiada henti adalah sebuah kekaguman terhadap keistiqomahan beliau ditengah padatnya jadwal ceramah yang harus beliau hadiri. Kini Rohmatul Umam mulai tumbuh subur dan dipercaya oleh masyarakat sekitar, bahkan banyak Kyai besar yang sering bertamu seperti KH. Fawaid As’ad, KH. Ahmad Azaim Ibrahimy, KH. Mustofa Bisri, Habib Husein Assegaf, Habib Syech bin Abdulqodir Assegaf, Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan dan masih banyak lainnya. Terakhir berdasarkan penuturan Cak Nun ( Budayawan Ternama yang menjadikan Kyai Muzammil sahabat dakwahnya ) saat Kyai Muzammil melaksanakan ibadah umroh ke tanah suci, beliau ditemui oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dalam pertemuan secara batin tersebut, kyai berjanji untuk tetap menjalankan pondok sesuai jalan yang diinginkan Kanjeng Nabi dan kepada para dzurriyah Kyai Muzammil selalu berpesan “ Selama amanah mendidik santri, selama dalam prosesnya pondok ini selalu berupaya menjadi lembaga yang diridhoi Allah, tidak perlu khawatir Insha Allah dicukupkan segalanya” tutur beliau secara langsung. Bergetar seolah tak percaya, tapi Mbah Nun turut bersaksi atas pertemuan tersebut.
Profil Pesantren
Pondok Pesantren Rohmatul Umam memiliki arti “Rahmat untuk semua ummat ( tidak satu ummat saja)” maka pesantren ini tidak menolak santri non – muslim untuk turut mengaji. Secara geografis terletak di Jl. Parangtritis Km. 22, Tegalsari, Donotirto, Kretek, Bantul, Yogyakarta 55772.
Nasab keilmuan berawal dari Pendiri dan Pengasuh Pertama Pondok Pesantren Rohmatul Umam Alm. KH. Ahmad Muzammil (6 Maret 1971 – 27 Mei 2021 ) yang merupakan murid langsung dari al-Maghfurlah KH. Thabrani bin Abd. Aziz (Bangkalan Madura) dan Hadlaratussyaikh KHR. As’ad Syamsul Arifin Asembagus Situbondo, seorang Kiai Kharismatik yang pada masa mudanya menjadi pelaku sejarah yang diberi amanah membawa tongkat dan tasbih sebagai restu pendirian NU dari Syaikhona Kholil Bangkalan kepada Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari Jombang. Juga santri dari KH. Abd. Muchit Muzadi (santri Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari) dan Gus Yusuf Muhammad (Jember), KH. Maksum Syafi’i, KH. Muchtar Syafaat, dan KH. Dailami (Banyuwangi), KH. Hasan Abd. Wafi dan KH. Abd. Wahid Zaini (Paiton Probolinggo). Al-Maghfurlah al-Habib Anies bin Alwi bin Habib Ali al-Habsyi (Solo). KH. Nawawi Abd Aziz, dan al-Habib Husain bin Abdullah Assegaf yang berasal dari Tuban.
Setelah KH. Ahmad Muzammil wafat, tongkat estafet perjuangan diteruskan oleh Ny. Siti Arifah ( Istri ) beserta putra dan putrinya.
Lembaga Non – Formal
Pendalaman Kitab Kuning
Sorogan Kitab Metode Walisongo
Tahfidz Al – Qur’an ( Metode Hanifida dan Wafa )
Pendalaman Bahasa Asing ( Arab dan Inggris )
Lembaga Formal
KBIT Ar – Rohmah ( Terakreditasi B )
TKIT Ar – Rohmah ( Terakreditasi A )
SDIT Ar – Rohmah ( Terakreditasi A )
SMPIT Ar – Rohmah ( Terakreditasi B )
SMAIT AR – Rohmah ( Terakreditasi persamaan SMA Ali Maksum dan SMA Patria Bantul )
Ekstrakurikuler
Berenang
Memanah
Pencak Silat
Pramuka
Drumband
Melukis
Pidato ( Public Speaking )
Puisi dan Pekan Sastra
Hadrah dan Qiro’ah Al – Qur’an
Komputer dan Multimedia
Fasilitas
Ruang Kelas yang Memadai ( Indoor & Outdoor )
Lab. Komputer
Perpustakaan
UKS ( Unit Kesehatan Siswa )
Koperasi
Lapangan Olahraga
Lahan Bercocok tanam ( Pertanian )
Informasi Umum & Pendaftaran
085865328917 ( Whatsapp )
Official Instagram : rohmatulumam_pondokku
Official Youtube Channel : Rohmatul Umam Official & Pondok Pesantren Rohmatul Umam
Galeri