Ada yang mengatakan bahwa untuk memahami perempuan itu sangat rumit. Kemungkinan memang benar dari sudut pandang laki-laki, namun jika sesama perempuan amat mudah bisa difahami. Terlepas dari itu perempuan selalu turut andil dalam setiap lini kehidupan. Lebih-lebih peran perempuan sebagai ibu atau istri, tentu memiliki peran andil yang amat besar terhadap anak dan suami. Ibarat gula perannya jarang tampak secara langsung, tetapi sangat lekat dan membekas.
Pada umumnya skala di dunia publik lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. Seorang ibu atau istri lebih banyak meluangkan waktunya di rumah. Meskipun begitu ibu rumah tangga tidak berfikiran individualis, mereka tetap selalu bergerak dinamis meskipun terkadang banyak yang hanya menghabiskan waktunya di rumah. Sangat banyak sekali penghasilan ekonomi yang kemudian dihasilkan oleh seorang perempuan tanpa harus sering meninggalkan rumah. Artinya bahwa meskipun istri/ibu rumah tangga itu sering berada di rumah mereka tidak membuang waktu dengan percuma, walupun ini tidak bisa terhitung semua perempuan yang demikian.
Dalam ceramahnya KH Agus Mashuri Sidoarjo, saat mengutip statemen Sayyidina umar bin Khottob bahwa jika ada orang sukses cukup melihat dua orang perempuan saja, ibunya atau istrinya. Ini sudah nampak jelas tentang bagaimana peran perempuan yang sebenarnya. Perempuan yang diibaratkan sebagai tiang negara tidak akan pernah diam untuk melakukan upayah terhadap anak-anaknya agar menjadi bagian yang selalu bermanfaat dalam kehidupan ini, serta selamat perjalanan hidupnya.
Bisa dilihat juga bagaimana cara seorang istri mempengaruhi suami atau anak-anaknya. Jika ia membawa pengaruh yang baik, semua akan baik-baik saja. Kemampuan istri atau seorang ibu dalam upaya untuk mengarahkan suami atau anak-anaknya amatlah kuat. Maka dalam sebuah ceramahnya almarhum KH Sulthon Abdul Hadi (pengasuh pesantren Bahrul Ulum Tambakberas) berkata bahwa perempuan haruslah pintar, karena seorang ibu itu yang sangat dekan dengan generasinya.
Perempuan memiliki kecerdasan detail dalam setiap tanggungjawabnya, segalanya akan terekam dengan sangat terperinci. Ini pernah disampaikan oleh Ann Kumar dalam bukunya Prajurit Perempuan Jawa Kesaksian Istana dan Politik Jawa Akhir Abad Ke-18. Perempuan yang berada dalam keraton memiliki kesaksian tersendiri sesuai dengan bidang masing-masing. Keuangan Kraton tertulis dengan rinci bagaimana pendapatan dan pengeluaran serta keguanaannya. Catatan harian perempuan yang berada di Kraton ini menjadi sebuah manuskrip tersendiri tentang bagaimana gerakan perempuan meskipun berada di dalam kraton kasultanan. Ekonomi, ketata negaraan, budaya, tradisi, masing-masing tercatat dengan rinci bagaimana itu terjadi di Kraton Mangkunegaran. Menakjubkan lagi bahwa perempuan-perempuan yang bisa dikatakan selir atau pembantu sempat memiliki waktu untuk belajar bersenjata serta politik. Sehingga selain hanya sekedar di dalam Kraton, mereka merupakan prajurit perempuan tangguh yang bisa mengfungsikan senjata kasultanan dengan sangat mahir.
Jika dalam Kraton terjadi hal yang luar biasa dalam peradaban, sangat mungkin sekali dalam rumah juga demikian. Hal ihwal di Kraton tersebut akan menjadi inspirasi tersendiri bagi seorang istri atau ibu dalam kesiapan pendidikan yang sangat baik di dalam lingkungan rumahnya. Rumah akan menjadi laboratorium tersendiri untuk semua yang ada di dalam rumah tersebut. ketidaksamaan karakter, kegemaran, keahlian, akan menjadi variabel yang bisa di uraikan yang bisa diambil manfaat. Artinya bahwa disetiap anggota rumah bisa belajar dari apa dan siapa yang ada di sekelilingnya.
Istri sangat bisa mempengaruhi kebijakan apa saja melalui suami yang berprofesi dalam bidang apapun. Pernah suatu hari Muslimat cabang Bangil mengundang KH Said Aqil Siroj untuk hadir dalam harlah NU di Bangil, saat itu KH Said Aqil menyatakan tidak bisa hadir karena bersamaan dengan undangan presiden Jokowi, namun karena istri beliau yang meminta agar hadir di harlah NU cabang Bangil, maka acara dengan presiden Jokowi pun dibatalkan. Sama halnya dengan Ibu Tien Suharto saat terpereset ketika jalan-jalan di candi Prambanan karena jalan agak licin dan belum tertata rapi. Setelah kejadian terpereset itu, ibu negara ke-3 ini hanya sekedar mengucapkan supaya dibangun taman melati sekitar candi agar jalan menuju candi sangat nyaman, maka terealisasilah ungkapan itu. Sejarah agungpun mencatat bahwa Sayyidah Khodijatul Kubro lah spirit nabi saat ketakutan menerima wahyu yang pertama, bisa dibayangkan seandainya waktu itu beliau bilang ke nabi agar tetap berada di rumah, apa yang akan terjadi?.
Perempuan harus selalu belajar tanpa henti dan sekuat tenaga, karena apapun yang akan dihadapinya, dia tetap harus memberikan andil dalam tiap lini kehidupan. Menjadi pendidik yang utama dan pertama bukanlah amanat yang ringan bagi perempuan. Tentu pelajaran yang pertama disampaikan adalah atas nama Tuhannya, agar generasi-generasinya selalu memiliki kebenaran dalam menjalani hidup.
Penulis, alumni PPP Allathifiyyah 1 Tambak Beras Jombang, sekarang aktif di organisasi Fatayat NU cabang Bangil
Perempuan, Kekuatan Yang Tersembunyi
Baca Juga
Rekomendasi untuk kamu
Oleh: Mohammad Ulil Rosya Mahasiswa S2 Universitas PTIQ Jakarta Data dari Kementerian Pariwisata pada tahun…
Oleh: Admin “Ketika melihat orang belum lanyah tapi rekoso, itu lebih tinggi derajatnya daripada yang…
Oleh: Muhammad N. Hassan, Staff Pengajar di IAI Tarbiyatut Tholabah Lamongan, aktif mengelola start-up RuangRiset.ID…
Dalam perjalanan hidup kita, mencari ilmu adalah suatu yang dianggap suci, terutama dalam tradisi pesantren….