Nasihat Habib Umar Bin Hafidz tentang Menjaga Lisan

Sumber : Dawuh Guru
“Jika hati kita berat untuk memuliakan orang lain, sekurang- kurangnya jagalah lisan kita dari menghina orang lain.”
Habib Umar Bin Hafidz

Menjaga Lisan dan Memuliakan Sesama: Sebuah Refleksi

Dalam menjalani kehidupan, kita sering kali dihadapkan pada berbagai situasi yang menguji kesabaran dan kebijaksanaan kita. Salah satu ujian terbesar adalah bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain. Ada sebuah ungkapan bijak yang mengatakan, “Jika hati kita berat untuk memuliakan orang lain, sekurang-kurangnya jagalah lisan kita dari menghina orang lain.” Ungkapan ini mengandung makna yang sangat dalam dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks sosial dan moral.

Menghormati dan memuliakan orang lain adalah salah satu bentuk adab yang sangat dihargai dalam berbagai budaya dan agama. Namun, tidak selalu mudah untuk mempraktikkannya, terutama ketika kita berhadapan dengan perbedaan pendapat atau ketika kita merasa tersakiti oleh tindakan orang lain. Dalam situasi seperti itu, menjaga lisan agar tidak mengeluarkan kata-kata yang menghina atau menyakiti menjadi tantangan tersendiri. Padahal, menghina orang lain hanya akan memperburuk keadaan dan merusak hubungan sosial yang ada.

Sebuah pepatah dari tokoh nasional Indonesia, Bung Karno, mengatakan, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.” Dalam konteks yang lebih luas, pepatah ini mengajarkan kita untuk selalu menghargai dan memuliakan orang lain, karena setiap individu memiliki kontribusinya sendiri dalam kehidupan kita. Dengan menghina orang lain, kita tidak hanya merendahkan orang tersebut, tetapi juga mengingkari nilai-nilai kemanusiaan yang seharusnya kita junjung tinggi.

Menghargai orang lain tidak selalu harus dalam bentuk penghormatan yang berlebihan. Terkadang, cukup dengan menjaga lisan dari kata-kata yang menyakitkan, kita sudah menunjukkan rasa hormat dan kepedulian kita terhadap orang lain. Lisan adalah salah satu alat komunikasi yang paling kuat, dan kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa memiliki dampak yang sangat besar. Kata-kata yang baik bisa membangun dan mempererat hubungan, sementara kata-kata yang buruk bisa menghancurkan dan merusak.

Kita hidup dalam era digital di mana informasi dan opini dapat dengan mudah disebarkan melalui media sosial dan platform lainnya. Sayangnya, kemudahan ini juga sering kali digunakan untuk menyebarkan kebencian dan penghinaan. Padahal, sekali kata-kata itu keluar, terutama di dunia maya, dampaknya bisa lebih luas dan sulit untuk ditarik kembali. Dalam situasi seperti ini, menjaga lisan dan berpikir sebelum berbicara atau menulis menjadi semakin penting.

Mahatma Gandhi, seorang tokoh nasional dari India, pernah berkata, “Jadilah perubahan yang ingin Anda lihat di dunia.” Dalam konteks menjaga lisan dan memuliakan orang lain, ini berarti kita harus mulai dari diri kita sendiri. Kita harus menjadi contoh dalam berbicara dengan bijaksana dan menghormati orang lain. Dengan begitu, kita bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Menjaga lisan bukan berarti kita harus selalu diam atau menghindari konflik. Ada kalanya kita perlu mengungkapkan pendapat atau menegur kesalahan. Namun, cara kita menyampaikan pendapat dan teguran tersebut sangat penting. Teguran yang disampaikan dengan kata-kata yang baik dan penuh hormat akan lebih diterima dan dihargai daripada teguran yang disampaikan dengan kata-kata yang kasar dan menghina.

Selain itu, menjaga lisan juga berarti kita harus bisa mengendalikan emosi. Emosi yang meluap-luap sering kali membuat kita sulit berpikir jernih dan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar mengelola emosi dan tidak membiarkannya menguasai diri kita. Dengan begitu, kita bisa lebih bijaksana dalam berbicara dan berinteraksi dengan orang lain.

Dalam ajaran agama Islam, Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan untuk selalu berkata baik atau diam. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” Ajaran ini sangat relevan dalam konteks menjaga lisan. Dengan berkata baik atau diam, kita bisa menghindari kata-kata yang menyakiti orang lain dan menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali berhadapan dengan berbagai macam orang dengan karakter dan latar belakang yang berbeda. Perbedaan ini kadang-kadang menimbulkan gesekan dan konflik. Namun, jika kita bisa menjaga lisan dan menghindari penghinaan, kita bisa mengurangi potensi konflik tersebut. Sebaliknya, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan penuh dengan rasa saling menghormati.

Sebagai bangsa yang besar dan beragam seperti Indonesia, menjaga lisan dan memuliakan orang lain menjadi sangat penting. Keberagaman budaya, suku, dan agama sering kali menjadi sumber kekayaan sekaligus tantangan. Dengan menjaga lisan dan menghormati perbedaan, kita bisa memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Seperti yang dikatakan oleh Bung Hatta, “Indonesia merdeka harus merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.” Kesatuan ini hanya bisa terwujud jika kita saling menghormati dan menjaga lisan dari kata-kata yang merusak.

Pada akhirnya, menjaga lisan dan memuliakan orang lain adalah tanggung jawab kita bersama sebagai manusia. Ini adalah bagian dari adab dan moralitas yang harus kita junjung tinggi. Dalam setiap interaksi sosial, kita harus selalu berusaha untuk berkata baik dan menghindari penghinaan. Dengan begitu, kita bisa membangun hubungan yang lebih baik, menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, dan berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih damai dan sejahtera.

Sebagai penutup, mari kita renungkan kata-kata bijak dari Nelson Mandela, “Tidak ada orang yang terlahir membenci orang lain karena warna kulitnya, latar belakangnya, atau agamanya. Orang harus belajar membenci, dan jika mereka bisa belajar membenci, mereka juga bisa diajari untuk mencintai, karena cinta datang lebih alami ke hati manusia daripada kebenciannya.” Dengan menjaga lisan dan memuliakan orang lain, kita bisa menanamkan benih-benih cinta dan penghormatan dalam hati kita dan hati orang lain. Inilah yang akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk kita semua.

Rekomendasi