Esai  

Menyentuh Hati Siswa Dengan Cerita

“Bismillah, Dengan Menyebut nama-Mu ya Allah saya mulai ibadah pagi ini dengan sebaik mungkin.  Bersama-Mu kumulai langkah pagi ini bersama embun pagi yang meleleh karena sapaan hangat sang mentari.”

Segera saya beranjak dari tempat duduk menyapa anak-anak pagi ini. Menatap satu persatu wajah polos mereka, muncul ketulusan untuk memulai dengan senyum terindah. Memulai dengan mengucap salam kusapa mereka pagi ini.

“Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh,” sapa saya penuh semangat.

“Waalaikum salam warohmatullohi wabarokatuh,” serempak mereka menjawab.

“Apa kabar anak-anak hari ini,” sapa saya dengan senyum tulus.

“Alhamdulillah lebih baik dan sehat selalu.”

“Alhamdulillah  baik.”

“Baik Bu.”

“Tetap semangat dan menunggu cerita ibu hari ini.”

“Yang pasti tidak ada tugas, Bu.”

Beragam jawaban mereka dan kelas menjadi gaduh. Saling menyahut dan menyalahkan temannya. Sebagian tetap diam dan menyiapkan buku pelajaran hari ini. Sebagian pun mengajukan pertanyaan. Saya bingung mau menjawab apa. Namun suasana kembali tenang ketika saya mulai dengan kalimat.

“Pada zaman dahulu….” atau “Tahu nggak kalian bahwa….”, atau “Menurut sebuah penelitian…”atau dengan memperhatikan perilaku siswa dan saya panggil namanya dan saya minta mereka menjelaskan sesuatu yang dialami kemarin.

Mengajar itu berarti belajar.  Belajar dari senyum anak-anak di pagi hari adalah yang terbaik. Gurauan mereka selalu mendatangkan inspirasi. Inspirasi tiba-tiba muncul pada salah seorang siswa yang tiba-tiba ngobrol asyik dengan teman sebangku. Spontan saya sapa ia, lantas dengan tersenyum saya meminta izin kepadanya. Apakah yang sedang dibicarakan sepertinya seru sekali. Dengan malu-malu ia bercerita bahwa pertandingan sepak bola semalam sangat seru, kebetulan temannya tinggal di Pesantren sehingga tidak sempat ikut menyaksikan.

Pengakuan siswa tersebut menginspirasi saya untuk bercerita sejenak sebelum memulai pembelajaran. Kenapa tim sepak bola kita tidak bisa masuk ke piala dunia. Dalam permainan sepak bola ada teknik dan proses pembelajaran terus menerus. Selain itu pemain sepak bola juga harus cerdik cermat dan cerdas dalam membaca peluang. Disamping itu latihan emosi menjadi sangat penting dan utama. Pengendalian diri dalam pertandingan harus menjadi prioritas bagi pemain. Begitu juga dengan suporter, meskipun mereka tidak masuk lapangan, keberadaannya sangat menentukan. Lihat dan palajarilah pemain dan suporter negara lain. Latihan dengan giat dan menjunjung sportifitas menjadi hal utama. Berbeda ketika kita melihat pemain dan suporter di negara kita. Maka kita bisa menilai kenapa sepak bola kita tidak bisa tembus di tingkat dunia.

Baca Juga  Seni Tidak Harus Dalam Lukisan

Begitu juga dengan kita sebagai siswa, selain tugas kita belajar dengan giat kita juga mampu membaca peluang di sekitar kita.  Belajar melatih emosi dan bersosialisasi juga penting. Belajar di sekolah bukan saja meraih prestasi berupa nilai dan angka, lebih dari itu. Prestasi unggul dan nilai tinggi bukan satu-satunya ukuran kesuksesan. Jika ada seorang dokter yang doyan rokok, sementara dia tahu bahaya merokok, ini dokter tidak pernah mau belajar. Jika kita tahu bahaya narkoba dan minuman keras, lantas kita tetap mengonsumsinya, apakah kita sudah belajar?. Jika kita tahu shalat 5 waktu dan puasa ramadhan adalah kewajiban umat Islam, lantas kita mengabaikan, kita belum selesai mempelajari sesuatu. Makna belajar adalah berubah. Adanya perubahan setelah kita memperoleh informasi. Memiliki sikap yang lebih baik setelah kita memahami suatu ilmu.

Belajar dan mengajar adalah kegiatan yang tidak terpisahkan di sekolah. Begitu pun ketika saya mengajar, sebagai guru ada banyak proses belajar yang saya alami. Anak-anak bagi saya adalah guru.  Bersama anak-anak yang berbeda, mereka memiliki keunikan masing-masing. Perbedaan yang muncul membuat saya harus mengajar dengan cara yang berbeda pula. Mencoba membaca mereka sesuai dengan karakter dan cara belajar mereka masing-masing.

Mengajar di kelas besar dengan jumlah 40-46 siswa tidaklah mudah. Apalagi dengan karakter yang berbeda-beda. Namun, di tingkat Madrasah Aliyah sudah ada pengelompokan dengan program pilihan. Ada kelas program IPA, IPS dan Bahasa. Minimal dengan minat pilihan mereka, ada kesamaan motivasi dan tujuan mereka belajar. Sehingga masih ada celah untuk mengajar sesuai dengan minat mereka masing-masing.

Berbekal pengetahuan tentang perbedaan cara dan motivasi belajar merekalah, saya memulai untuk menentukan cara belajar di kelas.  Ketulusan niat dan rasa senang harus mengawali langkah ketika memulai memulai pembelajaran. Mencoba melihat anak-anak sesuai dengan cara belajarnya akan mempermudah mereka menerima materi yang akan disampaikan. Kegiatan Belajar Mengajar bukan saja tuntutan sebuah profesi yang juga harus profesional, melainkan  juga harus dilandasi dengan niatan ibadah.

Sebagai seorang guru belajar mengajar bukan saja tuntutan dari sekolah melainkan juga anjuran dalam agama Islam. Allah SWT berfirman,

Baca Juga  Dimensi Keilmuan Kiai Abdul Ghofur

Hai orang-orang  beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis,’ maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yanng diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Mujadalah: 11)

Senada dengan ayat di atas, seharusnya setiap kali kita mengajar mempermudah bukan mempersulit. Guru diharapkan mampu mengajar dengan mudah. Salah satu cara mengajar mudah adalah dengan memahami karakter siswa. Kelas adalah sebuah majelis, maka ‘Berlapang-lapanglah’, sebagaimana anjuran ayat di atas. Artinya kita harus mampu memandang secara luas cara dan minat belajar siswa. Tidak mengajar satu arah melainkan dua arah. Ada komunikasi yang terjalin antara siswa dan guru.

Perintah ayat di atas menegaskan juga bahwa sebelum mengajar lihatlah kondisi siswa. Sebagaimana kata ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah.’ Maksud  ayat tersebut adalah mengikuti alur dan cara mereka belajar. Jika mereka belum bersemangat dalam belajar, bukalah pembelajaran dengan cerita motivasi.  Bisa juga dengan cara menjelaskan tujuan yang akan dicapai setelah pembelajaran. Sampaikan manfaat yang akan mereka dapatkan ketika mereka belajar materi ini. Mengajar bukan saja sebatas mentransfer ilmu. Siswa bukanlah benda mati. Mereka adalah benda hidup yang mampu berpikir dan bergerak. Ajaklah mereka untuk memahami dan mengerti dengan mengajaknya berpikir dan belajar secara aktif.

Siswa di kelas bukan saja mendapat ilmu. Mendengar dan mencatat apa yang disampaikan guru. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya adalah yang terbaik sehingga mereka bisa tahu apa yang tidak diketahui dan belum dipahami. Manfaat pembelajaran saat menerima materi bukan saja sebatas huruf-huruf, angka-angka, atau nilai semata. Bukan prestasi saja yang dikejar, tetapi mengerti dan memahami apa yang dipelajari itu jauh lebih penting.

Mencoba menempuh cara yang berbeda-beda sesuai karakter siswa adalah cara mengajar yang meyenangkan menurut mereka. Ketika mereka senang dalam belajar mereka dengan mudah menerima dan memahami materi. Ini merupakan salah satu cara untuk memudahkan mereka belajar. Selain itu memotivasi mereka dengan sebuah cerita, baik di awal maupun diakhir pembelajaran menjadi bagian penting.  Sebagaimana hadis yang menyatakan:

Baca Juga  Ketika Sastra Pesantren Masuk ke Sosial Media

    “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan surga.” (HR. Tirmidzi)

Ilmu yang bermanfaat dapat menghantar seorang guru ke surga. Ilmu yang bermanfaat adalah bukan saja ilmu yang diterima siswa, melainkan dipahaminya. Selain itu, cara-cara belajar menyenangkan membuat siswa semakin termotivasi untuk belajar ilmu-ilmu lain sehingga mereka menjadi semangat untuk terus belajar dan belajar.

Motivasi melalui sebuah cerita tentang materi  ‘kalimat majemuk’ adalah bahwa setiap kita adalah makhluk sosial. Manusia yang tidak bisa hidup sendiri, butuh orang lain untuk bertahan. Hidup berdampingan dengan baik dan benar akan memudahkan hidup kita. Begitupun dalam meyusun kalimat majemuk harus menggunakan konjungsi atau kata penghubung dengan benar. Letak induk dan anak kalimat harus tepat posisinya. Bukan hanya sebagai makhluk sosial, sebagai individu dan pribadi muslim untuk hidup sukses adalah dengan membantu orang lain. Karena dengan mempermudah jalan hidup orang lain, Allah akan mempermudah jalan hidup kita.

Di samping itu, belajar bukan sebatas tata kata dan kalimat serta memahami maknanya. Dengan ilmu komunikasi atau ilmu bahasa yang benar kita bisa mempresentasikan apapun dengan baik kepada orang lain. Kemampuan berbahasa dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari. Sebagaimana  hadis Rasulullah berikut ini.

      “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya mimiliki ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu.” (HR Tirmidzi).

Sebagaimana ayat di atas, dalam proses pembelajaran diperlukan metode dan tujuan akhir yang jelas. Dengan menggunakan metode yang tepat belajar akan lebih mudah. Melalu cara yang sesuai dengan karakter siswa diharapkan mereka lebih mudah menerima ilmu yang disampaikan. Ketika siswa belajar dan memahami tujuan yang akan dicapai, proses akan jadi lebih menarik dan menyenangkan.

 

Biodata Penulis

Penulis, bernama lengkap Himmah Mufidah adalah Ibu Rumah Tangga sekaligus Ibu Guru. Buku pertama yang diterbitkannya adalah Dinamika Madrasah Aliyah Almaarif Singosari (periode 1966-2016). Antologi cerpen berjudul  Menuju Cahaya (DreamLitera: 2017) Kumpulan Esai berjudul Dua Pintu Surga (Media Guru: 2018). Antologi Puisi Serinai Hujan (BetaAksara: 2019). Penulis dapat dihubungi di email: himmahmufidah79@gmail.com. HP: 081-338-361-717

 

Tinggalkan Balasan