Opini  

Mengupas Teori Rhonda Byrne yang Serupa dengan Konsep Husnudzon

Oleh: Mohammad Ulil Rosyad

Dzon atau prasangka adalah anggapan mengenai sesuatu sebelum mengetahui fakta sesungguhnya. Dibuktikan dengan menyaksikan atau menyelidiki secara langsung. Sedangkan derajat di atas dari dzon adalah yakin; merupakan sebuah anggapan yang sudah dipastikan kebenarannya dengan berdasarkan kesaksian atau bukti. Sesuatu yang telah diyakini sudah dianggap sebagai kebenaran berdasarkan fakta dan data yang ada.[1]

Manusia selama hidupnya tidak pernah lepas dari dzon, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia kebanyakan hanya berupa hipotesis (praduga) saja. Bahkan kebanyakan pengetahuan manusia pada Tuhannya hanya sebatas dzon saja. hanya mereka yang telah melakukan pendekatan diikuti dengan anugrah dari Allah saja yang mendapat keyakinan iman. Allah berfirman :

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ السَّاجِدِينَ  (٩٨) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ  (٩٩)

“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat). dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. al-Hijr: 98-99)

Hampir kesemua yang akan dihadapi oleh seorang muslim adalah selalu mendahulukan prasangkanya. Mereka selalu memeriksa segala hal yang akan dihadapi, hasil yang akan diraih dan resiko yang akan ditanggung. Ketika berjumpa dengan seseorang pun sering daripada kecenderungan dzon buruk (suudzon) menyelimuti fikiran seorang muslim, dan hal tersebut harus dijauhi karena mengarah kepada dosa. Sebagaimana firman Allah:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌۖ …(١٢)

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka (kecurigaan), karena sebagian dari berprasangka itu dosa.” (QS. al-Hujurat: 12)

Kebenaran sendiri ialah fakta yang dapat disaksikan atau dibuktikan. Sebuah kebenaran hanya bisa ditetapkan dengan sebuah keyakinan. Dzon (prasangka) sama sekali tidak dapat digunakan untuk menetapkan sebuah kebenaran. Sehingga banyak orang yang hanya mengandalkan praduga mereka untuk menuduh orang lain. Dan berani menilai kualitas seseorang hanya prasangka tanpa data yang valid dan ilmiah.

Baca Juga  Saat Pendapat Kita Dikritik

Al-Qur’an sejak empat belas abad yang lalu telah mengajarkan kita untuk bersikap secara ilmiah untuk membuktikan kebenaran. Sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًاۚ (٣٦)

“Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran.” (Yunus:36)

Berfikir positif merupakan kunci masalah di atas, atau yang kita kenal dengan husnudzon. Allah sendiri menyatakan bahwa akan selalu memberi kemudahan dan keberkahan kepada umatnya selama dia berprasangka baik. Sebagaimana Nabi Muhammad bersabda dalam  hadis Qudsinya:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي … )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku.” (HR. Bukhari, no. 6970 dan Muslim, no. 2675)

Terdapat hal yang menarik dari temuan ilmuan barat terkait kunci untuk mengatur kehidupan dengan cara mengatur prasangka. Sebuah buku yang disusun oleh Rhonda Byrne dengan judul “The Secret” membahas teori pengaturan prasangka. Buku ini menanamkan teori husnudzon yang disebut The Law of Atraction (LOA) atau hukum ketertarikan semesta.

Alam semesta digambarkan oleh Byrne seperti layaknya cermin yang memantulkan gambar yang ada dalam pikiran seseorang. Setiap pikiran seseorang akan dalam kehidupan nyata yang ia jalani. dengan mengatur pikirannya ia bisa mendapatkan apapun yang diingikannya.

Untuk menerapkan teori tersebut, Byrne mengajarkan tiga langkah yang harus dilalui oleh seseorang:

  1. Anda harus meminta pada Pencipta semesta dengan menulis dan mengucapkan keinginan.
  2. Anda harus percaya bahwa apa yang anda inginkan sudah anda dapatkan. Anda harus bertindak, berpikir dan berbicara seakan-akan anda telah memilikinya.
  3. Anda menerima keinginan tersebut.[2]
Baca Juga  Sejarah dan Perkembangan Tasawuf Sunni

Oleh Byrne dengan LOA mereka dapat sembuh dari sakit nyeri, depresi dan penyakit menahun tanpa obat ataupun operasi. Mereka dapat kembali bisa berjalan untuk pertama kalinya setelah kecelakaan. Bahkan pulih dari ranjang kematian. Mereka dapat mewujudkan rumah sempurnannya, mendapatkan pasangan hidup, mobil, pekerjaan dan kenaikan jabatan. Mereka menemukan hubungan dengan anak-anak mereka dengan awalnya sulit menjadi harmonis. Para pelajar juga meraih perolehan nilai tertinggi. Semuanya dengan menerapkan teori LOA.[3]

Kaum muslimin tidak perlu tercengang dengan keajaiban-keajaiban tersebut. Kunci rahasia tersebut telah ditemukan di zaman nabi yakni dengan husnudzon. Muslim harus yakin bahwa Allah akan memberikan ilmu yang luas dan bermanfaat serta berkah pada mereka. Ini juga rahasia terbesar untuk sukses dalam hal apapun yakin dengan prasangka baiknya. Syarofudin Yahya al-Imrithi mengatakan:

إِذِ الْفَتَى حَسْبَ اعْتِقَادِهِ رُفِعْ # وَكُلُّ مَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ لَم يَنْتَفِعْ

“Karena derajat seorang pemuda diukur dari keyakinannya,  dan bagi siapapun yang tidak yakin, maka tidak akan bisa mengambil manfaat.”

Teori ini harus terus menerus di kembangkan oleh muslim dengan mendidik dirinya dan mengimplikasikannya kepada masyarakat. Karena manusia selalu menilai orang lain bedasarkan prasangka dan jarang manusia yang benar-benar mengenali orang lain berdasarkan keyakinan. Sebab waktu mereka untuk bertemu langsung dengan orang lain sangat sedikit. Dalam 1×24 jam mungkin ia hanya bertemu langsung dengannya selama dua sampai tiga jam saja dan selebihnya ia tidak mengetahuinya sama sekali.

Apakah menilai seseorang berdasarkan hal kecil saja darinya dapat dianggap benar? Tidak, karena nilai yang benar hanya didapatkan dengan menyaksikan sesuatu secara total dan langsung. Penilaian seperti ini hanya didasarkan pada prasangka saja. Sedangkan prasangka sama sekali tidak dapat menentukan kebenaran. Mungkin orang yang dinilai buruk karena satu jam keburukan yang ia lakukan sebenarnya menyimpan kebaikan dalam dua puluh tiga jam sisanya. Jika demikian, maka nilai buruk yang telah diberikan padanya adalah salah. Inilah yang disebut buruk sangka dan salah sangka.

Baca Juga  Memahami Pandemi Covid 19 Pendekatan Interdisipliner

Oleh karena itu rumus untuk menghindari munculnya prasangka buruk ialah dengan menjaga kebiasaan sehari-hari agar selalu baik. Karena munculnya hal tersebut dipicu oleh perilakunya yang buruk. Orang yang terbiasa berperilaku buruk secara psikologis merasa bersalah. Karena yang ia lakukan bertentangan dengan hati nuraninya sendiri. Rasa bersalah tersebut kemudian menumbuhkan anggapan bahwa dirinya pantas untuk dihukum dan dibenci.

Berikut alur berprasangka baik untuk melahirkan hasil yang baik sesuai dengan tuntunan Islam:

Mengupas Teori Rhonda Byrne yang serupa dengan konsep Husnudzon pict

Semoga kita di jaga dari hal-hal buruk.

(والله أعلمُ بالـصـواب)

[1] Shohibun Niam bin Maulana Al-Tarobani, Zadah: Bekal Menanggapi Ilmu Manfaat dan Barokah, hal. 189.

[2] Rhonda Byrne, The Secret (Indonesian Language),  hal. 39-44.

[3] Ibid, hal. 3.

Tinggalkan Balasan