Oleh: Rahmad Vezza Zildan Patriciansyah
Sebelum kita belajar mengenai metodologi sejarah, kita harus lebih dulu mengerti dan faham mengenai pengertian dari kata sejarah, jadi disini penulis akan menjelaskan sedikit mengenai pengertian sejarah sebelum melanjutkan ke pembahasan lebih lanjut.
Kata sejarah secara harafiah berasal dari bahasa Arab (sajaratun) yang berarti pohon. Namun dalam bahasa Arab disebut (tarikh) yang berarti waktu atau penanggalan. Kata sejarah sebenarnya lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu (historia) yang berarti ilmu atau orang pandai.
Sebenarnya, tidak ada satupun definisi yang bisa dibilang tepat mengenai pengertian sejarah, karna tiap disimpulkan arti sejarah selalu berujung dengan kebingungan. Menurut Ibnu Khaldun, sejarah didefisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu. Namun dalam waktu yang lama, kebanyakan orang berpendapat bahwa sejarah adalah masa lampau yang diingat atau bisa dibilang masa lampau yang tercatat. Masa lampau yang diingat dari catatan-catatan, dengan begitu sejarah bukanlah tentang catatan itu sendiri.
Seperti yang didefinisikan diatas, lingkup sejarah sangatlah besar dan diperlukan klasifikasi yang baik untuk memudahkan penelitian. Mungkin beberapa penulis menulis sejarah dalam lingkup umum seperti H.G. wells, namun kebanyakan sejarawan memiliki keahlian dan spesialisasi masing-masing. itu sebabnya sejarah dipilah menjadi 5 bagian, yaitu:
- Berdasarkan kurun waktu (kronologis).
- Berdasarkan wilayah (geografis).
- Berdasarkan negara (nasional).
- Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis).
- Berdasarkan topik atau pokok bahasan (topikal).
Ilmu sejarah banyak mendapatkan kritik dari berbagai pihak, terutama ketika pengkritik melihat sejarah sebagai sesuatu yang tidak ilmiah karena tidak dapat memenuhi faktor-faktor keilmuan. Apalagi ketika memaknai “dapat dilihat atau dicoba kembali”, yang berarti sejarah hanya dapat dipandang sebagai pengetahuan belaka, bukan sebagai ilmu. Sejarah hanya terjadi sekali untuk selamanya, itu sebabnya pendapat ini kurang bisa diterima akal sehat karena sejarah mustahil diulang walau bagaimanapun caranya. Jadi buat kalian yang ingin mencoba mencoba lompatan waktu atau dalam bahasa gaul disebut Time Skip, lebih baik urungkan niat anda karna itu mustahil terjadi.
Metodologi Sejarah.
Setelah mengetahui pemgertian sejarah, kita akan melanjutkan pembahasan mengenai metodologi sejarah. Sebelumnya, penelitian sejarah berhubungan dengan dua hal yakni metode dan metodologi. Pengertian metode sejarah berbeda dengan metodologi sejarah, metode menyangkut “bagaimana orang memperoleh pengetahuan”(how to know), sedangkan metodologi adalah ilmu mengenai “untuk tahu, bagaimana harus mengetahui”(to know, how to know).
Menurut garraghan (1967: 102) pengertian metode sejarah adalah kerangka sistematis yang prinsip dan desain hukum untuk mengefektifkan pencarian sumber, yang merupakan materi sejarah, memberi kritikan dan menilai sintesis, yang merupakan gerenalisasi dalam format tulisan, untuk mencapai hasil yang baik. Sedangkan Gottschalk dalam buku Nugroho Notosusanto, Mengerti Sejarah (1984: 27-28), mengartikan metode sejarah sebagai ”empat kegiatan pokok yang terdiri dari yakni:
- mengumpulkan objek yang berasal dari zaman tersebut baik bahan tercetak, tertulis maupun lisan yang boleh jadi relevan.
- menyingkirkan bahan-bahan, atau bagian-bagian daripadanya, yang tidak otentik.
- menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya mengenai bahan-bahan yang otentik.
- menyusun kesaksian yang dapat dipercaya tersebut menjadi suatu kisah atau penyajian yang berarti.
Berbeda dengan metodologi sejarah, Menurut Pelto (1957: 36), metodologi merupakan suatu teknik observasi dalam menyeleksi fakta-fakta, menyatakan dengan tegas data yang dihasilkan, dan menghubungkan data-data tersebut dalam suatu proposisi yang bersifat teoritis.
Metodologi sejarah juga diartikan dengan berkenaan dengan kerangka kerja dalam berisi konsep-konsep generalisasi, kategori-kategori, model-model, dan hipotesis-hipotesis dalam mengkaji peristiwa sejarah. Terminologi metode dan metodologi sejarah seperti itu memberi suatu indikasi bagaimana batasan metode dan metodologi bekerja dalam penelitian sejarah, yakni:
- ketika kita memilih dan menentukan topik maka ini masuk dalam kerangka kerja metodologi.
- ketika kita melakukan proses heuristik dan kritik maka ini lahan kerja metode sejarah.
- ketika kita menganalisis dan mensintesiskan fakta, maka kita masuk lagi dalam ruang kerja metodologi.
Sesuai dengan penjelasan diatas, maka ada keuntungan khusus dalam memerankan metodologi yang dapat dicapai studi sejarah, yakni dimungkinkannya kajian-kajian sejarah memasuki lebih jauh lingkungan ilmu-ilmu sosial kultural, disamping dalam posisi awalnya sebagai kajian humaniora.