Kyai Cindhe Amoh, Cendekiawan Muslim di Era Sultan Agung

Kyai Cindhe Amoh, Cendekiawan Muslim di Era Sultan Agung

Makam Kyai Cinde Amoh diletakkan di belakang tembok makam raja-raja Mataram di Imogiri karena ia memang bukan kerabat raja. Sekalipun demikian, ketika Kyai Cinde Amoh meninggal ia masih bisa merasa dekat dengan raja junjungannya, Sultan Agung karena makamnya diletakkan tidak jauh dari makam Sultan Agung. Tepatnya, makam Kyai Cinde Amoh berada di balik pagar tembok makam Sultan Agung. Jadi, sekalipun makamnya berada di luar kompleks makam raja-raja, namun keletakannya secara nyata memang berdekatan.Banyak orang menduga bahwa Kyai Cinde Amoh bernama demikian karena kemungkinan ia memang tidak mau menunjukkan atau menonjolkan identitas aslinya. Seperti diketahui cinde adalah jenis kain tertentu dengan motif tertentu. Sedangkan amoh sama artinya dengan sobek. Jadi secara harfiah nama itu bisa diartikan juga sebagai kain cine yang sobek. Apakah nama ini juga merupakan nama simbolik, tidak ada yang bisa menjelaskan secara lebih rinci. Makam Kyai Cinde Amoh hingga kini merupakan salah satu makam yang juga cukup banyak diziarahi orang selain makam raja-raja Mataram itu sendiri.

Sementara itu mengenai makam Kyai Supanta dan Kyai Sepanjang dapat dikemukakan sebagai berikut Supanta adalah nama jendral Mataram dalam serangan ke Batavia yaitu Tumenggung Upasonto dan Kyai Sepanjang adalah nama lain dari Wasi Pajang yang masih cucu dari Pangeran Benawa.

Kyai Cindhe Amoh, Cendekiawan Muslim di Era Sultan Agung

Baca Juga  Jejak Mbah Hisyam Kalijaran: Mendidik Santri, Mengarang Kitab, dan Kiprah Beliau

Tinggalkan Balasan