KH. Abdullah Kafabihi Mahrus : Hawa nafsu itu tidak ada kepuasan dan ketenangannya.

Kata-kata Bijak KH. Kafabih Mahrus Lirboyo
Gambar : Lirboyo Net

Hawa Nafsu: Ketidakpuasan dan Ketenangan yang Tak Pernah Tercapai

Hawa nafsu adalah salah satu aspek paling mendasar dari manusia, namun sering kali menjadi sumber ketidakpuasan dan keresahan yang abadi. Ungkapan “Hawa nafsu itu tidak ada kepuasan dan ketenangannya” menggambarkan sifat dasar hawa nafsu yang selalu menginginkan lebih dan tidak pernah merasa cukup. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi konsep hawa nafsu dalam perspektif Islam, dalil-dalil Al-Quran dan hadits yang membahasnya, serta pandangan dari tokoh-tokoh dunia mengenai dampak negatif dari hawa nafsu.

Hawa Nafsu dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, hawa nafsu sering kali dikaitkan dengan keinginan duniawi yang dapat menjauhkan seseorang dari jalan Allah. Hawa nafsu adalah dorongan atau keinginan yang muncul dari dalam diri manusia, yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai moral dan spiritual.

Dalil Al-Quran tentang Hawa Nafsu

Al-Quran memberikan banyak peringatan tentang bahaya mengikuti hawa nafsu. Salah satu ayat yang menekankan pentingnya mengendalikan hawa nafsu adalah:

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41)

Ayat ini menjelaskan bahwa mereka yang mampu menahan hawa nafsunya akan diberi ganjaran surga. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mengendalikan hawa nafsu untuk mencapai kebahagiaan akhirat.

Hadits tentang Hawa Nafsu

Rasulullah SAW juga banyak berbicara tentang bahaya hawa nafsu dan pentingnya mengendalikannya. Salah satu hadits yang terkenal adalah:

“Pejuang yang paling hebat adalah yang berjuang melawan dirinya sendiri demi (mendekatkan diri kepada) Allah.” (HR. Tirmidzi)

Hadits ini menegaskan bahwa perjuangan melawan hawa nafsu adalah bentuk jihad yang paling besar. Mengendalikan hawa nafsu adalah kunci untuk mencapai ketenangan batin dan kedekatan dengan Allah.

Baca Juga  Dawuh Gus Mus tentang Kemanusiaan dan Keseimbangan

Ketidakpuasan yang Tidak Pernah Terpuaskan

Hawa nafsu, oleh sifatnya, selalu menginginkan lebih. Tidak peduli berapa banyak yang sudah dimiliki, hawa nafsu akan selalu mencari kepuasan lebih lanjut. Keinginan yang tidak pernah puas ini sering kali membawa kepada ketidakbahagiaan dan ketidaktenangan.

Sifat Dasar Hawa Nafsu

Hawa nafsu tidak pernah merasa cukup. Ketika satu keinginan terpenuhi, segera muncul keinginan lain yang lebih besar. Ini adalah lingkaran setan yang tak berujung, di mana seseorang terus-menerus mencari kepuasan dari hal-hal duniawi yang pada akhirnya tidak memberikan kebahagiaan sejati.

Dalil Al-Quran tentang Ketidakpuasan Hawa Nafsu

Al-Quran juga menjelaskan tentang ketidakpuasan hawa nafsu dan bagaimana hal itu dapat menjauhkan seseorang dari jalan yang benar. Allah berfirman:

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya.” (QS. Al-Jatsiyah: 23)

Ayat ini menunjukkan bahwa mengikuti hawa nafsu dapat menyesatkan seseorang dari jalan Allah. Ketika hawa nafsu menjadi prioritas utama, nilai-nilai spiritual dan moral akan terabaikan.

Hadits tentang Ketidakpuasan Hawa Nafsu

Rasulullah SAW bersabda:

“Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta, niscaya dia akan mencari lembah ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi mulut anak Adam kecuali tanah (kematian).” (HR. Bukhari)

Hadits ini menggambarkan betapa tak pernah puasnya manusia dengan harta dan keinginan duniawi. Hanya kematian yang dapat menghentikan keinginan yang tak berujung ini.

Pandangan Tokoh Dunia tentang Hawa Nafsu

Banyak tokoh dunia yang mengakui bahaya dan ketidakpuasan yang disebabkan oleh hawa nafsu. Beberapa kutipan berikut ini menggambarkan bagaimana hawa nafsu dapat menjadi penghalang kebahagiaan dan ketenangan sejati:

  1. Dalai Lama: “Tidak ada akhir dari keinginan manusia. Hanya dengan mengendalikan hawa nafsu kita dapat menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati.”
  2. Mahatma Gandhi: “Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap manusia, tetapi tidak untuk memenuhi keserakahan setiap manusia.”
  3. Buddha: “Hawa nafsu adalah sumber penderitaan. Dengan mengendalikan keinginan, kita dapat mencapai kebebasan dari penderitaan.”
Baca Juga  Nasihat Ning Jazil tentang Menghargai Setiap Nikmat

Mengendalikan Hawa Nafsu untuk Mencapai Ketenangan

Mengendalikan hawa nafsu adalah kunci untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan sejati. Dalam Islam, ini adalah salah satu aspek penting dari kehidupan spiritual. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengendalikan hawa nafsu meliputi:

1. Meningkatkan Kesadaran Diri

Kesadaran diri adalah langkah pertama untuk mengendalikan hawa nafsu. Dengan mengenali dorongan dan keinginan yang muncul dalam diri, kita dapat lebih mudah mengendalikan dan menahannya.

2. Memperkuat Iman

Iman yang kuat dapat membantu seseorang untuk mengendalikan hawa nafsunya. Dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah dan doa, seseorang dapat memperoleh kekuatan untuk melawan godaan hawa nafsu.

3. Menerapkan Disiplin Diri

Disiplin diri adalah kunci untuk mengendalikan hawa nafsu. Dengan mengatur kehidupan secara disiplin, baik dalam hal waktu, makanan, maupun tindakan, seseorang dapat mengurangi pengaruh hawa nafsu.

4. Menghindari Situasi yang Memicu Hawa Nafsu

Menghindari situasi atau lingkungan yang dapat memicu hawa nafsu adalah langkah penting. Ini termasuk menghindari pergaulan atau kegiatan yang dapat mendorong seseorang untuk memenuhi keinginan yang tidak baik.

5. Berkonsultasi dengan Orang Bijak

Mencari nasihat dari orang yang lebih berpengalaman atau bijak dapat membantu dalam mengendalikan hawa nafsu. Orang-orang ini dapat memberikan panduan dan dukungan yang dibutuhkan untuk tetap berada di jalan yang benar.

Kesimpulan

Hawa nafsu adalah bagian dari diri manusia yang sering kali membawa ketidakpuasan dan ketidaktenangan. Dalam Islam, mengendalikan hawa nafsu adalah salah satu aspek penting dari kehidupan spiritual. Al-Quran dan hadits memberikan banyak nasihat tentang bahaya hawa nafsu dan pentingnya mengendalikannya. Tokoh-tokoh dunia juga mengakui bahwa hawa nafsu dapat menjadi penghalang kebahagiaan dan ketenangan sejati.

Baca Juga  Dawuh Gus Iqdam Muhammad : Kunci Untuk Memecahkan Konflik Dan Membangun Kedamaian

Dengan meningkatkan kesadaran diri, memperkuat iman, menerapkan disiplin diri, menghindari situasi yang memicu hawa nafsu, dan mencari nasihat dari orang bijak, kita dapat mengendalikan hawa nafsu dan mencapai ketenangan serta kebahagiaan sejati. Hawa nafsu tidak pernah memberikan kepuasan yang abadi, tetapi dengan mengendalikannya, kita dapat menemukan ketenangan yang hakiki dalam hidup kita.

Tinggalkan Balasan