Opini  

Jelang Muktamar NU, Bagaimana Sikap Kita Sebagai Santri?

Oleh Achmad Naufal Anam

Beberapa waktu yang lalu atau tepatnya pada tanggal 25-26 September 2021 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ (PBNU) mengadakan Munas & Konbes NU di Hotel Grand Syahid Jakarta. Munas yang digelar ditengah pandemi ini menghasilkan beberapa keputusan yang salahsatu keputusannya adalah penetapan Muktamar Nahdlatul Ulama’ yang rencananya akan digelar pada tanggal 25-26 Desember 2021 di Lampung.

Setelah disahkannya keputusan Muktamar NU membuat suasana semakin hangat, mulai dari kemunculan nama-nama kandidat ketua umum PBNU dan bermunculan pendapat-pendapat dari berbagai tokoh, baik dari tokoh internal Nahdliyyin sendiri dan ada juga pendapat dari tokoh-tokoh eksternal Nahdliyyin (bukan orang NU).

Maklum saja NU adalah ormas islam terbesar di dunia yang pastinya akan banyak yang berpendapat tentang NU itu sendiri, yang menjadi miris adalah ketika orang-orang berpendapat menggunakan pemahaman dia sendiri dan tak jarang pemahaman yang dia katakan ini adalah salah alias tidak sesuai fakta yang ada.

Kebanyakan orang-orang berpendapat bahwa yang pantas menempati posisi ketua umum PBNU adalah tokoh A atau tokoh B yang kadang tokoh yang dia maksud ini adalah tokoh yang bersebrangan dengan NU itu sendiri, seperti contoh di media sosial banyak yang mengatakan bahwa tokoh Hidayat Nur Wahid atau Ustadz Abdul Shomad atau beberapa tokoh lain dijagokan untuk menjadi ketua umum PBNU yang bahkan tokoh-tokoh tersebut tidak masuk dalam struktural NU sebelumnya dan bahkan ada beberapa tokoh yang sebenarnya bersebrangan dengan NU itu sendiri.

Bahkan ada satu tokoh yang mengatakan bahwa NU ini harus dipimpin oleh tokoh yang berasal dari luar NU, harus dipimpin oleh orang yang benar-benar ulama’ bukan politisi, yang lebih miris adalah tokoh ini menganggap Kiai Said, Kiai Hasyim Muzadi, Gus Baha’ ini bukan ulama’ tetapi politisi, tentu ini anggapan yang sangat tidak bisa dibenarkan, pertanyaannya adalah Kowe ki sopo? Ngerti opo? Begitu kiranya pertanyaan ini diberikan kepada tokoh tersebut.

Baca Juga  4 Alasan Mengapa Umat Muslim Harus Menentang Tindakan Rasisme

Tak cuma itu, banyak sekali orang yang sok ikut berkomentar perihal siapa yang pantas menjadi ketua umum PBNU yang mereka angap muktamar ini seperti ajang pilpres yang bisa menjagokan siapapun. Muktamar sejatinya memilih tokoh yang benar-benar mempunyai kapasitas mumpuni dan yang akan memilih adalah muktamirin yaitu perwakilan dari PWNU dan PCNU yang notabene mereka yang memilih ini juga bukan sembarang pemilih.

Tak jarang yang ikut berkomentar ini dalam hal keilmuan mereka masih dangkal, jangankan sampai ke pemahaman ilmu Nahwu, Shorof, atau Manthiq Balaghoh dan sampai ke ilmu-ilmu yang lebih tinggi lainnya, mungkin dalam hal Ilmu Tajwid pun masih dipertanyakan kualitas mereka ini, sangat miris sekali bukan?

Lantas bagaimana sikap kita sebagai santri menyikapi hal tersebut? Yaitu kita harus tetap tenang menanggapi hal tersebut jangan sampai kita terpancing dengan komentar-komentar negatif, biarkan mereka berkomentar apapun karena juga bukan seharusnya kapasitas mereka ikut mengomentari atau bahkan ikut mengusulkan pendapat.

Sikap kita sebagai santri yaitu sami’na wa atho’na yaitu nderek kepada kiai, apapun hasil muktamar ini insyaAlloh adalah hasil terbaik kedepannya buat NU, kita serahkan apapun keputusan kepada para kiai yang turut terlibat di muktamar NU, jangan kita banyak ikut campur apalagi mengomentari yang hanya akan menambah gaduh atau memperkeruh suasana. Alangkah lebih baik sikap kita adalah mendoakan yang terbaik agar nantinya terwujud muktamar yang adem dan menyejukkan. Wallohu A’lam.

 

BIO PENULIS

Achmad Naufal Anam lahir di Magelang, 21 Februari 2002 yang sekarang sedang menempuh Pendidikan di UIN Sunan Kalijaga mengambil jurusan Ilmu Hukum dan nyambi mondok di Pondok Minhajuttamyiz Timoho, Pernah Mondok di Pandanaran selama 6 tahun sejak Mts sampai Aliyah, pernah tabarrukan di pondok pesantren API Tegalrejo dan PP Miftahul Huda Siwatu Wonosobo, sekarang aktif di organisasi IPNU, PMII, JQH ALMizan Divisi Tafsir, Formispa Pusat Yogyakarta dan Organisasi Mataair Yogyakarta dibawah Asuhan KH.Musthofa Bisri,. Hobinya futsal sama sepakbola, Klub Favorit sejak kecil ya Manchester United yang mana klub ini banyak Fansnya termasuk kalangan Kiai, Artis, Tokoh politik seperti Gus Yusuf tegalrejo, Gus Azka Pandanaran, Gus Rifqil Moeslim, Mbah sujiwo tejo dan Pak Mahfudz MD yang semuanya menjadi idola Penulis.

Baca Juga  Toleransi Beragama dalam QS.Al-Baqarah (2):143

 

Tinggalkan Balasan