Oleh: Aqib Muhammad Kh
Kemiskinan tentu menjadikan pikiran kita kalut. Mau makan, bingung sebab tak punya duit, belum lagi kebutuhan anak, kebutuhan buat listrik dan kebutuhan keluarga. Apalagi kalian yang sedang punya anak kecil, betapa teririsnya hati orangtua yang tak punya uang untuk membelikan susu anak? Semoga, semoga kita senantiasa diberi kecukupan oleh Allah Swt. Untuk segala hal yang bersangkutan dalam hidup. Amin.
Hidup ini memang tak ayal pasti butuh uang. Kita manusia sebagai makhluk sosial butuh alat untuk bersosial, sedang alat paling ampuh untuk bersosial sehingga diterima di kehidupan sosial adalah uang. Dan kita bisa saksikan sendiri bagaimana fakta dari fenomena yang terjadi, Kawan.
Lihat, betapa banyak orang-orang menjadi buta melihat kebaikan karena diperdaya oleh uang? Dengan atau tanpa diakui, di zaman yang serba teknologi, zaman yang serba segala-segala mau diinstankan, uang adalah bagian paling fundamental dari aspek kehidupan manusia.
(Hal ini berbeda dari perspektif agama dan syariat, Kawan. Kalian tak boleh samakan statement saya di atas itu dengan perspektif agama). Sebab tanpa uang, apapun transaksi terhambat dan pincang. Kalaupun didasarkan pada pertemanan, akan ada rasa pekewuh (merasa tidak enak) pada pihak lain.
Kita, atau kamu, yang sedang dalam fase terpuruk finansial atau ekonomi, pasti kelabakan, bingung, dan cari cara untuk mendapatkan uang dan hidup dalam zona kecukupan. Dan dalam proses mencari solusi untuk mendapatkan uang, kita kerap mengalami penyesalan karena ketergesa-gesaan kita dalam melakukannya.
Dengan utang, misalnya, ke teman dekat, saudara, atau bank sekitar untuk mendapatkan modal, harapan kita dapat cepat mengangkat keterpurukan finansial kita, tetapi justru tak dinyana (disangka) menjerumuskan kita dalam keterpurakan yang lebih. Naudzubillah min dzalik.
Kalau kita amati lebih dalam, kadang mereka yang melakukan tindakan tersebut terlalu menggebu-gebu dalam ikhtiar dhohir, tetapi abai terhadap ikhtiar batin. Kata sebuah pepatah; “Usaha tanpa doa, sombong. Doa tanpa usaha, bohong.”
Maka, selain melakoni usaha dhohir, seperti contoh yang al-faqir sebutkan di atas, hendaknya kita melakukan ikhtiar batin dengan membaca wirid-wirid yang diijazahkan oleh para ulama. Di sini, al-faqir akan menuliskan ijazah yang diberikan oleh salah seorang ulama’ yang masyhur, Habib Novel Al-Aydrus, Solo.
Dalam salah satu kesempatan, beliau mengijazahkan satu wirid untuk orang-orang yang sedang bangkrut, yang sedang terpuruk ekonominya, yang sedang pusing karena tak punya uang.
“Makanya kalian yang sedang puyeng (pusing), lagi gak punya duit, lagi banyak masalah, ekonominya terjepit, terpepet, dan ambruk, nyungsep, ekonominya eror, ya perbanyak dzikir ini سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم أستعفرالله khusunya habis shalat sunnah fajar, sebelum shalat Subuh 100×. Dijamin 100% pasti berhasil. Gak mungkin gak berhasil. Kenapa? Karena ini bukan teori. Ini janji — janji dari Nabi Muhammad Saw,” begitu dawuh beliau.
Begini kalau disederhanakan:
Membaca wirid:
سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم أستغفرالله ×100
Dibaca setelah shalat dua rakaat fajar sebelum shalat Subuh.
Habib Novel menegaskan bahwa bacaan wirid ini adalah bacaan wirid yang disabdakan Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadits.
Itu saja yang dapat al-faqir sampaikan. Semoga kita semua diberi kesehatan dan rezeki yang barokah oleh Allah Swt. sehingga kita dapat berjuang.
Apabila ada kesalahan dalam tutur kata atau bahasa yang tidak berkenan, al-faqir mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Wallahu a’lam.
و باالله التوفيق.