Filsafat itu Mudah dan Menyenangan

Filsafat itu Mudah dan Menyenangan - dawuh guru

Ternyata memang benar adanya, bahwa filsafat merupakan satu bidang ilmu yang kerap dijauhi dan tak jarang dicampakkan begitu saja. Ada banyak alasan dan persepsi masyarakat untuk itu. Salah satunya, “Filsafat adalah ilmu yang menyebabkan orang tersesat”. Paradigma demikian rentan bermunculan dan rawan berkeliaran, sebab filsafat yang mereka pelajari adalah filsafat barat yang para filsufnya kebanyakan sekuler serta ditambah dengan cara belajar dan mencerna filsafat yang sebaiknya perlu dibenahi atau guru mereka yang barangkali penyampaiannya kurang tepat. Itu saja belum cukup, masih banyak kemungkinan lain, yang membuat filsafat dijauhi, dikambing hitamkan, atau bahkan dikafirkan.

Tapi, taukah kalian, sebenarnya filsafat tak semenakutkan dan sesulit itu. Ya, bisa jadi filsafat itu menyenangkan dan boleh dibilang mudah-mudah, gampang. Meski masih dikira sulit dan menyebalkan. Hal ini diuraikan oleh filsuf zaman now yang bernama Ach. Dhofir Zuhry yang juga menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Baitul Hikmah sekaligus Pendiri STF Al-Farabi Malang dan juga pengampu kajian tafsir tematik di NU online. Karyanya sudah banya tersebar luas dan terdiri dari beragam genre keilmuan. Beliau menyampaikan dalam buku terbarunya yang berjudul Filsafat Untuk Pemalas, “Sekali lagi, apabila sementara orang meyakini bahwa fisafat adalah musuh agama, tentu persoalan mereka sendiri, bukan dengan filsafat”. (Hal. 9) Bahkan buku ini menjadi buku terlaris di bulan September, cetakan Elex Media Komputindo.

Dalam buku “Filsafat Untuk Pemalas” kita dibawa pada pemahaman bahwa, “Filsafat adalah keseharian kita, cara kita mengada.” Hal ini menjadi menarik, karena ternyata filsafat tidak hanya di bangku kuliah, di sekolah-sekolah tinggi ternama, filsafat bukanlah makanan bagi para kaum elit, aristokrat, pejabat-pejabat, dan lain sebagainya. Akan tetapi filsafat adalah apa yang ada dalam keseharian kita. Berfilsafat berarti berusaha mencari, menemukan, dan terus bersetia menjalani makna hidup. Karena pada dasarnya, “Setiap orang adalah filsuf terhebat untuk diri dan hidupnya sendiri.” (Hal. 7)

Dengan demikian, berfilsafat tak lain mengajarkan kita untuk lebih mengenal diri kita sendiri. Bukkannya kita sudah kenal diri kita sendiri? Cobalah tanyakan ke diri anda sendiri. Apakah kita benar-benar sudah mengenal diri kita sendiri dengan baik dan benar, atau yang kita ketahui ternyata baru sebatas kulitnya saja, belum isi/dagingnya. Gus Dhofir Zuhry dalam buku ini, mengajak kita untuk lebih mengenal dan menyelami diri sendiri. Seseorang akan kehilangan arah hidupnya, tujuan hidupnya, dan arti hidupnya selagi ia tak mampu mengenali dirinya sendiri. Oleh karena itu, beliau menganjurkan kita untuk “Lakukan perjalan ke dalam diri, piknik melintasi sisi-sisi tergelap dalam jiwa.” (Hal. 43)

Sebab, hanya dengan teknik tersebut kita dapat menilik apa yang sebenarnya kita perjuangkan, cari, dan pertaruhkan dalam hidup. Sebagaimana pesan singkat dari Sutan Sjahrir, “Hidup yang tidak dipertaruhkan, tidak akan pernah dimenangkan.” Yang paling bertanggung jawab atas nasib kita, tak lain adalah diri kita sendiri. Untuk menutup perjumpaan kita kali ini, Gus Dhofir Zuhry senantiasa mengingatkan kepada kita, “Orang yang paling sulit dikenali adalah diri kita sendiri”. Mari kita arungi lebih jauh dan selami lebih dalam mengenai buku ini, “Filsafat Untuk Pemalas”. Selamat membaca. Salam literasi. Jangan lupa Bahagia.

Identitas Buku:

Penerbit           : PT Elex Media Komputindo

Ukuran             : 14 cm x 21 cm, xii + 273 halaman

Cetakan           : 1, Sepktember 2023

ISBN               : 978-623-00-4988-0

Peresensi        : Fajrul Alam

*Fajrul Alam, lahir di Kebumen. Saat ini mengenyam kuliah di UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri sekaligus menjadi Tim Asesor puisi di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban. Mnulis puisi, esai, dan resensi. Karya-karyanya pernah masuk di beberapa buku antologi puisi, seperti Khatulistiwa (Kosa Kata Kita, 2021), Reminisensi (SIP Publishing, 2020), dan Senja di Pelabuhan Kecil (Penerbit Kertasentuh, 2021), dll. Pernah masuk pula dalam Majalah Karas, majalah sastra binaan Balai Bahasa Jawa Tengah. Semoga senantiasa diberikan umur dan ilmu yang bermanfaat, dimudahkan dalam menulis serta diberkati gairah berkarya yang menggelora.

 

Tinggalkan Balasan