Tujuh puluh lima kali sudah proklamasi kemerdekaan itu diperingati, diantara puluhan peringatan tersebut terselip fakta menarik yang luput dari pandangan sebagian pewaris negeri ini. Bahwa perjuangan para pahlawan melawan bahkan hingga berhasil mengusir para penjajah tidak hanya sebatas pertempuran di medan perang.
Lebih dari itu, di sana terdapat pergulatan ideologi dan keyakinan. Antara Para Penjajah yang kafir dengan para pahlawan yang dimotori Kyai- Kyai dan para santri. Nampaknya memang peran Kyai dan para santri belum terlalu disorot pemerhati sejarah atau bahkan telah terlupakan.
Peran Kyai dan santri dalam perjuangan mengusir penjajah bukan datang tiba-tiba tanpa serangkaian keyakinan dan niat yang suci memerdekakan kehidupan bangsa. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islami yang otentik khas Indonesia, memang menanamkan nilai-nilai perjuangan yang amat luhur, terlebih apabila yang diperjuangkan menyangkut maslahat atau kepentingan orang banyak.
Karena sejatinya dalam ajaran Islam, persaudaraan antar muslim sangatlah erat hingga tidak dikatakan seorang itu sebagai orang yang beriman sebelum ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Bahkan hingga mencapai usia kemerdekaan yang ke-75 saat ini, peran pesantren tetap tidak dapat dikerdilakan dalam hal membebaskan Negara ini dari penjajahan.
Nilai-nilai luhur ajaran Islam yang begitu menentang adanya penjajah dan penjajahan adalah spirit utama yang menjadikan para Kyai dan santri berani menentang penjajah. Peran para kyai dan santri juga dapat kita temui di Perang Jawa Diponegoro, dimana terdapat tidak kurang dari 108 Kyai yang terlibat dalam Perang Diponegoro. Para Kyai inilah yang kemudian melanjutkan semangat perlawanan dan perjuangan Diponegoro ketika ia ditangkap dan mengobarkan semangat perjuangan di seluruh pulau jawa.
Pesantren beserta Para Kyai dan Santri-Santrinya tidak hanya berperan dalam mengusir penjajah dan memerdekakan Bangsa Indonesia. Kejadian- kejadian pasca kemerdekaan nyatanya lebih menunjukkan peran dan kontribusi pesantren dengan Kyai dan Santri di dalamnya. Dalam naskah pembukaan UUD 1945, Kemudian dalam rumusan lima dasar yang diusulkan dalam piagam Jakarta.
Terlebih lagi pada tanggal 22 Oktober 1945 ditetapkan resolusi Jihad yang dihadiri perwakilan dari pesantren di seluruh provinsi di Indonesia bertempat di Surabaya. Sebagai jawaban dari para tokoh Muslim tentang perlunya membela bangsa dan mempertahankan kemerdekaannya sebagaimana termaktub dalam kitab suci Al-Qur`an.
Maka peran pesantren dengan para Kyai dan santri-santri di dalamnya begitu esensial, terutama dengan semangat memerangi kedzaliman dalam bentuk penjajah dan penjajahan. Juga bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan otentik khas Indonesia yang perlu untuk dijaga keberlangsungannya dan dijaga nilai- nilai luhurnya, sebagaimana kita menghormati para pahlawan yang telah berjasa memperjuangkan kemerdekaan di medan perang.