“Jadilah wanita baik, wanita yang memiliki sabar yang luas, wanita yang mudah memaafkan, wanita yang terjaga, dan berpendidikan, dan semoga kelak dipertemukan dengan seseorang yang seperti itu pula.”
Hubabah Annisa binti Yusuf al-Haddad, Pontianak
Dalam sorot mata kehidupan, ada wanita-wanita yang menjadi teladan kebaikan, seperti Hubabah Annisa binti Yusuf al-Haddad dari Pontianak. Nasihatnya membentang seperti benang halus yang mengajar kita akan kebijaksanaan hidup. “Jadilah wanita baik, wanita yang memiliki sabar yang luas, wanita yang mudah memaafkan, wanita yang terjaga, dan berpendidikan, dan semoga kelak dipertemukan dengan seseorang yang seperti itu pula.”
Makna dalam kata-kata ini seperti aliran sungai yang membawa pesan kebijaksanaan dari hati seorang wanita bijak. Menjadi “wanita baik” bukan hanya sekadar label, melainkan panggilan untuk menjalani hidup dengan penuh kebaikan hati dan kebijaksanaan. Sabar menjadi pijakan utama, memberikan kekuatan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Wanita bijak seperti Hubabah Annisa juga mengajarkan kita untuk memiliki hati yang luas dalam memaafkan. Di tengah gejolak dunia yang sering kali menuntut pertahanan diri, kemampuan untuk memaafkan adalah cahaya yang mampu menyejukkan jiwa. Sebuah jiwa yang terjaga dan tidak terbelenggu oleh dendam.
“Terjaga” bukan hanya berkaitan dengan keamanan fisik, melainkan juga keseimbangan emosional dan spiritual. Wanita bijak memahami pentingnya menjaga hati dan pikiran dari toksin-toksin negatif yang dapat meracuni kedamaian batin. Dengan menjaga diri, ia mampu memberikan kebaikan pada dirinya sendiri dan sekitarnya.
Berpendidikan adalah tonggak kuat bagi wanita bijak. Ia tahu bahwa ilmu pengetahuan adalah kunci untuk membuka pintu-pintu kehidupan yang lebih baik. Pendidikan memberdayakannya untuk berdiri setara dan memberikan kontribusi positif pada masyarakat. Wanita bijak tidak hanya mendidik dirinya sendiri tetapi juga mewariskan nilai-nilai kearifan pada generasi yang akan datang.
Namun, dalam kebijaksanaan Hubabah Annisa, kebaikan seorang wanita tak hanya menjadi tujuan, melainkan juga doa untuk mempertemukan dirinya dengan seseorang yang sejalan. Ini bukan sekadar romantisisme, tetapi harapan akan kesinambungan kebaikan yang dapat diperbanyak dan diperluas bersama-sama.
Dengan kata-kata yang tenang dan penuh hikmah, Hubabah Annisa binti Yusuf al-Haddad meninggalkan jejak kebaikan. Ia memberikan tuntunan hidup yang melampaui sekadar nasihat, tetapi merupakan cerminan dari nilai-nilai yang menjadikan seseorang lebih baik. Dan, seperti pesan Hubabah Annisa, semoga kita semua dapat menjadi “wanita baik” atau “pria baik,” menjalani kehidupan dengan hati yang penuh kebaikan, kesabaran, dan harapan akan kebaikan di masa depan.