“Hidup itu bagaikan kita sedang berkendara. Kita bisa kedepan, belakang, kanan, kiri, maju, mundur dan berhenti. Maka cerdaslah dalam memilih dan bersikap.”
Gus Rifqil Muslim Suyuthi
Hidup sering kali dianalogikan sebagai perjalanan atau berkendara. Dalam perjalanan ini, kita dihadapkan pada berbagai pilihan arah: ke depan, belakang, kanan, kiri, maju, mundur, atau berhenti. Kutipan “Hidup itu bagaikan kita sedang berkendara. Kita bisa ke depan, belakang, kanan, kiri, maju, mundur, dan berhenti. Maka cerdaslah dalam memilih dan bersikap” mengajarkan kita pentingnya kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan menentukan sikap.
Dalam perspektif Islam, kehidupan adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan hikmah. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 286, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” Ayat ini menunjukkan bahwa setiap langkah yang kita ambil dalam hidup adalah ujian yang sesuai dengan kemampuan kita, dan kita harus bertindak dengan bijaksana dalam setiap keputusan.
Sebagai seorang pengendara dalam perjalanan hidup, kita memiliki kendali atas pilihan-pilihan yang kita buat. Terkadang, kita dihadapkan pada keputusan untuk maju atau mundur, untuk belok kanan atau kiri, dan bahkan untuk berhenti sejenak. Setiap pilihan memiliki konsekuensi, dan di sinilah pentingnya kebijaksanaan dalam menentukan langkah.
Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya istikharah atau memohon petunjuk dari Allah dalam mengambil keputusan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian merasa bimbang tentang suatu urusan, maka hendaklah dia shalat dua rakaat selain shalat wajib, kemudian hendaklah dia berdoa…” Doa istikharah membantu kita dalam mencari petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT agar keputusan yang kita ambil adalah yang terbaik bagi dunia dan akhirat kita.
Dalam perjalanan hidup ini, kita sering kali dihadapkan pada godaan dan tantangan yang dapat menggoyahkan keyakinan dan menguji kesabaran kita. Ada kalanya kita merasa perlu untuk melangkah mundur agar bisa mengumpulkan kekuatan untuk maju kembali. Dalam hal ini, penting untuk tidak melihat mundur sebagai kegagalan, melainkan sebagai strategi untuk mendapatkan momentum yang lebih kuat.
Mahatma Gandhi, seorang tokoh dunia yang terkenal dengan ajaran ahimsa (tanpa kekerasan), pernah berkata, “Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisik, tetapi dari kemauan yang gigih.” Hal ini mengajarkan kita bahwa keteguhan hati dan kemauan yang kuat adalah kunci untuk mengatasi berbagai rintangan dalam hidup. Dalam perjalanan kita, akan ada saat-saat ketika kita harus menahan diri atau mengambil langkah mundur untuk mempersiapkan diri menuju keberhasilan yang lebih besar.
Selain itu, dalam berkendara, kita harus selalu waspada terhadap arah yang kita tuju. Mengambil jalan yang salah bisa membawa kita kepada kesulitan dan bahaya. Oleh karena itu, penting untuk memiliki panduan dan kompas moral yang jelas. Dalam Islam, Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW adalah panduan yang sempurna untuk menavigasi kehidupan kita.
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Isra ayat 9, “Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” Al-Quran adalah petunjuk yang membawa kita kepada jalan yang lurus, membantu kita membuat keputusan yang bijaksana dalam setiap langkah hidup kita.
Selain petunjuk dari Al-Quran, Rasulullah SAW juga memberikan contoh nyata dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” Hadits ini mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dalam berkata dan bertindak, menunjukkan pentingnya kebijaksanaan dalam setiap keputusan yang kita buat.
Dalam kehidupan modern, keputusan yang kita ambil sering kali lebih kompleks dan membutuhkan pertimbangan yang matang. Kita dihadapkan pada berbagai pilihan karir, hubungan, dan tujuan hidup yang semuanya membutuhkan kecerdasan emosional dan spiritual. Daniel Goleman, seorang psikolog terkenal, memperkenalkan konsep kecerdasan emosional yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kunci untuk berhasil dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam konteks berkendara, kecerdasan emosional bisa diibaratkan sebagai kemampuan untuk mengendalikan kendaraan kita dengan baik meskipun jalan yang dilalui penuh dengan rintangan. Kemampuan untuk tetap tenang, mengelola stres, dan membuat keputusan yang bijaksana di tengah tekanan adalah ciri dari seorang pengendara yang cerdas. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan, di mana kita harus mampu mengendalikan emosi dan membuat keputusan yang rasional meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit.
Selanjutnya, kemampuan untuk berhenti sejenak dan melakukan refleksi adalah bagian penting dari perjalanan hidup. Terkadang, kita perlu mengambil jeda untuk merenungkan tujuan dan arah hidup kita. Dalam Islam, konsep muhasabah atau introspeksi diri adalah praktik yang dianjurkan untuk mengevaluasi tindakan dan memperbaiki diri. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang cerdas adalah yang menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, dan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah.” (HR. Tirmidzi).
Dalam perjalanan hidup ini, kita juga harus siap untuk beradaptasi dengan perubahan. Kehidupan selalu berubah dan penuh dengan ketidakpastian. Kemampuan untuk beradaptasi dan fleksibel dalam menghadapi perubahan adalah kunci untuk bertahan dan berkembang. Charles Darwin, seorang ilmuwan terkenal, pernah berkata, “Bukanlah yang terkuat dari spesies yang bertahan, bukan pula yang paling cerdas, melainkan yang paling responsif terhadap perubahan.” Ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup, kemampuan untuk beradaptasi adalah salah satu faktor kunci untuk sukses.
Sebagai kesimpulan, kehidupan adalah perjalanan yang penuh dengan pilihan dan tantangan. Seperti pengendara yang bijak, kita harus cerdas dalam memilih arah dan mengambil keputusan. Dengan bimbingan dari Al-Quran dan Sunnah, kecerdasan emosional, kemampuan untuk refleksi, dan kesiapan untuk beradaptasi, kita dapat menavigasi kehidupan ini dengan bijaksana dan mencapai tujuan yang kita inginkan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita petunjuk dan kebijaksanaan dalam setiap langkah yang kita ambil.