Dawuh Gus Kautsar tentang Menjadi Pribadi yang Bermanfaat

Gus Kautsar
Sumber : dawuhguru
“Ukuran kesuksesan hidup itu terletak seberapa bermanfaat diri kita untuk sesama. Maka yang terbaik adalah berlomba menjadi pribadi yang bermanfaat.”
Gus Muhammad Abdurrahman Al-Kautsar – Ploso Kediri

Kesuksesan sering kali diukur dengan pencapaian materi, popularitas, atau status sosial. Namun, ukuran kesuksesan yang sejati terletak pada seberapa bermanfaat diri kita bagi sesama.  Pernyataan quote diatas mengandung makna mendalam tentang hakikat hidup dan tujuan kita sebagai manusia.

Makna Bermanfaat bagi Sesama

Dalam pandangan Islam, menjadi bermanfaat bagi sesama adalah salah satu tujuan hidup yang utama. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni). Hadits ini mengajarkan bahwa manfaat bagi orang lain adalah ukuran kebaikan seseorang. Menjadi bermanfaat tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk perhatian, kasih sayang, ilmu, dan dukungan moral.

Perspektif Al-Qur’an tentang Kebaikan dan Manfaat

Al-Qur’an memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya menjadi individu yang bermanfaat. Dalam QS. Al-Maidah ayat 2, Allah SWT berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya.”

Ayat ini mengajarkan kita untuk saling membantu dalam kebaikan dan ketakwaan. Ini menunjukkan bahwa kebermanfaatan seseorang diukur dari seberapa banyak ia bisa membantu orang lain dalam kebaikan.

Implementasi Manfaat dalam Kehidupan Sehari-Hari

Menjadi pribadi yang bermanfaat dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih bermanfaat bagi sesama:

  1. Membantu Orang Lain dengan Tulus: Setiap orang memiliki kebutuhan dan tantangan masing-masing. Menawarkan bantuan dengan tulus, baik dalam bentuk tenaga, waktu, atau sumber daya, dapat membuat perbedaan besar dalam hidup orang lain.
  2. Berbagi Ilmu dan Pengalaman: Pengetahuan adalah salah satu aset paling berharga yang dapat kita bagikan. Mengajarkan sesuatu yang kita kuasai kepada orang lain, baik secara formal atau informal, adalah cara efektif untuk bermanfaat bagi sesama.
  3. Memberikan Dukungan Emosional: Kadang-kadang, yang paling dibutuhkan seseorang adalah dukungan emosional. Mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan nasihat yang bijak, atau sekadar hadir di saat sulit dapat sangat berarti bagi orang lain.
  4. Menghargai dan Menghormati Orang Lain: Menghormati hak dan perasaan orang lain serta menghargai kontribusi mereka adalah bentuk kebaikan yang dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial.
Baca Juga  Quote Fahruddin Faiz tentang Serius Menekuni Ilmu

Dalil Al-Qur’an tentang Kebermanfaatan

Al-Qur’an menekankan pentingnya melakukan kebaikan dan memberikan manfaat kepada orang lain. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 177, Allah SWT berfirman:

لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Ayat ini mengajarkan kita bahwa kebajikan yang sejati melibatkan tindakan nyata yang memberikan manfaat bagi orang lain, seperti memberikan harta kepada yang membutuhkan, menepati janji, dan bersabar dalam kesulitan.

Dampak Positif Menjadi Pribadi yang Bermanfaat

Menjadi pribadi yang bermanfaat tidak hanya memberi dampak positif pada orang lain, tetapi juga pada diri kita sendiri. Berikut adalah beberapa manfaat dari menjadi individu yang bermanfaat:

  1. Kepuasan Batin: Menolong orang lain dan melihat mereka bahagia memberikan kepuasan batin yang tidak bisa digantikan oleh materi. Ini adalah bentuk kebahagiaan yang murni dan tulus.
  2. Peningkatan Kualitas Hubungan Sosial: Orang yang bermanfaat bagi sesama biasanya memiliki hubungan sosial yang lebih baik. Mereka dihormati dan dihargai oleh orang lain, yang berujung pada jaringan sosial yang lebih kuat.
  3. Pengembangan Diri: Melalui upaya untuk membantu orang lain, kita juga mengembangkan keterampilan dan karakter kita sendiri. Misalnya, berbagi ilmu tidak hanya menguntungkan orang lain, tetapi juga memperdalam pemahaman kita sendiri tentang subjek tersebut.
  4. Keberkahan dalam Hidup: Dalam Islam, memberikan manfaat kepada orang lain sering kali dihubungkan dengan keberkahan dalam hidup. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Lail ayat 5-7:
Baca Juga  Dawuh Gus Iqdam tentang Harmoni Logika dan Hati

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَىٰ وَاتَّقَىٰ وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَىٰ فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَىٰ

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.”

Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang suka memberi dan bertakwa akan dimudahkan urusannya oleh Allah SWT.

Kesimpulan

Ukuran kesuksesan hidup sejati bukanlah seberapa banyak harta yang kita kumpulkan atau seberapa tinggi status sosial yang kita capai, melainkan seberapa bermanfaat kita bagi sesama. Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah sebuah pencapaian yang mulia dan abadi. Dalam perspektif Islam, hal ini ditekankan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Melalui tindakan nyata dalam membantu orang lain, berbagi ilmu, dan memberikan dukungan, kita tidak hanya memberi manfaat kepada orang lain tetapi juga memperoleh keberkahan dan kepuasan batin yang sejati.

Dengan menjadikan kebermanfaatan bagi sesama sebagai ukuran kesuksesan, kita akan menjalani hidup dengan tujuan yang lebih mulia dan berdampak positif baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Inilah esensi dari kehidupan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT.