“Kalau ada orang nakal tapi mau ngaji, dia pasti jadi laki-laki yang bercita-cita mencabut gunung dari akar-akarnya, bukan membobol keperawanan wanita.”Gus Iqdam Muhammad
Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 53, “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’” Ayat ini memberikan harapan bahwa tidak ada kata terlambat untuk berubah dan memperbaiki diri. Rahmat Allah SWT senantiasa terbuka bagi mereka yang ingin bertaubat dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya niat dan usaha untuk berubah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak Adam adalah pendosa, dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini mengajarkan bahwa kesalahan adalah bagian dari sifat manusia, tetapi yang terpenting adalah keinginan untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
Contoh nyata dari transformasi diri ini dapat dilihat dalam kisah sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khattab. Umar, sebelum masuk Islam, dikenal sebagai seorang yang keras dan menentang ajaran Islam. Namun, setelah menerima hidayah dan memeluk Islam, ia berubah menjadi salah satu sahabat yang paling berpengaruh dan penuh keberanian dalam memperjuangkan ajaran Islam. Umar bin Khattab menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki masa lalu yang kelam bisa berubah dan menjadi pembela kebenaran.
Dalam kehidupan modern, transformasi diri juga dapat dilihat pada tokoh seperti Malcolm X, seorang aktivis hak asasi manusia di Amerika Serikat. Awalnya, ia terlibat dalam kegiatan kriminal dan hidup di jalanan. Namun, setelah mengenal Islam, ia berubah menjadi seorang yang memperjuangkan hak-hak sipil dengan penuh keberanian dan ketulusan. Malcolm X pernah berkata, “The future belongs to those who prepare for it today.” Kata-kata ini mengingatkan kita bahwa perubahan dan persiapan untuk masa depan yang lebih baik dimulai dari hari ini, dari setiap langkah kecil yang kita ambil.
Mengaji, atau belajar agama, memiliki kekuatan besar dalam merubah perilaku seseorang. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 286, Allah SWT berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Ayat ini mengajarkan bahwa setiap perintah dan larangan Allah adalah sesuai dengan kemampuan kita. Dengan belajar dan mendalami agama, kita akan menemukan bimbingan yang tepat untuk menjalani hidup yang lebih baik dan bermakna.
Tokoh nasional Indonesia, seperti Gus Dur, juga memberikan pelajaran penting tentang transformasi diri. Gus Dur, atau Abdurrahman Wahid, dikenal sebagai tokoh yang selalu memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan. Salah satu kutipannya yang terkenal adalah, “Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan.” Kata-kata ini menggarisbawahi bahwa dalam setiap aspek kehidupan, kemanusiaan dan kebaikan harus selalu menjadi prioritas. Gus Dur mengajarkan bahwa perubahan dan transformasi diri adalah hal yang sangat mungkin dan penting untuk dilakukan demi mencapai kebaikan yang lebih besar.
Selain itu, mengaji dan belajar agama juga memberikan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup. Oprah Winfrey, seorang tokoh media dan filantropis, pernah berkata, “Education is the key to unlocking the world, a passport to freedom.” Mempelajari agama adalah bentuk pendidikan yang tidak hanya membuka wawasan kita, tetapi juga memberikan kebebasan dari belenggu kebodohan dan keburukan.
Dalam Islam, pentingnya menuntut ilmu dan mengaji sangat ditekankan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah). Hadis ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, dan dengan ilmu, kita dapat memahami ajaran agama dengan lebih baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Transformasi diri melalui mengaji dan belajar agama juga mengajarkan kita tentang kesabaran dan ketekunan. Albert Einstein pernah berkata, “It’s not that I’m so smart, it’s just that I stay with problems longer.” Dalam konteks belajar agama, ini berarti bahwa ketekunan dan kesabaran dalam menuntut ilmu akan membawa hasil yang baik, meskipun memerlukan waktu.
Dukungan dari lingkungan sekitar juga sangat penting dalam proses transformasi diri. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin lainnya adalah seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting dalam perjalanan kita menuju perubahan yang lebih baik.
Mengaji dan belajar agama adalah langkah awal yang penting menuju transformasi diri. Seperti yang dikatakan oleh Lao Tzu, seorang filsuf Tiongkok, “A journey of a thousand miles begins with a single step.” Perjalanan menuju kebaikan dan perubahan dimulai dengan satu langkah kecil, dan setiap langkah tersebut membawa kita lebih dekat kepada Allah.
Kesimpulannya, kutipan “Kalau ada orang nakal tapi mau ngaji, dia pasti jadi laki-laki yang bercita-cita mencabut gunung dari akar-akarnya, bukan membobol keperawanan wanita” mengandung pesan yang sangat kuat dan relevan dalam kehidupan kita. Mengaji dan belajar agama memiliki kekuatan besar untuk mengubah perilaku dan pandangan hidup seseorang. Dengan niat yang tulus dan usaha yang konsisten, setiap orang memiliki potensi untuk berubah dan menjadi lebih baik. Mari kita terus belajar, berusaha, dan tidak pernah berhenti berbuat baik, karena setiap langkah kecil dalam menuntut ilmu dan mengaji adalah langkah besar menuju transformasi diri dan kebahagiaan sejati.