Dawuh Gus Iqdam tentang Prinsip Zero Kriminal

Gus Iqdam
Sumber : Google
“Ngaji di sini prinsipnya zero kriminal. Tidak boleh ada tindak kriminal. Jangan suka mencuri. Sepulang ngaji jangan mabuk, judi, atau mojok-mojok sama pacar. Minimal satu malam saja. Syukur-syukur bisa berhenti total.”
Gus Iqdam Muhammad
Setiap masyarakat berjuang untuk mencapai ketertiban, kedamaian, dan kemakmuran. Salah satu cara efektif untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendidikan agama, yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang Tuhan, tetapi juga mengarahkan individu menuju perilaku yang lebih baik. Kutipan “Ngaji di sini prinsipnya zero kriminal. Tidak boleh ada tindak kriminal. Jangan suka mencuri. Sepulang ngaji jangan mabuk, judi, atau mojok-mojok sama pacar. Minimal satu malam saja. Syukur-syukur bisa berhenti total,” menggarisbawahi pentingnya pendidikan agama dalam menciptakan masyarakat yang bebas dari kejahatan.

Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Maidah ayat 90, “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu beruntung.” Ayat ini jelas melarang tindakan kriminal dan perilaku tidak bermoral seperti mabuk dan berjudi, serta mendorong umat Islam untuk menjauhi perbuatan tersebut demi kebaikan diri dan masyarakat.

Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya meninggalkan perilaku buruk. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan.” (HR. Muslim). Hadis ini mengingatkan kita bahwa kesombongan, yang sering menjadi akar dari banyak perilaku buruk, harus dihindari.

Salah satu contoh transformasi diri melalui pendidikan agama dapat dilihat dalam kehidupan sahabat Rasulullah SAW, Abu Dhar al-Ghifari. Sebelum masuk Islam, Abu Dhar dikenal sebagai perampok yang ditakuti. Namun, setelah memeluk Islam dan belajar dari Rasulullah, ia menjadi salah satu sahabat yang paling zuhud dan taat. Kisah Abu Dhar menunjukkan bahwa melalui pendidikan dan bimbingan agama, seseorang yang dulunya terlibat dalam kejahatan dapat berubah menjadi individu yang berkontribusi positif bagi masyarakat.

Baca Juga  Nasihat Habib Umar Bin Hafidz tentang Lisan Cerminan Hati

Dalam konteks modern, pendidikan agama juga telah terbukti efektif dalam rehabilitasi narapidana. Program-program pendidikan agama di penjara telah membantu banyak individu menemukan jalan baru dalam hidup mereka, meninggalkan perilaku kriminal, dan berintegrasi kembali ke masyarakat sebagai warga yang produktif. Salah satu tokoh yang pernah mengalami transformasi seperti ini adalah Malcolm X. Sebelum masuk Islam, Malcolm X adalah seorang kriminal dan pecandu narkoba. Namun, setelah menemukan Islam, ia menjadi salah satu pembela hak asasi manusia yang paling berpengaruh di Amerika Serikat. Malcolm X pernah berkata, “Education is the passport to the future, for tomorrow belongs to those who prepare for it today.” Pendidikan agama memberikan landasan moral yang kuat untuk perubahan hidup yang positif.

Pentingnya pendidikan agama juga ditegaskan oleh tokoh nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara, yang mengatakan, “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.” Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa pendidikan, termasuk pendidikan agama, harus dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga dan komunitas. Dengan menjadikan setiap rumah sebagai pusat pendidikan agama, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik dan bebas dari kejahatan.

Menghindari perilaku kriminal dan tidak bermoral bukan hanya tentang kepatuhan terhadap aturan agama, tetapi juga tentang membangun karakter dan integritas. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 286, Allah SWT berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Ayat ini menunjukkan bahwa Allah memberikan kita kemampuan untuk memilih jalan yang benar dan menjauhi perbuatan buruk. Dengan bimbingan dan niat yang kuat, kita dapat menghindari perilaku yang merusak diri dan masyarakat.

Mengaji, atau belajar agama, memiliki peran penting dalam membentuk karakter individu. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu, termasuk ilmu agama, adalah jalan menuju kebaikan dan keselamatan. Melalui pengajian, individu belajar nilai-nilai moral, etika, dan tanggung jawab, yang sangat penting dalam menghindari perilaku kriminal.

Baca Juga  Dawuh KH. Chudlori tentang Sifat Iri Hati

Oprah Winfrey, seorang tokoh media dan filantropis, pernah berkata, “The more you praise and celebrate your life, the more there is in life to celebrate.” Mengaji dan mendalami agama adalah bentuk syukur dan perayaan atas kehidupan yang kita miliki. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran agama, kita dapat menemukan kebahagiaan dan kedamaian yang sejati, serta menjauhi perilaku yang merusak.

Dalam Surah An-Nahl ayat 97, Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Ayat ini menjanjikan kehidupan yang baik bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Dengan mengaji dan menjauhi perilaku kriminal, kita sedang menempuh jalan untuk meraih kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.

Selain pendidikan agama, penting juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan positif. Albert Einstein pernah berkata, “In the middle of difficulty lies opportunity.” Dalam konteks ini, tantangan dalam menghindari perilaku buruk dan kriminal bisa menjadi kesempatan untuk memperkuat karakter dan meningkatkan kualitas diri. Lingkungan yang positif, penuh dengan dukungan dan bimbingan, akan membantu individu dalam proses perubahan ini.

Peran keluarga juga sangat penting dalam membentuk karakter dan perilaku individu. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menggarisbawahi bahwa keluarga memiliki pengaruh besar dalam membentuk nilai-nilai dan moral anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan pendidikan agama yang baik kepada anak-anak mereka sejak dini.

Baca Juga  Dawuh Gus Baha tentang Memahami Simbolisme

Selain itu, program-program komunitas yang berfokus pada pendidikan agama dan pengembangan karakter juga sangat efektif dalam menciptakan masyarakat yang bebas dari kejahatan. Program-program ini menyediakan tempat bagi individu untuk belajar, berbagi, dan mendukung satu sama lain dalam perjalanan menuju perubahan positif. Seperti yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, “The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others.” Melalui pelayanan dan kontribusi kepada masyarakat, individu dapat menemukan makna dan tujuan hidup yang lebih besar.

Kesimpulannya, kutipan “Ngaji di sini prinsipnya zero kriminal. Tidak boleh ada tindak kriminal. Jangan suka mencuri. Sepulang ngaji jangan mabuk, judi, atau mojok-mojok sama pacar. Minimal satu malam saja. Syukur-syukur bisa berhenti total,” mengandung pesan yang sangat kuat tentang pentingnya pendidikan agama dalam menghindari perilaku kriminal dan tidak bermoral. Dengan mengaji dan mendalami ajaran agama, individu dapat membangun karakter yang kuat, menjauhi perbuatan buruk, dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Mari kita terus mendukung dan mengembangkan program-program pendidikan agama, baik di keluarga maupun di komunitas, untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik, lebih aman, dan lebih bermartabat.