Dawuh Gus Iqdam Muhammad : Kunci Untuk Memecahkan Konflik Dan Membangun Kedamaian

Gus Iqdam Blitar
Sumber : Google

Dawuh Gus Iqdam Muhammad : Berkomunikasi dengan penuh pengertian adalah kunci untuk memecahkan konflik dan membangun kedamaian.

Berkomunikasi dengan penuh pengertian adalah kunci untuk memecahkan konflik dan membangun kedamaian. Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang penuh empati dan pengertian dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam dunia yang sering kali diwarnai oleh perbedaan dan konflik, kemampuan untuk mendengarkan dan memahami satu sama lain menjadi fondasi yang sangat penting untuk menciptakan harmoni dan perdamaian.

Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin sangat menekankan pentingnya komunikasi yang baik dan penuh pengertian. Al-Qur’an mengajarkan bahwa komunikasi yang baik adalah salah satu cara untuk mendekatkan hati dan menyelesaikan perselisihan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 13: “Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” Ayat ini menggarisbawahi pentingnya saling mengenal dan memahami satu sama lain dalam konteks keberagaman.

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga memberikan banyak teladan tentang bagaimana berkomunikasi dengan baik. Salah satu hadits yang sering kali dijadikan rujukan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menekankan pentingnya berkata yang baik dan menghindari perkataan yang dapat menyakiti atau menimbulkan konflik.

Dalam konteks modern, banyak tokoh dunia yang juga mengakui pentingnya komunikasi yang penuh pengertian dalam menciptakan perdamaian. Nelson Mandela, seorang tokoh besar dalam perjuangan melawan apartheid di Afrika Selatan, pernah berkata, “If you talk to a man in a language he understands, that goes to his head. If you talk to him in his language, that goes to his heart.” (Jika kamu berbicara kepada seseorang dalam bahasa yang ia pahami, itu akan masuk ke dalam pikirannya. Jika kamu berbicara dalam bahasanya, itu akan masuk ke dalam hatinya). Ucapan Mandela ini menekankan pentingnya memahami dan menghargai perspektif dan latar belakang orang lain untuk menciptakan koneksi yang lebih dalam dan bermakna.

Baca Juga  Dawuh Kiai Said Aqil tentang Pilar Kebangsaan

Selain Mandela, Mahatma Gandhi, seorang tokoh besar dalam gerakan kemerdekaan India, juga menekankan pentingnya komunikasi yang penuh pengertian dan non-kekerasan. Gandhi berkata, “An eye for an eye will only make the whole world blind.” (Mata ganti mata hanya akan membuat seluruh dunia buta). Ucapan ini menunjukkan bahwa balas dendam dan kekerasan hanya akan memperburuk konflik dan bukan menjadi solusi. Sebaliknya, komunikasi yang penuh pengertian dan kasih sayang adalah kunci untuk menyelesaikan perselisihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada berbagai perbedaan pendapat dan konflik. Entah itu di tempat kerja, di keluarga, atau di masyarakat, kemampuan untuk berkomunikasi dengan penuh pengertian sangat diperlukan. Menurut John C. Maxwell, seorang pakar kepemimpinan, “People don’t care how much you know until they know how much you care.” (Orang tidak peduli seberapa banyak kamu tahu sampai mereka tahu seberapa besar kamu peduli). Ucapan ini menggarisbawahi bahwa empati dan perhatian adalah elemen kunci dalam komunikasi yang efektif.

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dengan memiliki empati, kita bisa lebih mudah menjalin hubungan yang baik dan menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih konstruktif. Dalam psikologi, empati dianggap sebagai salah satu komponen utama dalam kecerdasan emosional, yang merupakan kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi kita sendiri dan emosi orang lain. Daniel Goleman, seorang psikolog terkenal, menyatakan bahwa kecerdasan emosional lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam menentukan kesuksesan seseorang, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.

Selain itu, komunikasi yang penuh pengertian juga membutuhkan keterampilan mendengarkan yang baik. Mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian memungkinkan kita untuk benar-benar memahami apa yang ingin disampaikan oleh orang lain. Hal ini bukan hanya tentang mendengar kata-kata yang diucapkan, tetapi juga memahami makna dan perasaan di balik kata-kata tersebut. Dengan mendengarkan dengan baik, kita bisa menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada lawan bicara, yang pada gilirannya bisa mengurangi ketegangan dan membangun hubungan yang lebih baik.

Baca Juga  Nasihat Habib Umar Bin Hafidz tentang Ujian Cinta Masa Muda

Dalam menghadapi konflik, ada beberapa langkah praktis yang bisa kita lakukan untuk berkomunikasi dengan penuh pengertian. Pertama, kita perlu menjaga ketenangan dan tidak terbawa emosi. Ketika kita marah atau frustrasi, sangat mudah untuk mengatakan hal-hal yang bisa menyakiti perasaan orang lain. Oleh karena itu, penting untuk tetap tenang dan berpikir sebelum berbicara. Kedua, kita perlu fokus pada masalah, bukan pada orangnya. Mengkritik atau menyerang pribadi seseorang hanya akan memperburuk konflik. Sebaliknya, fokuslah pada masalah yang sedang dihadapi dan cari solusi bersama.

Ketiga, gunakan bahasa yang positif dan konstruktif. Hindari kata-kata yang kasar atau menyalahkan, dan cobalah untuk mengungkapkan perasaan dan pendapat kita dengan cara yang lebih positif. Misalnya, daripada mengatakan “Kamu selalu membuat saya marah,” kita bisa mengatakan “Saya merasa kesal ketika hal ini terjadi.” Dengan menggunakan bahasa yang lebih positif, kita bisa mengurangi potensi konflik dan meningkatkan peluang untuk mencapai kesepakatan.

Keempat, jangan ragu untuk meminta maaf jika kita melakukan kesalahan. Mengakui kesalahan dan meminta maaf adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan. Ini menunjukkan bahwa kita menghargai hubungan kita dengan orang lain dan bersedia untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi.

Terakhir, cobalah untuk memahami perspektif orang lain. Ini mungkin adalah langkah yang paling sulit, tetapi juga yang paling penting. Setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan pandangan hidup yang berbeda. Dengan mencoba memahami dari mana orang lain berasal, kita bisa lebih mudah menemukan titik temu dan menyelesaikan konflik dengan cara yang lebih baik.

Sebagai penutup, komunikasi yang penuh pengertian adalah kunci untuk memecahkan konflik dan membangun kedamaian. Baik dalam ajaran Islam maupun dalam kehidupan modern, pentingnya komunikasi yang baik dan penuh empati selalu ditekankan. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, kita bisa menciptakan dunia yang lebih damai dan harmonis, di mana perbedaan tidak lagi menjadi sumber konflik, tetapi menjadi kekayaan yang harus dihargai dan dirayakan.

Tinggalkan Balasan