Dawuh Gus Iqdam Muhammad : “Kebesaran seseorang terukur dari kebaikan hatinya dan keadilan dalam tindakannya.”
Kebesaran seseorang tidak diukur dari seberapa banyak kekayaan atau kekuasaan yang dimilikinya, tetapi dari kebaikan hati dan keadilan dalam tindakannya. Dalam Islam, kebaikan hati dan keadilan adalah dua nilai yang sangat dianjurkan dan menjadi ukuran kebesaran sejati. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan” (QS. An-Nahl: 90). Ayat ini menekankan pentingnya keadilan dan kebajikan sebagai pilar utama dalam kehidupan seorang muslim.
Rasulullah SAW adalah teladan sempurna dalam menunjukkan kebesaran hati dan keadilan. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda, “Orang yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Ahmad). Ini menunjukkan bahwa kebesaran seseorang di mata Allah bukanlah tentang status sosial atau kekayaan, tetapi tentang bagaimana seseorang memperlakukan orang lain dengan kebaikan dan keadilan. Rasulullah SAW selalu menunjukkan kebaikan hati kepada semua orang, termasuk mereka yang menyakitinya, dan berlaku adil dalam setiap keputusan yang diambilnya.
Kebaikan hati adalah inti dari kemanusiaan. Ini melibatkan rasa empati, belas kasih, dan kemurahan hati terhadap orang lain. Mahatma Gandhi pernah berkata, “Kebesaran sebuah bangsa dan kemajuan moralnya dapat dinilai dari bagaimana ia memperlakukan hewan-hewan.” Kebesaran yang dimaksud Gandhi adalah bentuk kebaikan hati yang melampaui batas-batas manusia dan mencakup seluruh makhluk hidup. Ketika seseorang menunjukkan kebaikan hati, ia menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh kedamaian.
Keadilan adalah nilai universal yang sangat dijunjung tinggi dalam berbagai budaya dan agama. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu” (QS. An-Nisa: 135). Ayat ini mengajarkan bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa memandang kedekatan atau hubungan pribadi. Keadilan yang sejati adalah ketika kita mampu berlaku adil bahkan terhadap diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.
Kebaikan hati dan keadilan juga saling berkaitan. Ketika seseorang memiliki kebaikan hati, ia cenderung untuk berlaku adil. Sebaliknya, keadilan yang dijalankan dengan baik selalu didasari oleh kebaikan hati. Nelson Mandela, seorang pejuang hak asasi manusia, pernah berkata, “Untuk menjadi bebas bukan hanya untuk melepaskan rantai seseorang, tetapi untuk hidup dengan cara yang menghormati dan meningkatkan kebebasan orang lain.” Kata-kata ini menggambarkan bahwa kebesaran seseorang terletak pada kemampuannya untuk berlaku adil dan menghormati hak-hak orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi di mana kita harus memilih antara kepentingan pribadi dan keadilan. Ketika kita memilih untuk berlaku adil, meskipun itu berarti mengorbankan kepentingan pribadi, kita menunjukkan kebesaran karakter. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengajarkan bahwa kebesaran iman seseorang tercermin dalam kebaikan hatinya terhadap orang lain dan keadilan dalam tindakannya.
Kebaikan hati juga dapat dilihat dari bagaimana seseorang memperlakukan orang yang kurang beruntung. Dalam Islam, membantu mereka yang membutuhkan adalah salah satu bentuk kebaikan hati yang sangat dianjurkan. Allah SWT berfirman, “Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS. An-Nisa: 36). Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya kebaikan hati dalam memperlakukan orang lain, terutama mereka yang berada dalam kesulitan.
Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh tantangan, kebaikan hati dan keadilan menjadi semakin penting. Albert Einstein pernah berkata, “Dunia adalah tempat yang berbahaya untuk ditinggali, bukan karena orang-orang yang jahat, tetapi karena orang-orang yang tidak melakukan apa-apa tentang itu.” Ini menegaskan bahwa kebesaran seseorang juga diukur dari keberanian untuk bertindak dengan kebaikan hati dan keadilan dalam menghadapi ketidakadilan dan kejahatan.
Keadilan juga harus diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Sebagai kepala keluarga, seseorang harus berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya. Rasulullah SAW bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa keadilan dalam keluarga adalah cerminan dari kebesaran seseorang.
Dalam dunia kerja, kebaikan hati dan keadilan adalah fondasi untuk menciptakan lingkungan yang produktif dan harmonis. Seorang pemimpin yang baik adalah yang mampu memimpin dengan kebaikan hati dan keadilan. John C. Maxwell, seorang penulis terkenal dalam bidang kepemimpinan, pernah berkata, “Pemimpin yang baik tahu jalan, menunjukkan jalan, dan pergi jalan.” Pemimpin yang menunjukkan kebesaran adalah mereka yang mampu memimpin dengan memberi contoh kebaikan hati dan keadilan dalam setiap tindakannya.
Kebaikan hati dan keadilan juga dapat dilihat dalam bagaimana kita memperlakukan lingkungan. Dalam Islam, menjaga alam adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai khalifah di bumi. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya” (QS. Al-A’raf: 56). Kebaikan hati terhadap lingkungan dan keadilan dalam pemanfaatan sumber daya alam adalah bagian dari kebesaran seseorang.
Kebesaran sejati bukanlah tentang pencapaian materi atau kekuasaan, tetapi tentang bagaimana seseorang menjalani hidupnya dengan kebaikan hati dan keadilan. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (QS. Al-Bayyinah: 7). Ayat ini menegaskan bahwa kebesaran seseorang diukur dari keimanannya dan amal salehnya, yang mencakup kebaikan hati dan keadilan.
Kesimpulannya, kebesaran seseorang terukur dari kebaikan hatinya dan keadilan dalam tindakannya. Kebaikan hati melibatkan empati, belas kasih, dan kemurahan hati, sementara keadilan adalah penegakan hak dan kewajiban tanpa diskriminasi. Dalam Islam, kebaikan hati dan keadilan adalah nilai-nilai yang sangat dianjurkan dan menjadi ukuran kebesaran sejati. Dengan meneladani Rasulullah SAW dan memegang teguh ajaran Al-Quran dan hadits, kita dapat mencapai kebesaran sejati dan membawa manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat luas.