Dawuh Gus Iqdam Muhammad : Jangan Biarkan Harta Melupakan Nilai-Nilai Moral

Gus Iqdam Blitar
Sumber : Google

Dawuh Gus Iqdam Muhammad : “Jangan biarkan harta melupakan nilai-nilai moral; kekayaan sejati terletak pada kebaikan batin.”

Harta dan kekayaan sering kali menjadi tujuan utama bagi banyak orang di dunia ini. Namun, penting untuk diingat bahwa kekayaan materi bukanlah segalanya. Nilai-nilai moral dan kebaikan batin adalah harta sejati yang memberikan makna dan kedamaian dalam hidup kita. Dalam Islam, hal ini sangat ditekankan, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak” (QS. Al-Hadid: 20). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia dan segala kekayaannya hanyalah sementara dan tidak boleh membuat kita melupakan nilai-nilai moral.

Rasulullah SAW adalah contoh terbaik tentang bagaimana seharusnya kita menempatkan nilai-nilai moral di atas kekayaan materi. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda, “Kekayaan bukanlah banyaknya harta, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengajarkan bahwa kekayaan sejati terletak pada kebaikan batin, yaitu kepuasan dan ketenangan hati yang diperoleh melalui iman dan akhlak yang baik.

Kekayaan batin adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang. Ini adalah kualitas yang muncul dari dalam diri seseorang, yang mencerminkan integritas, kejujuran, dan kasih sayang. Seorang yang kaya secara batin memiliki rasa syukur, empati, dan kebijaksanaan dalam menjalani hidup. Mahatma Gandhi pernah berkata, “Kekayaan sejati tidak terletak pada kepemilikan benda-benda besar, tetapi pada kebaikan hati dan ketenangan jiwa.” Kata-kata ini menggambarkan bahwa kekayaan sejati adalah sesuatu yang jauh lebih dalam daripada harta materi.

Dalam kehidupan modern, seringkali kita terjebak dalam perlombaan untuk mengumpulkan kekayaan. Banyak yang mengorbankan nilai-nilai moral demi mendapatkan keuntungan materi. Padahal, kekayaan materi yang diperoleh dengan cara yang tidak etis hanya akan membawa kesengsaraan dan kerugian jangka panjang. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah sebagian di antara kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil” (QS. Al-Baqarah: 188). Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menjaga integritas dan tidak menghalalkan segala cara demi mencapai kekayaan.

Baca Juga  Dawuh Mbah Moen tentang Wasilah Menuju Surga

Sejarah juga mengajarkan kita bahwa banyak tokoh besar yang dihormati bukan karena kekayaan materi mereka, tetapi karena kebaikan batin dan nilai-nilai moral yang mereka anut. Nelson Mandela, misalnya, dikenal bukan karena kekayaannya, tetapi karena perjuangannya melawan apartheid dan komitmennya terhadap keadilan dan perdamaian. Mandela pernah berkata, “Apa yang diperhitungkan dalam hidup bukanlah fakta bahwa kita hidup; itu adalah perbedaan yang kita buat dalam kehidupan orang lain yang akan menentukan makna dari kehidupan yang kita jalani.” Kata-kata ini menggarisbawahi bahwa kekayaan sejati adalah dampak positif yang kita buat dalam kehidupan orang lain melalui kebaikan hati dan tindakan moral.

Selain itu, nilai-nilai moral juga memainkan peran penting dalam hubungan sosial kita. Kejujuran, kepercayaan, dan rasa hormat adalah fondasi dari hubungan yang sehat dan harmonis. Ketika kita memprioritaskan kekayaan materi di atas nilai-nilai ini, kita merusak hubungan kita dengan orang lain dan menciptakan lingkungan yang penuh ketidakpercayaan dan konflik. Rasulullah SAW bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh membiarkannya disakiti oleh orang lain” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan baik dengan orang lain dan berlaku adil serta jujur dalam segala hal.

Kekayaan batin juga memberikan kita kekuatan untuk menghadapi tantangan hidup dengan sabar dan tawakal. Ketika kita memiliki kebaikan batin, kita mampu melihat setiap ujian sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah: 6). Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu bersabar dan percaya bahwa setiap kesulitan akan diikuti oleh kemudahan, asalkan kita tetap teguh dalam iman dan kebaikan.

Baca Juga  Dawuh Kiai Abdul Ghofur tentang Kesuksesan Santri

Albert Einstein, salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa, pernah berkata, “Berusahalah untuk tidak menjadi orang yang sukses, tetapi menjadi orang yang bernilai.” Ini berarti bahwa fokus utama kita harus pada pengembangan karakter dan integritas, bukan hanya pada pencapaian materi. Seseorang yang bernilai adalah mereka yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat.

Kekayaan materi juga bersifat sementara dan dapat hilang kapan saja. Namun, kekayaan batin adalah sesuatu yang abadi dan tetap bersama kita bahkan di saat-saat tersulit. Ketika kita mengembangkan kebaikan batin, kita membangun fondasi yang kuat untuk kebahagiaan sejati. Dalam Islam, kebahagiaan sejati tidak diukur dari seberapa banyak harta yang kita miliki, tetapi dari seberapa dekat kita dengan Allah dan seberapa baik kita menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang hidupnya dipermudah dengan kecukupan, maka dia beruntung; dan barang siapa yang dipermudah dengan kekayaan hati, maka dia adalah yang paling kaya” (HR. Muslim).

Kebaikan batin juga membawa dampak positif pada kesehatan mental dan fisik kita. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki sikap positif, rasa syukur, dan kebaikan hati cenderung lebih sehat dan bahagia. Mereka memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan lebih mampu menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya, orang yang terobsesi dengan kekayaan materi sering kali mengalami kecemasan, ketidakpuasan, dan konflik internal.

Kesimpulannya, kekayaan sejati terletak pada kebaikan batin dan nilai-nilai moral yang kita anut. Harta materi hanyalah sementara dan tidak dapat membawa kebahagiaan sejati. Dalam Islam, kebaikan hati dan keadilan adalah pilar utama dalam mencapai kebahagiaan dan kesuksesan yang sejati. Dengan mengikuti ajaran Al-Quran dan hadits, serta mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh dunia yang telah menunjukkan nilai-nilai moral yang tinggi, kita dapat menjalani hidup yang bermakna dan membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Jangan biarkan harta melupakan nilai-nilai moral; kekayaan sejati adalah kebaikan batin yang kita miliki dan bagaimana kita menggunakannya untuk kebaikan bersama.

Tinggalkan Balasan