Dawuh Gus Baha tentang Pentingnya Do’a

Dawuh Gus Baha
Sumber : Dawuh Guru
“Yang paling penting dari doa itu adalah pengakuan bahwa kita lemah dan butuh Allah. Soal hajatmu terkabul atau tidak, itu tidak penting, Allah sudah tau. Kalau sudah begitu, baru berlaku kaidah, “Doa adalah ruhnya ibadah.”
KH. Ahmad Bahauddin Nursalim
Doa merupakan salah satu bentuk ibadah yang paling intim dan personal dalam kehidupan spiritual umat manusia. Dalam doa, kita berbicara langsung kepada Sang Pencipta, mencurahkan segala rasa, harapan, ketakutan, dan kebutuhan. Gus Baha, seorang ulama terkenal di Indonesia, menyampaikan pemikiran yang mendalam tentang hakikat doa. Menurutnya, yang paling penting dari doa adalah pengakuan bahwa kita lemah dan butuh Allah. Soal apakah hajat atau permintaan kita terkabul atau tidak, itu bukanlah yang utama karena Allah sudah mengetahui segala sesuatu yang kita butuhkan. Dengan pemahaman ini, barulah kaidah “Doa adalah ruhnya ibadah” berlaku sepenuhnya.

Doa bukan sekadar serangkaian kata-kata yang diucapkan untuk memenuhi ritual keagamaan. Lebih dari itu, doa adalah wujud kerendahan hati manusia di hadapan Allah. Ketika kita berdoa, kita mengakui bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari diri kita, kekuatan yang mengatur segala sesuatu di alam semesta. Kita mengakui keterbatasan dan kelemahan kita sebagai makhluk yang tidak sempurna, yang selalu memerlukan bimbingan dan pertolongan-Nya.

Dalam setiap doa yang kita panjatkan, ada sebuah pengakuan implisit bahwa kita tidak bisa berjalan sendirian. Kita membutuhkan campur tangan Ilahi dalam setiap aspek kehidupan kita. Hal ini sejalan dengan pemikiran tokoh nasional lainnya, seperti Bung Karno, yang pernah mengatakan, “Kita bukan bangsa yang lemah, tapi kita harus menyadari bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari diri kita, yaitu Tuhan.” Pengakuan ini tidak membuat kita menjadi pasif atau bergantung sepenuhnya pada keajaiban, melainkan memotivasi kita untuk berusaha dengan segenap kemampuan sambil tetap menyerahkan hasil akhir kepada Allah.

Lebih jauh, Gus Baha mengingatkan kita bahwa soal terkabulnya hajat atau tidak, itu bukanlah yang paling penting. Allah sudah mengetahui apa yang terbaik bagi kita, bahkan sebelum kita memintanya. Doa bukanlah alat untuk memaksa kehendak kita kepada Tuhan, tetapi sarana untuk menyelaraskan diri kita dengan kehendak-Nya. Dalam doa, kita belajar untuk menerima apa pun yang Allah berikan kepada kita dengan penuh keikhlasan dan kerelaan. Ini adalah bentuk tertinggi dari tawakal, sebuah keyakinan yang mendalam bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Baca Juga  Dawuh Gus Iqdam Muhammad : Berkawanlah dengan Hati Yang Tulus

Konsep ini juga ditegaskan oleh Haji Agus Salim, salah satu tokoh nasional Indonesia, yang pernah menyatakan, “Berdoalah, tetapi sertakanlah usaha yang keras dan keikhlasan dalam menerima hasilnya.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa doa harus disertai dengan usaha dan penerimaan. Kita tidak hanya mengandalkan doa, tetapi juga bekerja keras untuk mencapai apa yang kita inginkan. Namun, setelah segala usaha kita lakukan, kita harus ikhlas menerima apa pun hasilnya, karena kita percaya bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.

Dalam konteks ini, doa menjadi ruhnya ibadah. Tanpa doa, ibadah kita menjadi hampa dan tidak bermakna. Doa memberikan jiwa dan kehidupan pada setiap tindakan ibadah kita. Ketika kita shalat, berpuasa, atau berzakat, semua itu menjadi bermakna karena kita melakukannya dengan penuh kesadaran akan kelemahan dan kebutuhan kita terhadap Allah. Doa menghubungkan kita secara langsung dengan Allah, memperkuat keimanan dan ketakwaan kita.

Seiring dengan itu, doa juga merupakan wujud syukur kita kepada Allah. Ketika kita berdoa, kita tidak hanya meminta, tetapi juga mengucapkan terima kasih atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita. Ini sesuai dengan pemikiran B.J. Habibie, yang mengatakan, “Syukurilah setiap nikmat yang Allah berikan, karena dengan bersyukur, nikmat itu akan bertambah.” Doa menjadi salah satu cara kita untuk mengungkapkan rasa syukur yang tulus, sehingga kita selalu ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah pemberian dari-Nya.

Dengan demikian, doa bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang merendahkan diri, bersyukur, dan menyerahkan diri kepada Allah. Ini adalah proses spiritual yang mendalam, yang mengajarkan kita tentang pentingnya kerendahan hati, ketekunan, dan keikhlasan. Doa membawa kita lebih dekat kepada Allah, membuat kita lebih menyadari keberadaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita.

Baca Juga  Dawuh Gus Mus tentang Menyemai Persaudaraan

Lebih dari itu, doa juga memiliki dimensi sosial yang penting. Ketika kita berdoa, kita tidak hanya berdoa untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Kita berdoa untuk keluarga, teman, dan masyarakat kita. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya solidaritas dan kebersamaan. Dalam doa, kita mengakui bahwa kita adalah bagian dari komunitas yang lebih besar, yang saling membutuhkan dan saling mendukung. Hal ini sesuai dengan pemikiran Gus Dur, yang mengatakan, “Kita harus selalu mendoakan yang terbaik untuk orang lain, karena dalam doa itu, ada kekuatan yang menghubungkan kita dengan mereka.”

Sebagai kesimpulan, doa adalah esensi dari kehidupan spiritual kita. Dalam doa, kita mengakui kelemahan dan kebutuhan kita terhadap Allah, menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dengan penuh keikhlasan. Doa bukan hanya tentang permintaan, tetapi juga tentang syukur, kerendahan hati, dan solidaritas. Dengan pemahaman ini, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna, selalu merasa dekat dengan Allah, dan selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti kata Gus Baha, “Doa adalah ruhnya ibadah,” doa memberikan jiwa dan kehidupan pada setiap tindakan ibadah kita, membuatnya lebih bermakna dan penuh berkah.