Dawuh Gus Baha’ tentang Peran Santri dalam Politik

Dawuh Gus Baha'
sumber : dawuhguru
“Kalau santri tidak mau bahas dan terjun politik, memangnya Islam mau disalurkan lewat apa? Seribu fatwa haram melacur itu masih kalah dengan satu tanda tangan penutupan lokasinya.”
KH. Ahmad Bahauddin Nursalim
“Kalau santri tidak mau bahas dan terjun politik, memangnya Islam mau disalurkan lewat apa? Seribu fatwa haram melacur itu masih kalah dengan satu tanda tangan penutupan lokasinya.” Kutipan ini menyuarakan keharusan bagi santri dan kaum muslimin untuk aktif dalam dunia politik, guna menerapkan nilai-nilai Islam melalui kebijakan nyata yang berdampak langsung pada masyarakat. Menghindari politik berarti membiarkan kebijakan publik ditentukan tanpa mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam.

Santri adalah kelompok yang telah mendapatkan pendidikan agama yang mendalam. Mereka memahami ajaran-ajaran Islam secara komprehensif dan memiliki potensi besar untuk membawa nilai-nilai tersebut ke dalam ranah publik. Namun, tanpa keterlibatan aktif dalam politik, ilmu dan pemahaman yang mereka miliki mungkin tidak akan pernah diterjemahkan ke dalam tindakan dan kebijakan yang nyata. Politik adalah alat yang memungkinkan pengambilan keputusan pada tingkat yang lebih luas, dan tanpa partisipasi aktif dari kaum muslimin, khususnya santri, nilai-nilai Islam mungkin tidak akan terefleksikan dalam kebijakan publik.

Sejarah mencatat banyak tokoh Islam yang berperan aktif dalam politik untuk memperjuangkan nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan umum. Salah satunya adalah KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Beliau sangat menyadari pentingnya keterlibatan dalam politik untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip Islam bisa diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. KH. Hasyim Asy’ari menekankan bahwa kaum muslimin harus aktif dalam semua aspek kehidupan, termasuk politik, untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Fatwa-fatwa keagamaan, seperti yang disebutkan dalam kutipan, memang penting untuk memberikan panduan moral dan etika kepada umat. Namun, fatwa-fatwa tersebut seringkali tidak memiliki kekuatan eksekusi jika tidak didukung oleh kebijakan dan tindakan nyata dari pemerintah. Misalnya, fatwa haram melacur tentu memiliki nilai moral yang tinggi, namun tanpa kebijakan yang melarang dan menutup tempat-tempat prostitusi, fatwa tersebut mungkin tidak akan efektif dalam mengurangi praktik melacur. Di sinilah peran politik menjadi sangat penting.

Baca Juga  KH. Abdullah Kafabihi Mahrus : Orang yang punya ilmu (santri) maka mereka berpredikat seperti para Nabi.

Dengan terjun ke dunia politik, santri dan kaum muslimin dapat berkontribusi langsung dalam pembuatan kebijakan yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Mereka dapat berjuang untuk menghapuskan ketidakadilan, mempromosikan kesejahteraan sosial, dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengamalan ajaran-ajaran Islam. Melalui keterlibatan politik, santri dapat memastikan bahwa suara kaum muslimin didengar dan kepentingan mereka diperjuangkan dalam arena publik.

Selain itu, keterlibatan santri dalam politik juga penting untuk menghilangkan stigma bahwa Islam adalah agama yang hanya berkutat pada urusan spiritual dan ritual semata. Islam adalah agama yang komprehensif, mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk politik. Dengan menunjukkan bahwa santri mampu berkontribusi dalam politik, mereka membuktikan bahwa Islam relevan dan dapat memberikan solusi bagi permasalahan-permasalahan kontemporer.

KH. Hasyim Asy’ari juga menekankan pentingnya pendidikan politik bagi santri. Beliau percaya bahwa santri harus dibekali dengan pengetahuan tentang sistem politik, tata kelola pemerintahan, dan hak-hak warga negara. Dengan pengetahuan ini, santri akan lebih siap untuk terlibat dalam politik dan membuat perubahan yang positif. Pendidikan politik bagi santri tidak hanya meningkatkan kapasitas mereka untuk terlibat dalam politik, tetapi juga membangun kesadaran kritis tentang pentingnya partisipasi dalam proses demokrasi.

Partisipasi santri dalam politik juga merupakan bentuk jihad dalam konteks modern. Jihad tidak selalu berarti berperang secara fisik, tetapi juga berjuang untuk keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan umat. Dengan terjun ke dunia politik, santri menjalankan jihad dalam bentuk memperjuangkan kebijakan yang adil dan berkeadilan. Mereka berusaha untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik, sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa keterlibatan dalam politik harus dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Politik sering kali diwarnai dengan intrik, korupsi, dan ketidakadilan. Oleh karena itu, santri harus selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam dan menjaga integritas mereka. Mereka harus menjadi teladan dalam hal kejujuran, keadilan, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian, mereka tidak hanya berkontribusi dalam pembuatan kebijakan yang baik, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk terlibat dalam politik dengan cara yang benar.

Baca Juga  Dawuh Gus Iqdam tentang Transformasi Diri

Selain KH. Hasyim Asy’ari, tokoh nasional lain yang sangat menekankan pentingnya keterlibatan kaum muslimin dalam politik adalah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Gus Dur, dengan pandangannya yang progresif dan inklusif, sering kali menekankan bahwa Islam harus hadir dalam setiap aspek kehidupan, termasuk politik. Beliau pernah berkata, “Islam datang bukan untuk menjadi penonton, tapi untuk menjadi pelaku utama dalam pentas sejarah.” Dengan kata lain, Islam dan umatnya harus aktif berperan dalam membentuk sejarah dan peradaban, termasuk melalui keterlibatan dalam politik.

Dalam konteks Indonesia, keterlibatan santri dalam politik juga sangat relevan mengingat posisi strategis mereka dalam masyarakat. Santri adalah bagian dari komunitas yang sangat dihormati dan memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Dengan terjun ke politik, mereka dapat memobilisasi dukungan dan membawa perubahan yang signifikan. Mereka juga dapat menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat, memastikan bahwa kebijakan yang dibuat sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan rakyat.

Pada akhirnya, terjun ke dunia politik adalah sebuah panggilan bagi santri untuk mengaplikasikan ilmu dan nilai-nilai yang telah mereka pelajari dalam kehidupan nyata. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk membuat perbedaan yang nyata dalam masyarakat, untuk memperjuangkan keadilan, dan untuk memastikan bahwa nilai-nilai Islam terefleksikan dalam kebijakan publik. Dengan keterlibatan aktif dalam politik, santri dapat menjalankan peran mereka sebagai pemimpin yang membawa kebaikan dan kemajuan bagi umat dan bangsa.

Sebagai kesimpulan, kutipan “Kalau santri tidak mau bahas dan terjun politik, memangnya Islam mau disalurkan lewat apa? Seribu fatwa haram melacur itu masih kalah dengan satu tanda tangan penutupan lokasinya” mengingatkan kita akan pentingnya peran santri dalam politik. Tanpa keterlibatan mereka, nilai-nilai Islam mungkin tidak akan tercermin dalam kebijakan publik. Dengan berpartisipasi dalam politik, santri tidak hanya berkontribusi dalam pembuatan kebijakan yang adil dan berkeadilan, tetapi juga menjalankan jihad dalam konteks modern, memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.