Dawuh Gus Baha tentang Keyakinan dalam Rezeki Allah

Dawuh Gus Baha
Sumber : dawuhguru
“Kamu itu tidak usah khawatir soal rezeki. Sejak Allah menciptakan langit dan bumi telah memberi makan berbagai macam hewan, dan sampai sekarang rezeki itu belum habis. Apalagi sekedar memberi makan kamu.”
KH. Ahmad Bahauddin Nursalim
Kehidupan manusia selalu dipenuhi dengan kekhawatiran tentang masa depan, terutama dalam hal rezeki. Kekhawatiran ini sering kali membuat kita lupa bahwa Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk-Nya sejak penciptaan langit dan bumi. Pernyataan bahwa “Kamu itu tidak usah khawatir soal rezeki. Sejak Allah menciptakan langit dan bumi telah memberi makan berbagai macam hewan, dan sampai sekarang rezeki itu belum habis. Apalagi sekedar memberi makan kamu,” mengingatkan kita pada betapa luasnya rahmat Allah dan kepastian-Nya dalam menyediakan rezeki untuk setiap makhluk hidup.

Sejak awal penciptaan, Allah telah mengatur rezeki bagi semua makhluk. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya” (QS. Hud: 6). Ayat ini menegaskan bahwa rezeki adalah jaminan Allah bagi setiap makhluk, dari yang terkecil hingga yang terbesar. Jika Allah telah menjamin rezeki bagi setiap hewan di bumi, maka tentu saja manusia, sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia, tidak perlu khawatir tentang rezeki mereka.

Keberlimpahan alam yang kita saksikan setiap hari adalah bukti nyata dari kasih sayang dan rahmat Allah. Hewan-hewan di hutan, burung-burung di udara, dan ikan-ikan di laut, semuanya mendapatkan rezeki mereka tanpa harus bersusah payah seperti manusia yang sering kali diliputi kekhawatiran. Alam bekerja dengan harmoni yang sempurna, di mana setiap makhluk mendapatkan bagian mereka sesuai dengan ketentuan Allah. Ini menunjukkan betapa Maha Pengasih dan Penyayangnya Allah terhadap semua ciptaan-Nya.

Meskipun demikian, manusia sering kali merasa cemas tentang masa depan mereka, terutama mengenai rezeki. Kekhawatiran ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk situasi ekonomi, pekerjaan, dan tekanan hidup modern. Namun, penting untuk diingat bahwa keyakinan pada Allah dan ketetapan-Nya adalah kunci untuk mengatasi kekhawatiran ini. Dengan memahami bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki, kita dapat menemukan ketenangan dan kedamaian dalam hidup.

Baca Juga  Dawuh Mbah Arwani Kudus

KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, pernah mengatakan, “Keyakinan kepada Allah adalah kunci ketenangan hidup. Jika kita percaya bahwa Allah selalu menyediakan yang terbaik untuk kita, maka tidak ada alasan untuk merasa cemas atau khawatir.” Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya iman dan tawakal dalam menjalani kehidupan. Dengan percaya bahwa Allah telah mengatur segala sesuatu, termasuk rezeki kita, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh keyakinan.

Dalam konteks ini, penting juga untuk memahami bahwa usaha adalah bagian dari proses mendapatkan rezeki. Meskipun Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk, manusia tetap diwajibkan untuk berusaha dan bekerja. Usaha ini bukan hanya bentuk ketaatan kepada Allah, tetapi juga cara untuk menunjukkan bahwa kita menghargai anugerah-Nya. Seperti yang dikatakan oleh Bung Hatta, proklamator kemerdekaan Indonesia, “Kerja keras dan kejujuran adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan.” Kerja keras dalam mencari rezeki adalah wujud nyata dari tawakal kepada Allah.

Selain itu, Islam juga mengajarkan pentingnya berbagi rezeki dengan sesama. Dengan berbagi, kita tidak hanya membantu mereka yang membutuhkan, tetapi juga menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Konsep zakat, sedekah, dan infaq dalam Islam adalah bukti nyata bahwa berbagi rezeki adalah bagian penting dari kehidupan seorang Muslim. Ketika kita membantu orang lain, Allah akan mengganti rezeki kita dengan yang lebih baik, seperti yang dijanjikan dalam Al-Qur’an, “Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak” (QS. Al-Baqarah: 245).

Rezeki tidak selalu berupa materi. Kesehatan, keluarga yang harmonis, teman yang baik, dan ketenangan batin juga merupakan bagian dari rezeki yang Allah berikan kepada kita. Dengan menyadari hal ini, kita dapat lebih mensyukuri setiap nikmat yang ada dalam hidup kita. Syukur adalah kunci untuk mendapatkan rezeki yang lebih banyak, seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu” (QS. Ibrahim: 7).

Baca Juga  Dawuh Habib Luthfi tentang Menghormati Guru

Tokoh nasional Indonesia lainnya, Gus Dur, pernah menyatakan, “Kehidupan ini akan lebih bermakna jika kita selalu bersyukur atas apa yang kita miliki dan tidak hanya fokus pada apa yang belum kita dapatkan.” Sikap syukur ini membantu kita untuk melihat hidup dari perspektif yang lebih positif dan menyadari betapa banyaknya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.

Sebagai kesimpulan, keyakinan bahwa Allah telah menjamin rezeki bagi setiap makhluk adalah fondasi penting dalam menjalani kehidupan yang penuh ketenangan dan kepercayaan. Kekhawatiran tentang rezeki adalah hal yang manusiawi, tetapi dengan memperkuat iman dan tawakal kepada Allah, kita dapat mengatasi kekhawatiran ini. Usaha dan kerja keras tetap penting, namun harus disertai dengan keyakinan bahwa Allah adalah Maha Pemberi Rezeki. Berbagi dengan sesama dan selalu bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan akan membuka pintu-pintu rezeki yang lebih luas. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang, penuh keyakinan, dan kebahagiaan.