Kata Pengantar I
Oleh: Abuya KH. Kafabihi Mahrus
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين
والصلاة والسلام على أشرف المرسلين سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين
ومن بطأ به عمله لم يسرع به نسبه
Barang siapa yang amalnya sedikit maka derajatnya pas-pasan, bila amal yang banyak, yang ikhlas yang tinggi, maka orang tersebut akan menjadi orang yang mulia.
Isi buku ini sekilas memang tampak sederhana. Namun kalau kita resapi ternyata dalam. Kehidupan ini intinya beramal sholeh/berbuat baik untuk bekal kehidupan kelak. Sehingga untuk berbuat baik jangan menunggu waktu, karena kita tidak tahu kapan nyawa kita diambil.
Buku ini sebenarnya nasihat untuk anak-anak, akan tetapi setelah ditulis sebagai status di WhatsApp konon ternyata banyak yang ingin menyimpan quotnya. Dan atas kesepakatan admin yang menyusun dan para alumni agar dibuat buku saja. Maka lahirlah buku sederhana ini, Berbuat Baik Tak Perlu Menunggu Waktu.
Semoga tulisan ini bermanfaat sebagai amal jariyah. amin.
11 Juni 2022
Kata Pengantar II
Dunia Membutuhkan Cahaya
Oleh: KH. Husein Muhammad
Manakala saya sedang asyik menulis koreksian atas buku “Hikam Al Hukama”, (Kebijaksanaan para Bijak Bestari), tiba-tiba saya diganggu oleh teriakan: “paket!”. Saya segera keluar dan menerima paket itu. “Dari adik kandungku”, Azzah Noor Laila. Alhamdulillah. Saya segera membukanya dan membacanya: “Berbuat Baik Tak Perlu Menunggu Waktu”, lalu meneruskan membaca secara acak dan “Wouw. Keren abis deh”, begitu teriakan kecil saya sepontan. Lalu ada WA dari penulisnya: “mohon pengantar untuk buku ini”. Tanpa jeda waktu panjang saya menulis ini:
Hari ini dunia manusia seperti tengah kehilangan ruh dan cahaya spiritualitas kemanusiaan. Hari-hari nya dipenuhi oleh bingar perebutan kekuasaan dan kenikmatan-kenikmatan duniawi, melalui segala cara yang mungkin, meski dengan menyingkirkan etika sosial dan kemanusiaan.
Hampir tak ada hari tanpa nuansa-nuansa ekspresi marah, iri hati, permusuhan, hasud, kesombongan, perendahan martabat manusia, egois, arogan dan sejenisnya.
Dari fenomena ini mungkin relevan jika saya mengutip pernyataan Maulana Rumi, sang sufi penyair legendaris ketika menggambarkan dunia seperti ini. Ia mengatakan dengan indah:
هذا العالم غارق في الآلام والمآسي من رأسه إلى قدميه
وﻻ أمل له في الشفاء إﻻ بيد الحب.
“Dunia tenggelam dalam lara dan penuh luka dari ubun-ubun hingga telapak kaki. Tak ada harapan untuk sembuh, kecuali dengan sentuhan tangan cinta”.
Hal paling menyedihkan dari situasi dunia seperti itu adalah agama dijadikan alat untuk kepentingan duniawi mereka tersebut.
Tentang fenomena ini Ibnu Rusyd, filsuf muslim terkemuka sekaligus ahli hukum Islam besar mengatakan:
التجارة بالأديان هي التجارة الرائجة في المجتمعات التي ينتشر فيها الجهل
Berjualan/berdagang yang paling menguntungkan adalah jualan/dagang agama pada masyarakat yang di dalamnya kebodohan menyebar.
Mengapa itu terjadi?. Aku ingin menjawab : “Dunia hari ini tengah sepi para ulama sejati yang hidupnya diabdikan sepenuhnya untuk manusia dan bekerja bagi kebahagiaan mereka serta kehilangan para hukama (Bijak Bestari ) yang selalu hadir membawa lilin guna menerangi pikiran dan hati umat manusia.
Ya. Zaman telah sunyi senyap dan kehilangan ilmuwan sejati dan para bijakbestari (al-Ulama al-Hukama). Umat manusia diliputi ketidakmengertian atau “Al Jahalah’. Dalam teks Islam awal kata ini atau populer disebut “Jahiliyah” menunjukkan agresi, arogansi, chauvinisme (fanatisme buta) dan kecenderungan kronis pada kekerasan, kasar dan pendendam.
Begitulah dugaan-dugaan saya.
Nah. Buku karya perempuan ulama ini sungguh sangat menarik hati. Ia seperti ingin menuangkan kegalauan hatinya yang panjang sesudah membaca realitas di hadapannya yang mencemaskan. Melalui buku ia berusaha menawarkan dan memberikan jalan yang diharapkan bisa menyelamatkan situasi realitas sosial tersebut. Di dalamnya terhimpun kata-kata bijak atau hikmah sebagaimana yang banyak ditemukan dalam kitab-kitab karya para ulama dan Hukama.
Ibnu Manzhur, penyusun kamus terkenal: “Lisan al-‘Arab”, mendefinisikan Hikmah sebagai “Ma’rifah Afdhal al-Asy-ya bi Afdhal al-‘Ulum” (mengenali hal-hal paling utama dengan pengetahuan paling utama).
Dalam bahasa Indonesia ia sering disebut “kebijaksanaan”. Orang yang memiliki kebijaksanaan disebut “al-Hakim” (orang yang bijaksana). Dalam dunia Islam, kata al-Hakim, digunakan untuk menyebut sang sufi. Di dunia Barat ia diidentikkan dengan kata Filsuf.
Kehadiran buku semacam ini sungguh sangat ditunggu-tunggu masyarakat yang tengah dihimpit aneka galau, luka dan lelah.
Imam Ali bin Thalib, sang pintu ilmu pengetahuan dan spiritual, mengatakan:
روحوا القلوب واطلبوا لها طرف الحكمة فإنها تمل كما تمل الأبدان
“Istirahkan hatimu, dan carilah keindahan-keindahan dalam kata-kata bijak bestari. Hati seperti tubuh sering bosan dan lelah”.
Akhirnya saya ingin menyampaikan selamat kepada penulis atas terbitnya buku ini. Seraya berharap agar bisa terus membagi pengetahuan sufistik ini kepada masyarakat bukan hanya dalam komunitas pesantren tetapi juga di luar pesantren. Mabruk.
Husein Muhammad
Cirebon. 28 Maret 2022
Kata Sambutan
Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad (ASM).
“Buku yang anda baca ini adalah goresan tangan seorang Ibu Nyai yang telah banyak menyelami asam garam kehidupan. Disela sela kesibukannya mengajar Al Qur’an dan mendidik para santri, ibu Nyai ini sering mendapatkan satu inspirasi tentang kehidupan yang muncul dalam benaknya begitu saja. Kesan itu begitu mendalam dan bermakna yang sayang jika tidak cepat di tulis. Pengalaman seperti inilah yang melatar belakangi imam Abul faraj Abdurrahman Ibn al Jauzi (:508- 597 H) penulis kitab Shaidul Khathir yang fenomenal itu. Munculnya inspirasi yang sarat makna ibarat binatang buruan yang harus cepat di tangkap. Jika tidak, maka binatang itu akanlenyap dan akan sulit di cari kembali. Begitu juga dengan sebuah inspirasi. Buku Tetesan Embun ini memang enak dibaca, penuh hikmah dan perlu dimiliki oleh para santri, kaula muda dan mereka yang menginginkan penyegar kehidupan bagaikan tetesan di pagi hari. Selamat kepada Azzah Noor Laila yang telah menuangkan Khawathirnya yang begitu mengesankan.”
PP Dar Al Qur’an Kebon Baru
20 Maret 2022