Allahumma farrihna fiddiini waddunya wal akhirah.
Doa ini adalah salah satu dari serangkaian doa-doa pendek yang selalu saya panjatkan, karena interpretasi dan makna yang ada di dalamnya sangat luas. Yang saya inginkan adalah agar semua orang, baik orang-orang terdekat saya, maupun yang jauh sekalipun, semoga mereka mampu beragama dengan berbahagia. Sangat menyedihkan bila kita tahu, bahwasanya kemaksiatan semakin meluas dan banyak diminati, para pelaku maksiat melakukannya dengan senang hati, serta menawarkan kesenangan bagi orang lain.
Mengapa kita kalah dengan orang-orang yang mau bermaksiat dengan sukarela? Sementara mereka melakukannya dengan senang hati, dan kita malah merasa berat dalam beragama? Hal ini selalu terpikirkan dalam diri saya, senantiasa menjadi refleksi dalam kehidupan diri saya sendiri. Seringkali muncul kata-kata di media sosial yang sedikit menyenggol saya. Taatlah meskipun terpaksa, lebih baik dipaksa masuk surga, daripada sukarela masuk neraka.
Betapa ruginya kita bila harus berbahagia dengan melakukan kemaksiatan terlebih dahulu, sementara banyak hal yang dihalalkan oleh Allah, dan sejatinya mampu membawa kebahagiaan bagi kita. Dari ngaji Gus Baha saya termotivasi akan hal ini, membuat saya selalu berpegang dalam prinsip untuk beragama dengan berbahagia, dan berbahagia dengan adanya agama. Dengan keyakinan ini, kita akan terhindar dari segala bentuk kufur nikmat, dan insyaallah akan menjauhkan kita dari perkara-perkara yang munkar, yang membawa kebahagiaan semu perusak diri kita.
Dalam mengajar pun juga selalu saya terapkan prinsip ini, saya selalu berpikir, bagaimana cara agar rekan-rekan majelis saya bisa tetap nyaman mengikuti pengajian saya, serta cara agar tetap santai meskipun sedang mengaji dengan serius. Juga memperlakukan mereka dengan sikap yang tenang serta diselingi canda tawa. Saya tahu betul bahwa anak-anak muda saat ini tidak akan nyaman dengan pengajian yang kaku dan terlalu sepaneng. Mereka membutuhkan sosok figur yang mampu mengajarkan agama dengan rileks, tenang dan santai.
Kepada teman-teman pembaca dimanapun berada, penulis ingin meneruskan pesan hikmah ini, agar senantiasa berbahagia dalam beragama, dan beragamalah dengan berbahagia.