Oleh: Muhammad Aqib Kh
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
Pada zaman Nabi Saw, umat muslim adalah satu. Mereka tidak berselisih di dalam aqidah dan amalan-amalan yang dapat memecahbelahkan mereka, menyebabkan perang, dan fanatik buta terhadap golongan sendiri.
Setelah Rasulullah Saw wafat, Sayyiduna Abu Bakar Ra diangkat sebagai khalifaturrasul (pengganti kepemimpinan Nabi Saw). Di zaman Sayyiduna Abu Bakar, umat Islam masih sama dalam hal aqidah dan keyakinan.
Saat Umar bin Khottob menggantikan posisi Abu Bakar Ra, sinyalir perselisihan aqidah mulai muncul, tapi hanya segelintir saja, sehingga tidak begitu mempengaruhi umat muslim saat itu. Selama 10 tahun (13-23 H) masa kekhalifahan Umar bin Khottob berjalan sejajar dalam segi aqidah.
Estafet kepemimpinan Umar bin Khottob digantikan oleh Ustman bin Affan. Saat itu, perpecahan umat sudah benar jelas adanya, sampai ada sebuah insiden; seorang ulama’ besar yang membawa mushaf disembelih oleh tiga orang di salah satu rumah. Insiden itu menjadi awal perpecahan umat muslim dalam aqidah.
Saat sesudah Ustman bin Affan wafat, Ali bin Abi Tholib dibai’at menjadi khalifah Rasulullah Saw. Namun, secara garis besar, tidak semua umat muslim setuju dengan keputusan Ali bin Abi Tholib sebagai khalifah. Sebagian mereka mengotot agar Mua’wiyah bin Abi Sufyan yang diangkat sebagai pengganti Ustman bin Affan.
Mereka, para shahabat dan thabi’in yang menantang kepemimpinan Ali bin Abi Tholib secara terang-terangan dan memperanginya, kemudian dinamakan dengan kaum khawarij, (yang secara etimologi diartikan sebagai kaum yang keluar; mengingkari kekhalifahan Ali bin Abi Tholib) dan masik eksis hingga sekarang.
Adapaun mereka yang terlalu menjungjung dan mengagung-agungkan Ali bin Abi Tholib hingga melebihi batas disebut dengan kaum Syi’ah, (secara bahasa diartikan dengan berpihak) dan masih eksis hingga sekarang.
Dari kedua golongan tadi, muncullah cabang-cabang, aliran-aliran baru, yang kemudian menyebabkan aqidah umat muslim berpecahbelah. Sehingga, pada saat imam Abul Hasan al-Asy’ari, dikumpulkan dan dijadikan sebuah madzhab aqidah.
Golongan Khawarij menjadi 8 golongan, yaitu:
- Mukhakkimah aula
Mereka adalah golongan yang keluar dari kepemimpinan Ali bin Abi Tholib, dan berkumpul di sebuah desa yang berada di daerah Kuffah, bernama Harwa’, lalu mengangkat Abdullah bin Wahab ar-Rasyi menjadi khalifah. Mereka tidak hanya benci terhadap Ali bin Abi Tholib, tapi juga yang membunuh Ustman bin Affan, ashabul jamal, dan ashabussiffin (penghuni shof masjid Nabawi).
- Izariqoh
Mereka adalah penganut Abi Rasyid Nafi’ bin Azriq yang wafat pada tahun 60 Hijriyah. Golongan Izariqoh ini, adalah golongan khawarij yang penganut dan perserikatannya paling banyak. Mereka adalah golongan yang paling sering menjatuhkan vonis kafir terhadap siapapun. Salah satu pedoman mereka adalah: Barang siapa yang melakukan dosa besar, maka ia telah kafir.
- An-Najdah al-Adariyyah
Mereka adalah penganut Najdah bin Amir al-Hanafy, yang terbunuh pada tahun 69 Hijriyah. Salah satu omongan yang diucapkan oleh Najdah adalah: “Barang siapa melihat perkara haram sebentar, atau berbohong sedikit, maka dia adalah kafir.
- Al-Bayhasiyyah
Mereka adalah penganut Abi Bays al-Haishom bin Jabir. Golongan Bayhasiyyah meyakini bahwa ilmu, iqror (pengakuan), dan amal adalah bagian dari iman.
- Al-Ijarodah
Mereka adalah penganut Abdul Karim bin Ijrod. Dalam Sebagian (Riwayat) cerita, golongan al-Ijarodah ini mengingkari surat Yusuf sebagai salah satu surat di dalam al-Qur’an.
- Ats-sa’alibah
Mereka adalah penganut Tsa’labah bin Amir. Dia satu pemahaman dengan Abdul Karim bin Ajrid dalam segi pengingkaran terhadap hukum anak.
- Al-Ibadiyyah
Mereka adalah penganut Abdullah bin Ibad, seorang yang keluar dari kepemimpinan Marwan bin Muhammad, pemimpin terakhir Bani Umayyah.
- As-Shofriyyah Az-Ziyadiyyah
Mereka adalah penganut Ziyad bin Ashfar. Mereka berpendapat, bahwa semua amal itu tidak ada batas tertentu.
Itulah sekelumit tentang perpecahan aqidah pada zaman shohabat, untuk yang Syi’ah insyaallah akan dibahas pada artikel selanjutnya. Semoga Allah Swt senantiasa memberikan kita pertolongan untuk tetap menapaki jalan para auliya’ sholihin, dan memantapkan hati kita untuk berkeyakinan sebagaimana keyakinan para ahlil yakin.
Wallahu a’lam..
Bersambung…