Oleh: Aqib Muhammad Kh
Dalam surat Al-Baqarah ayat 155, Allah SWT berfirman: ولنبلونكم بشيء من الخوف والجوع، ونقص من الأموال والأنفس والثمرات، وبشر الصابرين. (Dan sungguh, pastilah Aku akan memberikan cobaan kepada kalian dengan ketakutan, kelaparan, berkurangnya harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Dan berilah kabar bahagia kepada orang-orang yang sabar). Sudahlah jelas, bagi manusia tidak akan luput dan terlepas dari cobaan-cobaan hidup. Kuncinya hanya satu, yaitu sabar. Artinya ridho, ikhlas dengan takdir Allah SWT; semua dikembalikan kepada Allah SWT semata.
Maka dari itu ayat itu diteruskan: الذين اذا أصابتهم مصيبة، قالو انا لله وانا اليه راجعون. (Yaitu mereka yang ketika tertimpa musibah mengatakan: “Sungguh, kita adalah milik Allah, dan kepada-Nyalah kita kembali.”) Namun pada realitasnya, sulit bagi seseorang untuk mengimplementasikan ayat tersebut. Majemuk dari kita tiada kuat ketika musibah, cobaan, dan ujian datang bertubi-tubi—dirasa oleh kita— seakan tanpa celah, sehingga ujung-ujungnya kita tidak ridho, lalu menyalah-nyalahkan Allah SWT.
Yang banyak dari ujian yang dapat membuat seorang menyerah adalah masalah ekonomi, khususnya finansial. Betapa kita sangat murung dan ndrundung ketika tidak punya uang. Mau beli apa-apa susah. Mau beli, katakan beras saja, susahnya amit-amit dan minta ampun. Kemudian seseorang menghilangkan sifat Rahman dan Rahim Allah SWT. Mudah saya berkata seperti ini, tapi percayalah, saya juga termasuk dari orang tersebut. Saya juga masih ngoyo dan memaksa diri saya juga untuk berusaha ridho terhadap takdir Allah Swt.
Dalam sebuah hadist qudsi, Allah berfirman: من لم يرضي بقضائ ولم يصبر على بلائ فليلتمس ربا سواي (Barangsiapa yang tidak rdho terhadap ketetapanku dan tidak sabar atas ujian-ujianku —yang diberikan Allah SWT kepada seorang hamba—maka carilah tuhan selain-Ku). Wal ‘iyadu billah (kita memohon perlindungan kepada Allah SWT dari hal tersebut) Semoga kita semua ditakdirkan oleh Allah SWT menjadi orang-orang yang ridho terhadap takdirnya.
Namun meskipun demikian, kita masih bisa berdoa kepada Allah SWT agar diberikan rezeki yang barakah dan halalan tayyiba. Amin. Maulana Jalaluddin Rumi berkata: “Maha Suci Allah SWT yang telah menjadikan kekuatan doa di atas segalanya.”
Ijazah Abah Guru Zuhdi An-Noer
Bersamaan dengan itu, KH. Zuhdi Annur, salah seorang ulama’ kharismatik asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dalam salah satu kesempatan memberikan ijazah untuk para jamaah beliau. Ijazahnya adalah sebagai berikut:
لا حول ولا قوة الا بالله العلي العظيم
Bagi yang ingin mengamalkan, bacalah kalimat itu sebanyak 100 × sehari. Abah Guru Zuhdi An-Noer mengatakan: “Barangsiapa yang membaca kalimat itu sebanyak 100 kali selama satu hari, insya Allah, Allah SWT akan menjamin rezeki untuknya, sampai anak-anaknya, sampai cucu-cucunya.”
Bagi orang Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin, mungkin sudah kenal dengan Abah Guru Zuhdi An-Noer. Beliau adalah seorang ulama’ yang dikenal lembut tutur katanya, ramah adab dan tingkah lakunya. Majelisnya sangat digemari oleh masyarakat Banjarmasin dan banyak kaum muslimin. Baru kemarin, tanggal 9 Ramadhan, haul beliau diselenggarakan di kubah makam beliau.
Haul tersebut dihadiri oleh ribuan umat muslim dari seluruh pelosok negeri. Beliau adalah putra dari Kiai Muhammad, seorang ulama’ kharismatik pada zamannya. Dari kecil, beliau telah belajar banyak ilmu agama pada guru-guru yang kompeten dalam bidangnya masing-masing.
Salah satu guru beliau adalah KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghoni, atau yang kerap disapa Abah Guru Sekumpul. Akhlak beliau sangat mirip dengan gurunya. Beliau sering menceritakan kekeramatan dan keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada gurunya, Abah Guru Sekumpul.