Oleh : Aqib Muhammad Kh
Sudah barang tentu, setiap orang pasti dibuat gusar dan resah oleh banyaknya hutang. Hutang tak hanya membuat pikiran kita tak tenang, tapi juga terbayang-bayang kita belum bisa melunasinya hingga ajal menjemput.
Dan bagi para jomblo-jomblo, perawan tua, atau bujang lapuk, yang belum juga dipertemukan jodohnya oleh Allah Swt. bisa mengamalkan wirid ini. Ada gadis yang cantik dan mempesona, tapi sudah tua, tak juga ada laki-laki yang mau meminangnya.
Tak usah dibawa dan dikonsultasikan ke dukun. Coba amalkan wirid ini terlebih dahulu. Kata Nabi Muhammad Saw: “الدعاء سلاح المؤمن Doa adalah senjata orang mukmin. Wirid ini diijazahkan oleh Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur dalam salah satu ceramah beliau.
“Kalau punya hutang yang banyak, punya anak laki-laki atau perempuan, jangan dibawa ke dukun dulu. Tapi baca Allah sebanyak-banyaknya. Setiap 66×, berdoalah sesuai hajat,” tutur beliau.
Nah, kapan waktu kita mengamalkan wirid itu? KH. Abdul Ghofur melanjutkan dawuh:
“Doa yang paling mujarab itu waktu di antara adzan dan iqomat, dan tengah malam. “الدعاء بين الأذان والإقامة لايرد”(Doa di antara azan dan iqomat itu tidak akan ditolak). Nah kalau berdoa pakai bahasa Jawa saja (atau sebisanya). Misalnya: “Ya Allah, paringi kulo rezeki damel nyaur utang. Ya Allah, njenengan enggalakan jodoh kulo.” (Ya Allah, berilah aku rezeki untuk melunasi hutang. Ya Allah, semoga jodohku cepat ketemu.)”
Kenapa kita berdoanya di setiap selesai membaca 66× bacaan “Allah”?
Ujar KH. Abdul Ghofur: “Lafadz Allah itu, kalau di abajadun (istilahnya kalau di Arab), kalau di Jawa honcoroko jumlahnya ada 66.
- ا=١
- ل=٣٠
- ل=٣٠
- ٥=٥
Jadi pas, semuanya ada 66.”
Maka dari itu, setiap 66 kali kita mewiridkan “Allah”, kita berdoa sesuai hajat kita. Itulah amalan dari Prof Dr. KH. Abdul Ghofur.
- Abdul Ghofur dikenal sebagai seorang kyai yang alim dan sakti mandraguna. Beliau merupakan seorang kyai yang sangat sederhana dan zuhud. Banyak orang-orang yang datang untuk meminta ijazah wirid, hizb, lakon puasa, dan amalan-amalan lain.
Beliau mengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajad, Paciran, Lamongan. GASPI (Gabungan Pencak Silat Pemuda Indonesia) adalah salah satu cabang pencak silat yang disusun oleh beliau.
Setiap Jumat, beliau menggelar ngaji bersama seluruh santri di masjid Jela’. Masjid Jela’ adalah masjid yang megah dan mewah, dibangun dengan gaya bangunan yang menarik. Di belakang masjid Jela’ ada makam Mbah Mayang Madu dan para sesepuh-sesepuh desa.
Al-Faqir sendiri sangat mengidolakan beliau. Di samping kealimannya yang sangat mumpuni, beliau termasuk kyai yang kaya raya. Berkat beliau, bis-bis, mobil truck, rumah makan-rumah makan, yang bertuliskan “Sunan Drajad” tersebar di seluruh Nusantara dan mancanegara.
Kata orang yang bekerja di Malaysia, seperti yang al-Faqir dengar, banyak sekali bis-bis dan rumah makan-rumah makan “Sunan Drajad” di sana. Sehingga, mereka bisa mengingat nama Sunan Drajad ketika melihat itu. Sekarang, Pondok Pesantren Sunan Drajad sudah tersebar di Indonesia.
Semoga Allah Swt. senantiasa memanjangkan umur beliau dalam keadaan sehat wal afiyat, sehingga beliau selalu membimbing umat, seiring banyaknya kabar ulama’-ulama’ yang wafat. Amin.
Itulah sekelumit ijazah dari Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur yang bisa saya sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Allah Swt. memberikan sepercik asrar(rahasia-rahasia) yang diberikan olehNya kepada para wali-wali-Nya. Amin.
اللهم انشر نفحات الرضوان عليه، وامدنا بالاسرار التي، اودعتها لديه.
Minta rela, minta ridho. Maaf atas segala khilaf.
*Aqib Muhammad Kh, menulis cerpen, puisi, dan opini. Lulusan Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Suci, Manyar, Gresik. Sekarang berdomisili di Yogyakarta, menimba ilmu di Pesantren Kreatif Baitul Kilmah, di bawah asuhan Dr. KH. Aguk Irawan Mn.