Amalan Mendapatkan Kasyaf (hissi maupun maknawi) dari Abah Guru Sekumpul

Oleh: Aqib Muhammad Kh

Imam Yusuf bin Ismail an-Nabhani, pengarang kitab Syamail al-Muhammadiyyah, mengatakan, bahwa kasyaf bisa diakses oleh semua orang yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah Swt. (Jami’ Karomatil al-Auliya’)

Secara etimologi, kasyaf adalah terbuka. Kasyaf ada dua macam: kasyaf hissi dan kasyaf maknawi. Kasyaf hissi adalah terbukanya pandangan melalui mata, artinya, mata mampu melihat hal-hal yang lazimnya tidak dapat dilihat mata. Sedang kasyaf maknawi adalah terbukanya tabir (penghalang) hati untuk melihat hal-hal di luar inderawi, seperti melihat maqom orang lain, dan lain-lain.

Di dalam kitab Jami’ Karamatil al-Auliya, yang memuat 695 cerita para wali itu, rata-rata telah mencapai maqom mukasyafah, baik kasyaf hissi maupun maknawi. Bentuk kekasyafan seorang wali berbeda-beda, tergantung objektif kehidupan masing-masing wali.

Di dalam al-Qur’an, ada sebuah isyarat yang memungkinkan sesorang untuk mencapai maqom mukasyafah, di antaranya surat al-Qof, ayat 37, yang berbunyi: “Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau orang-orang yang menggunakan pendengaran, sedang dia menyaksikannya.”

Ayat di atas, ditegaskan oleh ayat 69 surat al-Ankabut. Allah Swt. berfirman: “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) kami, maka benar-benar akan kami tunjukkan mereka kepada jalan-jalan kami (Allah Swt.). Sesungguhnya Allah Swt beserta orang-orang yang sabar.”

Di dalam hadist, Rasulullah Saw bersabda: “Seandainya hati kalian tidaj diselimuti keraguan dan tidak mengajak kalian untuk banyak bicara, niscaya kalian akan mendengar apa yang sedang aku dengar.”

Di nukil dari kitab Ihya’ Ulumuddin, karya Imam al-Ghozali, Rasulullah Saw. bersabda: “Seandainya bukan karena setan yang memenuhi hati anak Adam, niscaya mereka akan menyaksikan para malaikat yang sedang memenuhi jagat raya.”

Baca Juga  Ijazah Hajat Terkabul Cepat dari Al-Habib Abdurrahman Bilfaqih Malang

Dari semua yang telah dijelaskan di atas, bisa difahami bahwa sebab dari tidak kasyafnya manusia adalah hati yang masih diselimuti setan dan hawa nafsu. Maka dari itu, marilah kita membersihkan hati dari perkara-perkara yang dapat merusak hati kita. Karena jika hati manusia telah rusak, maka rusaklah semuanya, sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda: “Ingatlah, di dalam diri manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah semuanya. Jika jelek, maka jeleklah semuanya. Segumpal daging itu adalah hati.” (Hadist riwayat Muslim).

Al-Alim al-Allamah Syeikh Zaini bin Abdul Ghoni, atau yang akrab disapa Guru Sekumpul, dalam suatu majelis pernah memberikan ijazah kepada para jama’ah yang hadir. Beliau mengijazahkan kepada para jama’ah agar membaca kalimat: اهدنا الصراط المستقيم ٧×  ketika sujud terakhir setiap sholat, baik sholat fardhu maupun sunnah.

Ujar Guru Sekumpul: “Barang siapa yang mengamalkan ini, insya Allah diberi kasyaf oleh Allah Swt, baik kasyaf hissi maupun maknawi.” Jadi اهدنا الصراط المستقيم  dibaca tujuh kali setiap sujud terakhir waktu sholat fardhu maupun sunnah.

Semoga kita semua dijadikan oleh Allah Swt. termasuk dalam golongan orang-orang yang mencintai para auliya’ Allah, kekasih-kekasih Allah Swt.

Ujar Guru Sekumpul: “Jika tidak bisa menjadi wali, maka cintailah para wali. Insya Allah, akan diberi Allah Swt kemuliaan. Sabda Nabi Muhammad Saw: “المرء مع من احب “ (“Seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya.”)

Semoga kita semua dikumpulkan bersama Nabi, wali-wali Allah, orang-orang sholih, dan semua kekasih-kekasih kita, dalam surga. Amin.

Minta rela, minta ridho. Maaf atas segala khilaf.

Tinggalkan Balasan