Oleh: Dhonni Dwi Prasetyo
(Alumnus Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Guyangan, Trangkil, Pati, Jawa Tengah)
Al-Qur’an merupakan kitab suci bagi umat Islam dan menjadi penyempurna yerhadap kitab-kitab suci terdahulu. Allah SWT telah menurunkan wahyu yang mulia ini kepada Baginda Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril AS sebagai pedoman dan petunjuk hidup yang baik dan benar kepada seluruh umat Manusia. Saat flashback mengingat historis umat manusia pada masa lalu -khususnya Bangsa Arab pada masa jahiliyyah; awal era kenabian Nabi Muhammad SAW-, kita akan menemukan fakta bahwa kehadiran Al-Qur’an merupakan sebuah keniscayaan yang teramat penting. Kehadiran Al-Qur’an mampu mematahkan kesombongan para penyair pada masa Arab Jahiliyyah yang terkenal gemar “unjuk gigi” beradu syair terbaik antara satu sama lain.
Al-Qur’an dengan gaya bahasanya yang memuat kandungan nilai sastra dan retorika tingkat tinggi hadir sebagai mukjizat terbesar dan agung bagi Nabi Muhammad SAW. Pada mulanya, masyarakat Arab Jahiliyyah mengira bahwa Al-Qur’an merupakan karangan syair biasa dari Nabi Muhammad SAW. Namun, hal itu tidak benar dan terbantah oleh firman Allah SWT yang menyatakan bahwa Al-Qur’an ini benar-benar suci dan murni kalam-Nya dan Dia sendirilah yang akan menjaga kemurniannya (QS. Al-Hijr:9) sekaligus menantang semua makhluk-Nya untuk membuat padanan seperti Al-Qur’an yang pastinya tidak akan satu pun yang mampu melakukannya, meskipun seluruh makhluk-Nya (khususnya jin dan manusia) bersatu padu dalam membuatnya (QS. Al-Isra:88). Hal ini membuat para penyair atau pujangga Arab Jahiliyyah pada masa itu luntur kesombongannya, dan banyak dari mereka menjadi beriman dan memeluk agama Islam.
Al-Qur’an memang benar-benar mukjizat yang luar biasa dan istimewa, serta menjadi satu-satunya mukjizat nabi yang masih dapat dirasakan nikmatnya hingga kini, dan bahkan akhir zaman nanti. Siapa pun yang bersama Al-Qur’an pasti akan mulia. Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang diberikan wahyu berupa Al-Qur’an yang mulia ini, dan beliau menjadi Nabi yang paling mulia; menjadi sayyid al-mursalin. Malaikat Jibril AS yang menjadi agen perantara turunnya Al-Qur’an menjadi malaikat yang paling agung. Umat Nabi Muhammad SAW yang mendapatkan risalah adhimah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW tersebut menjadi khoiro ummatin. Maka, seseorang yang mau mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya pasti akan menjadi insan terbaik, sebagaimana sabda Nabi:
خيركم من تعلّم القرأن وعلّمه
Artinya: “sebaik-baik kalian adalah seseorang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”
Di samping itu, keauntetikan Al-Qur’an ini telah dijamin Allah SWT hingga akhir zaman nanti, sehingga kita tidak perlu khawatir akan kebenaran yang termuat dalam Kalamullah ini. Namun, bagaimana cara Allah SWT menjaga Al-Qur’an tetap autentik hingga akhir zaman nanti, padahal zaman dan umat manusia selalu berkembang secara dinamis? Salah satu cara Allah SWT menjaga Kalam-Nya melalui pada huffadh al-Qur’an (penghafal Al-Qur’an). Dan untuk merealisasikan hal ini, Allah SWT berjanji dalam firman-Nya bahwa Al-Qur’an ini mudah dibaca, dihafal dan dipelajari. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدۡ يَسَّرۡنَا الۡقُرۡاٰنَ لِلذِّكۡرِ فَهَلۡ مِنۡ مُّدَّكِرٍ
Artinya: “Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?“ (OS. Al-Qamar:17).
Dalam Kitab Tafsir ibn Katsir, disebutkan bahwa maksud kandungan ayat tersebut ialah Al-Qur’an itu telah dijanjikan oleh Allah SWT untuk mudah dibaca & dihafalkan lafadz-nya, serta mudah untuk dipahami atau dipelajari makna dan isi kandungannya. Akan tetapi, realita yang ada sekarang ini menunjukkan bahwa tidak semua umat Islam hafal Al-Qur’an, padahal Allah SWT telah berjanji bahwa Al-Qur’an ini mudah untuk dibaca, dihafal, dan dipelajari. Lantas, apakah janji Allah SWT dalam Al-Qur’an itu tidak benar? Tentu saja tidak. Janji Allah SWT dalam Al-Qur’an yang ter-maktub dalam Al-Qur’an tidak ada yang keliru. Meragukan pun tak ada. Semuanya benar. Sebagaimana firman Allah SWT:
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
Artinya: “Kitab (Al Quran) ini tiada satu keraguan pun di dalamnya; menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”(QS. Al-Baqarah:2)
Dari ayat di atas, kita tahu bahwa Al-Qur’an –yang di dalamnya termuat ketetapan-ketetapan Allah SWT- ini adalah kebenaran yang valid dan tidak perlu diragukan lagi. Nah, jika realita yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa tidak semua umat Islam hafal Al-Qur’an, padahal Allah SWT telah berjanji bahwa Al-Qur’an ini mudah untuk dibaca, dihafal, dan dipelajari, maka yang perlu dipertanyakan bukanlah janji Allah SWT dalam Al-Qur’an ini valid dan senantiasa relevan dengan dinamika zaman ataukah tidak, melainkan umat Islam itu sendiri mau dan sungguh-sungguh atau tidak dalam kebenaran membaca, menghafal, dan mempelajari Al-Qur’an yang pada hakikatnya aktivitas-aktivitas positif tersebut telah dijanjikan mudah dilakukan oleh Allah SWT?
Memang benar Allah SWT telah menjanjikan kemudahan dalam hal ini. Akan tetapi, janji tersebut diperuntukkan bagi para muddakkir yang dijelaskan dalam Kitab Tafsir ibn Katsir sebagai orang-orang yang mau mengambil pelajaran; mau serius dan bersungguh-sungguh dalam membaca, mengahafalkan, dan mempelajari Al-Qur’an. Kalau tidak mau bersungguh-sungguh dan serius, ya pasti seseorang yang demikian ini tidak akan mampu untuk mendapatkan apa yang dapat di-istifadah dan di-ifadah-kan dari Al-Qur’an, meskipun telah dijanjikan mudah oleh Allah SWT. Persoalan inilah yang sebenarnya menjadikan tidak semua umat Islam hafal Al-Qur’an, melainkan sebagian saja. Oleh karena itu, diperlukan pembenahan dan pembaharuan mindset berpikir dari umat Islam, agar umat Islam ini dapat benar-benar menjadi khoiro ummatin (ummat terbaik) sepanjang zaman. Dan untuk dapat mewujudkan hal ini, maka umat Islam harus berpegah teguh pada pedoman hidup yang telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW bernama Al-Qur’an ini.
Berpegang teguh kepada Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dapat dilakukan oleh umat Islam dengan cara senantiasa taqarrub ila Allah (mendekatkan diri kepada Allah SWT) melalui Al-Qur’an dengan cara istiqomah (konsisten) dalam membaca, menghafal, dan mempelajari Al-Qur’an hingga mampu mengamalkan isi kandungannya. Hal ini seyogyanya dilakukan secara bertahap dan terus menerus secara maksimal oleh umat Islam, agar fungsi Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi mereka dapat benar-benar dapat dirasakan manfaatnya. Untuk dapat membaca dan menghafalkan Al-Qur’an dengan baik dan benar, umat Islam butuh guru yang kredibel dan siap membimbing, serta perlu adanya metode pembelajaran yang sesuai dan tepat. Tanpa adanya guru dan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat, maka umat Islam akan sulit untuk mampu membaca dan menghafalkan Al-Qur’an. Dan tentunya akan berdampak sulit pula bagi umat Islam dalam mempelajari hingga mampu mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an yang merupakan samudra ilmu bagi umat Islam yang air keilmuannya tak akan pernah habis sampai kapan pun itu. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda umat Islam harus mau “bersahabat karib” dengan Al-Qur’an hingga mampu membaca, menghafal, mempelajari, dan mengamalkan Al-Qur’an, agar umat Islam dapat benar-benar menjadi khoiro ummatin yang cerdas berkualitas, bersatu padu, dan tidak mudah dipecah belah oleh pihak mana pun, serta keautentikan Al-Qur’an dapat senantiasa terjaga hingga akhir zaman nanti.