“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, di waktu pagi dan petang; laki-laki yang tak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah,” (QS An-Nuur [24]: 36-37)
Masjid ialah istana untuk membangun generasi demi generasi dari dulu hingga sekarang dan seterusnya. Oleh karena itu, betapa pentingnya peran orang tua dalam memotivasi anak agar selalu mendekatkan diri dengan aktivitas ibadah di masjid.
“Masjid adalah rumah Allah di muka bumi,” kata Ibn ‘Abbas, “yang akan bersinar bagi para penduduk langit, sebagaimana bintang-bintang di angkasa yang bersinar bagi para penghuni bumi.” Maha Suci Allah lagi Maha Mulia. Allah memberikan kemuliaan terhadap para hamba yang menjadikan masjid sebagai tempat untuk bersujud kepada-Nya. Allah memberikan kemuliaan bagi pemakmur masjid dengan sebutan ‘keluarga Allah’, sabda Nabi Muhammad SAW. dalam hadits riwayat Imam Ath-Thabrani.
Sungguh, masjid menjadi pusat keberkahan yang bertebar di segala penjuru dunia. Ia merupakan tempat terindah untuk berlama-lama menghabiskan waktu dalam sujud demi sujud. Masjid menjadi tempat pendamai hati, dimana kita bisa bercengkerama bersama-sama sambil meraup ilmu yang mengalir dari para guru ngaji. Masjid, ialah tempat yang begitu nyaman untuj belajar mengakrabi Al-Qur’an dan pengetahuan agama lainnya.
Di zaman ini, menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua untuk mendekatkan hati dan cinta si kecil dengan masjid. Bahkan, menjadi ujian tersendiri dimana televisi dan gadget lebih menarik hati daripada ajakan orang tua untuk ke masjid.
Suasana begitu berbeda dengan zaman dahulu, ketika adzan berkumandang dan menggema di segala penjuru, namun begitu jarang ditemui langkah-langkah kecil yang berebut untuk mengambil wudhu. Canda tawa anak-anak berbaris di shaff belakang kini jarang ditemui, berganti dengan barisan jamaah lanjut usia yang bisa dihitung dengan jari. Dalam menghadapi tantangan zaman, bagaimana orang tua menumbuhkan semangat dalam diri anak agar semangat untuk ibadah ke masjid tumbuh?
Saya teringat pada masa kecil dulu yang terkenang sangat indah. Menjelang adzan Maghrib, anak-anak sudah bersiap dengan mengenakan pakaian bersih dan siap berangkat ke masjid. Anak putra bersiap dengan sarung dan kopiah hitam. Sedangkan anak putri biasanya mengenakan mukena dari rumah.
Masjid dan mushala menjadi tempat bagi anak-anak untuk berkumpul dan belajar. Anak-anak mengisi waktu dengan membaca Al Qur’an dan mengulang hafalan kitab yang berisi petuah-petuah berharga yang digubah dalam bentuk syair. Ba’da Maghrib hingga ba’da Isya’, suasana di masjid begitu ramai dengan alunan bacaan Al Qur’an dari anak-anak, sedangkan orang tua menyimak kultum dengan melingkar teratur. Pemandangan yang sudah mulai jarang ditemui di zaman ini.
Ketika mengenang masa kecil hingga masa zaman now, ada banyak hal yang tentu mengusik hati. Dimana saat ini tradisi belajar dalam kebersamaan yang dulu melekat kuat di masyarakat perlahan mulai luntur bahkan memudar keberadaannya. Dulu, orang tua sangat terbantu untuk menjelaskan berbagai ilmu agama sebab anak-anak sudah belajar di masjid. Hari ini tradisi tersebut telah terganti dengan tradisi melihat video di ponsel atau televisi. Dulu, orang tua menyemangati anak-anak untuk menabung agar kelak bisa menjadi bekal untuk belajar, kini semua sudah berubah. Banyak orang yang sibuk menabung untuk membeli mimpi-mimpi semu.
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (QS Thaha [20]: 132).
Masa kecil ialah masa persiapan dan latihan untuk mencapai tahap memikul kewajiban setelah usia baligh. Peran orang tua dalam memberikan pengarahan dan membersamai aktivitas ibadah anak sangatlah penting. Dimana ibadah memainkan peranan yang sangat luar biasa dalam diri seorang anak. Ibadah menjadikan anak memiliki kedekatan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala secara alami. Ibadah dapat melatih seorang anak dalam meredam emosi dan perubahan gejolak hatinya.
Orang tua memiliki peluang dan kesempatan utama dalam menumbuhkan semangat anak, agar mereka selalu termotivasi untuk dekat dan berangkat ke masjid. Berawal dari mengajak anak shalat bersama sejak dini. Mengajarkan rukun-rukun shalat, kewajiban, serta pembatalnya. Mencarikan sahabat-sahabat yang berakhlak baik. Juga memberikan semangat yang terus menerus ketika semangat anak mulai surut.
Terkadang anak-anak begitu takut untuk shalat di masjid karena mendapat hardikan atau teguran kasar dari orang dewasa saat mereka tengah berceloteh. Bahkan, sering kita dapati orang-orang dewasa mengusir anak-anak dari masjid karena dianggap menganggu dengan canda tawanya. Akhirnya, anak-anak memilih untuk tinggal di rumah ketika adzan berkumandang. Ada televisi dan ponsel yang menemani mereka tanpa hardikan ataupun kekasaran.
Maka, hendaknya orang tua bisa menjadi pengobat hati dalam menasihati dengan cara lembut, rendah hati, dan bersahabat dengan anak. Dekatnya anak dengan masjid, mencintai aktivitas ibadah, ialah sebuah anugrah untuk generasi umat Islam yang berakhlak mulia. Sedangkan jauhnya anak-anak dari masjid dan aktivitas ibadah, ialah termasuk bencana bagi umat.
Ada kabar gembira yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam kepada anak-anak yang semangat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Abu Umamah ra.
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Tidaklah seorang anak yang tumbuh dengan dipenuhi ibadah kepada Allah sampai dia mati, melainkan Allah akan memberinya pahala sembilan puluh sembilan orang yang terpercaya.”